BLOG INI BERSIFAT TERBUKA UNTUK DIKOMENTARI DAN DIKRITISI DEMI KEMAJUAN WAWASAN BERPIKIR, DAN BERTEOLOGI MASA KINI
Senin, 10 Oktober 2011
Bacaan Alkitab Minggu, 16 Oktober 2011: 1Petrus 2:1-10
Minggu 17 Setelah Trinitatis, 16 Oktober 20111Petrus 2:1-10
BATU
PENJURU GEREJA
K
edatangan Tuhan Yesus dalam
kemuliaan-Nya sangat berbeda dengan kedatangan-Nya yang pertama. Sebab dengan
kedatangan-Nya yang pertama, Kristus selaku Firman Allah berinkarnasi menjadi
manusia untuk menyelamatkan manusia dari kuasa dosa. Namun dengan kedatangan-Nya
yang kedua, Kristus meminta pertanggungjawab kepada setiap orang atas segala
yang telah mereka lakukan. Bukankah dengan pemahaman teologis ini terlihat
bahwa sejarah umat manusia berada di antara 2 batu penjuru (milestone) utama, yaitu: tonggak kehidupan dan karya Kristus
selaku Juruselamat, dan tonggak kedatangan Kristus kelak selaku Raja yang
menghakimi umat manusia? Tepatnya kehidupan umat manusia pada hakikatnya berada
di antara tonggak kedatangan Kristus pertama dan kedatangan Kristus kedua.
Sehingga Kristus ditentukan oleh Allah sebagai dasar dan tujuan akhir dari
seluruh kehidupan umat manusia. Dalam hal ini umat manusia tidak dapat
mengabaikan atau mengaburkan realitas kedatangan Kristus dengan pola
kepercayaan dan agamanya.
Karya
keselamatan dalam kedatangan Kristus yang pertama dan wewenang-Nya untuk
menghakimi dalam kedatangan-Nya yang kedua tidak dapat disamarkan dengan
kenyataan pluralisme agama. Surat 1Petrus menyatakan bagaimana Allah telah
menubuatkan Kristus selaku batu penjuru yang mahal, yaitu: "Sesungguhnya,
Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang
mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan. Karena itu
bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya:
"Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu
penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan" (1Ptr.
2:6). Sebagai batu penjuru yang mahal, Kristus menjadi tolok ukur bagi setiap
orang sehingga mereka yang percaya akan selamat, tetapi bagi mereka yang
menolak-Nya akan binasa sebab mereka terantuk oleh Kristus yang menjadi batu
sentuhan. Dengan demikian seluruh tindakan, dasar filosofi, sistem etika, moral
dan tujuan hidup setiap orang akan berhadapan dengan Kristus selaku batu
penjuru.
Bilamana
Kristus menjadi batu penjuru (milestone) dalam kehidupan kita, maka seluruh
sistem nilai dan kepercayaan kita bukan diukur oleh sesuatu yang bersifat kabur
dan subyektif. Di tengah-tengah kenyataan hidup pada masa kini kita sering
diperhadapkan oleh berbagai sistem nilai dan kepercayaan yang beraneka-ragam.
Meminjam istilah Samuel P. Huntington, umat manusia pada masa kini hidup dalam
“universalisme budaya” yang mana sistem nilai, budaya, kepercayaan dan etika
umat manusia sering menjadi campur-aduk. Sebab umat manusia kini memiliki suatu
jaringan (net-working) yang begitu menyatu, serentak dan cepat untuk memperoleh
informasi ataupun untuk menyerapnya. Sebagian besar informasi, pengetahuan,
foto, dan film sangat mudah diakses termasuk pula berbagai materi yang amoral,
asusila dan destruktif. Karena itu tidak mengherankan jika umat manusia pada
masa kini berada dalam “relativisme nilai dan kepercayaan”.
Zaman kita
ditandai oleh dekonstruksi terhadap setiap klaim kebenaran dan sistem nilai.
Arti dari “dekonstruksi” adalah tindakan yang membongkar atau meruntuhkan apa
yang sudah terbentuk agar dapat digantikan dengan bangunan yang “baru”.
Tentunya kita setuju dengan dekonstruksi, selama yang dibongkar atau
diruntuhkan adalah segala hal yang irasional, berbau takhayul, dan sistem nilai
yang merendahkan harkat-martabat manusia. Namun sayangnya arti dari
“dekonstruksi” sering diselewengkan menjadi sikap relativisme terhadap seluruh
sistem nilai, kepercayaan dan keselamatan. Sehingga kita hidup di tengah-tengah
pandangan yang menganggap benar semua hal asalkan trendi/gaul. Padahal Kristus
selaku batu penjuru kehidupan umat manusia disebut pula sebagai batu
sentuhan/batu sandungan. Maksud Kristus selaku batu sentuhan/batu sandungan
adalah Dia memiliki kuasa untuk membongkar segala hal yang buruk, jahat dan
destruktif dalam kehidupan umat manusia. Jadi tujuan kedatangan Kristus dalam
kemuliaan-Nya mendekonstruksi pola kehidupan yang jahat, untuk melahirkan
suatu tatanan hidup yang serba baru.
Integritas
Aksi
Di tengah-tengah dunia
yang penuh dengan ketidakpastian dan permasalahan yang begitu kompleks, kita
sering terjebak oleh berbagai kekuatiran dan ketakutan akan apa yang terjadi.
Sehingga cukup banyak orang yang berupaya untuk mengetahui rahasia masa
depan melalui berbagai ramalan. Seakan-akan kalau mereka mampu mengetahui
rahasia masa depan yang akan terjadi, maka mereka dapat mengelak dan
menyelamatkan diri dari berbagai bencana. Padahal pusat bencana yang
menyebabkan seluruh bangunan atau tiang penopang kehidupan kita sering runtuh
adalah tiadanya integritas di dalam diri kita.
Sejauh kita memiliki
integritas dan aksi yang benar, maka tidak ada suatu bahaya atau musibah apapun
yang akan dapat merobohkan “milestone” kehidupan kita. Namun ketika hidup kita
tidak berjalan lurus, bengkok dan jauh dari kebenaran, maka bahaya dan
musibah telah hadir dalam kehidupan kita. Untuk itu bagaimana arah dari
“milestone” hidup kita di masa depan, sebenarnya ditentukan oleh “milestone”
kehidupan kita sebelumnya.
Dalam integritas diri
terdapat konsistensi sikap untuk memperjuangkan prinsip dan nilai-nilai kebenaran
Kerajaan Allah di tengah-tengah situasi yang buruk sekalipun. Sehingga sejarah
kehidupan kita merupakan wujud dari rangkaian tonggak iman yang terus
diperbaharui atau direkonstruksi oleh Kristus. Tonggak iman yang demikian akan
menjadi pondasi spiritualitas yang kokoh untuk mengarungi berbagai krisis dan
persoalan hidup yang sedang terjadi.
Jadi sikap integritas
diri dapat menjadi sumber energi spiritual yang memberi keteguhan dan sumber
hikmat untuk menyikapi berbagai ketidakpastian atau permasalahan yang akan
terjadi. Semakin kita hidup dalam ketakutan atau kekuatiran, sebenarnya semakin
memperlihatkan bahwa kita belum memiliki kepastian akan integritas diri.
Mungkin kita masih memiliki beberapa masalah dosa atau kesalahan yang belum
sepenuhnya dibereskan dengan Allah, sehingga kita masih dibayang-bayangi oleh
ketakutan dan kekuatiran. Jika memang demikian, di awal tahun yang baru ini
kita memiliki kesempatan untuk mengaku di hadapan Tuhan dan berdamai dengan
sesama.
Panggilan
Arti hidup kita ditentukan
oleh kualitas tonggak (milestone) yang telah dan sedang dibangun. Semakin
banyak dan berkualitas tonggak iman yang dibangun dalam seluruh rangkaian
kehidupan, maka kehidupan kita akan memancarkan aura kasih Allah. Semakin kita
membangun tonggak-tonggak integritas diri maka kehidupan kita akan semakin
dimurnikan dan dikuduskan oleh Kristus.
Hidup kita akan terus
direkonstruksi dalam tatanan nilai Kerajaan Allah. Tetapi sebaliknya, bilamana
kehidupan kita jauh dari integritas diri maka Kristus kelak akan
mendekonstruksi atau membongkar seluruh bangunan lama kita yang duniawi. Dalam
Wahyu 21:8 Tuhan Yesus berkata: “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang
tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal,
tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka
akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan
belerang; inilah kematian yang kedua." Karena itu selama kita masih diberi
kesempatan (kairos) dari Tuhan, kita dipanggil untuk menata kehidupan kita
sesuai dengan kehendak-Nya.
Kita juga dipanggil
untuk mengukur dan menilai, apakah tonggak-tonggak kehidupan kita telah
dibangun sesuai ukuran atau standard Kristus. Ataukah standard yang kita pakai
justru sering menggunakan sistem nilai yang menentang dan melawan Kristus.
Semakin kita mengukur dan menilai sistem nilai berdasarkan kehendak Kristus
yang menjadi pusat dan tujuan hidup, maka jaminan keselamatan yang kekal akan
dianugerahkan kepada kita. Kohelet di dalam Pengkhotbah 3:11 berkata: ”Ia
membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan
dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang
dilakukan Allah dari awal sampai akhir”. Jadi bagaimana dengan sikap keputusan
saudara di awal tahun yang baru ini? Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar