BLOG INI BERSIFAT TERBUKA UNTUK DIKOMENTARI DAN DIKRITISI DEMI KEMAJUAN WAWASAN BERPIKIR, DAN BERTEOLOGI MASA KINI
Rabu, 16 Maret 2011
PESAN PASKAH PGI 2011
PESAN PASKAH
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA
TAHUN 2011
KEBANGKITAN KRISTUS MEMULIHKAN WAJAH KEMANUSIAAN (bdk. Ef.1:7-9)
Saudara-saudari Umat Kristen di manapun berada,
Salam-sejahtera Dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus!
Di tengah-tengah berbagai tantangan terhadap kehidupan, umat Kristen Indonesia dan sedunia kembali memasuki masa raya Paskah, hari peringatan Kebangkitan Kristus.
Pesan Paskah kali ini mengusung tema, “Kebangkitan Kristus Memulihkan Wajah Kemanusiaan” (bdk.Ef.1:7-9). Tema ini menginspirasi dan memotivasi kita untuk memusatkan pemikiran dan perhatian terhadap makna kebangkitan Kristus pada masa kini, khususnya ketika wajah kemanusiaan ditantang oleh berbagai peristiwa yang merusaknya.
Paskah adalah dasar dan pilar yang kokoh yang di atasnya iman Kristen dibangun, sebagaimana secara sangat jelas diungkapkan oleh Rasul Paulus:”Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sia juga kepercayaan kamu.”(I Kor.15:14). Alhasil, kebangkitan Kristus sekaligus memberikan keabsyahan bagi terciptanya suatu kemanusiaan baru, yang prototipenya terlihat di dalam persekutuan orang beriman yaitu gereja. Paskah memerdekakan kita dari kuk perbudakan yaitu kehidupan yang dikuasai oleh keraguan, kecemasan dan ketakutan dan sekaligus menghentar kita kepada kehidupan penuh pengharapan. Kebangkitan Kristus, dengan demikian memberikan kekuatan baru kepada kita untuk bersaksi dan melayani di tengah-tengah masyarakat dan komunitas kemanusiaan.
Kita meyakini bahwa semangat Paskah selalu memberikan rasa optimisme di tengah berbagai pesimisme dan keputusasaan. Dunia kita, tidak terkecuali Indonesia memang sedang menghadapi rupa-rupa kekerasan. Wajah kemanusiaan kita berkali-kali ditampar oleh ketidakmampuan kita untuk hidup berdampingan secara damai. Perbedaan suku, agama, ras, dan golongan, ketimbang diterima sebagai kekayaan untuk saling melengkapkan, justru dipandang sebagai kesalahan, bahkan dosa. Manusia menjadi serigala bagi sesamanya (homo homini lupus). Dalam keadaan seperti ini, Negara sepertinya tidak berdaya. Alih-alih mengayomi warganya dengan menegakkan keadilan dan kebenaran, Negara justru tidak hadir dalam peristiwa-peristiwa kekerasan yang sangat mencoreng wajah kemanusiaan kita. Maka lengkaplah krisis yang dialami oleh bangsa kita: sosial-politik, sosial-ekomomi, moral, bahkan identitas. Jikalau krisis ini tidak ditangani secara baik dan bertanggungjawab, maka bukan tidak mungkin bangsa dan negara kita akan semakin rapuh dan tidak mampu bertahan di depan mahkamah sejarah.
Kebangkitan Kristus, yang merupakan penegasan terhadap karya penebusan-Nya yang mengampuni dosa, menurut kasih setia-Nya (Ef.1:7) memberikan harapan baru guna memulihkan wajah kemanusiaan yang dirusak itu. Citra Allah (Imago Dei) yang terpecah-belah karena kekerasan dosa (bdk.Kej.1:26,27) dipulihkan oleh kuasa Kebangkitan itu. Itulah pula dasar optimisme kita, ketika di tengah berbagai tantangan-tantangan itu kita masih melihat terang. Masih banyak orang yang mendambakan, bahkan memperjuangkan pulihnya kembali wajah kemanusiaan kita, kendati untuk itu tidak jarang harga yang tinggi harus dibayar berupa kehidupan mereka sendiri. Gereja-gereja sedunia yang tergabung di dalam Dewan Gereja-gereja Sedunia (WCC) mencanangkan tahun 2001-2010 sebagai dekade mengatasi kekerasan (Decade to Overcome Violence). Ketika kita meninggalkan tahun 2010 tersebut, maka gereja-gereja sedunia, termasuk gereja-gereja di Indonesia dipanggil untuk melakukan evaluasi, bahkan pengujian diri (censura morum) benarkah kekerasan telah meninggalkan kehidupan kita? Ternyata belum. Namun Paskah mengingatkan kita agar tidak berputus asa. Kendati kekerasan masih melanda masyarakat kita, kita selalu dikuatkan dan diberi pengharapan untuk mampu mengatasinya.
Maka, dalam rangka menyambut Paskah tahun 2011 ini, kami mengajak semua orang beriman untuk semakin mengejawantahkan “Kebaikan Allah” (bdk.Mz. 145:9a) di dalam kehidupan sehari-hari, dan bahwa Ia membenci kekerasan. Hal-hal berikut kiranya mendapat perhatian kita:
a.
Perayaan Paskah hendaknya menjadi momentum bagi gereja-gereja dan umat Kristen untuk semakin mempererat persekutuan, tanpa memandang denominasi dalam arak-arakan oikoumenis, agar fungsi gereja sebagai garam dan terang dapat diimplementasikan secara optimal di tengah-tengah tantangan yang mendewa-dewakan kekerasan ini. Gereja-gereja dan umat Kristen hendaknya secara proaktif menyumbang bagi pemulihan wajah kemanusiaan melalui berbagai kesaksian dan pelayanannya.
b.
Semangat Paskah hendaknya mendorong sikap inklusif di antara sesama manusia yang wujudnya terlihat antara lain dalam hubungan dan kerja-sama lintas-agama yang lebih mengakar. Dengan demikian, gereja-gereja dan umat Kristen Indonesia akan memberikan smumbangan besar bagi perawatan kemajemukan bangsa kita, tidak bersifat diskriminatif, dan bersama-sama membangun keadaban publik yang mencerminkan keadilan, kebenaran dan kesejahteraan bersama.
c.
Perayaan Paskah hendaknya mampu mendorong gereja dan umat Kristen untuk lebih mewujudkan keberpihakan kepada kemanusiaan dengan berbagai pergumulannya.
Komitmen untuk mengangkat harkat dan martabat manusia, guna memberi perspektif masa depan yang baru bagi pemulihan wajah kemanusiaan perlu menjadi fokus perhatian dan agenda kegiatan pelayanan dan kesaksian gereja-gereja.
Pesan Paskah ini kami akhiri dengan menggarisbawahi Firman Allah: “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!....hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” (Rm.12:17-18)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar