Jumat, 14 Oktober 2011

Bacaan Minggu, 16 Oktober 2011: Lukas 12:15-21

widgeo.net
MEMBERI SEBAGAI GAYA HIDUP



HATORANGAN NI SIBASAON

MINGGU 17 DUNG TRINITATIS 
MINGGU, 16 OKTOBER 2011

Jamita : Lukas 12:15-21
Sibasaon : 2Korintus 9 :6-15


Memberi adalah gaya hidup kristiani. Kikir, pelit bukan gaya hidup orang Kristen. 2Korintus 9:7 Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.

Mungkin ada di antara Saudara-Saudara bertanya-tanya mengapa di gereja selalu ada persembahan? 2Korintus 9:7-lah alasannya! Tuhan mengasihi orang yang memberi dengan sukacita! Bukan karena paksaan. Bukan karena merasa itu adalah kewajiban. Dan kami percaya bahwa orang yang memberi adalah orang yang besukacita.

Tuhan kita adalah Tuhan yang murah hati. Allah Bapa mengaruniakan putra tunggal-Nya untuk kita. Yesus memberikan nyawa-Nya untuk kita. Roh Kudus memberikan karunia-karunia kepada orang percaya. Dan sadarkah Saudara bahwa memberi akan menjadi suatu hal yang menyenangkan waktu kita melepaskan hak kepemilikan kita kepada kepemilikan orang lain.

Paulus menyiapkan jemaat Korintus untuk memberi dengan sikap yang benar sehingga waktu dia menerima persembahan mereka hal tersebut bukan hasil “kewajiban yang penuh omelan” tapi  karena perayaan yang penuh sukacita. Kisah yang dituturkan Valerie Cox berikut ini menunjukkan bahwa kadang suatu keadaan akan menunjukkan level kemurahan hati kita :

Pencuri Kue

Seorang wanita sementara menunggu di airport suatu malam, karena baru beberapa jam kemudian dia akan terbang.  Dia membeli buku di sebuah toko di airport,  membeli sebungkus kue dan akhirnya menemukan tempat untuk duduk. Dia langsung asik dengan bukunya, tetapi masih sempat melihat, pria yang duduk di sebelahnya dengan beraninya mengambil kue yang dibelinya, tetapi dia mencoba untuk tidak terganggu dengan hal tersebut.

Dia terus membaca, mencomot kue dan melihat ke jam tanganya sementara “sang pencuri kue” terus menghabiskan persediaan kue yang dia beli.  Makin lama wanita ini makin terganggu, dalam hatinya dia berpikir, “Kalau aku bukan orang baik, aku sudah permalukan pria ini yang berani-beraninya mencuri kueku.”

Setiap kali wanita ini mengambil kue, pria tersebut juga mengambil kue. Waktu akhirnya hanya tersisa sepotong kue, wanita ini bertanya-tanya dalam hati, kira-kira apa yang akan dilakukan sang pencuri kue tersebut. Dengan senyum di wajahnya serta tertawa yang sedikit kecut sang pria mengambil potongan kue terakhir, memotongnya menjadi dua.

Pria tersebut menawari dia potongan kue terakhir itu sementara dia memakan yang separuhnya.  Wanita ini langsung merampas kue tersebut dari tangan sang pria sambil berpikir, “Dasar maling kurang ajar, kasar lagi. Kenapa dia tidak punya sopan santun untuk mengucapkan terima kasih!” Wanita ini merasa begitu sakit hati, dan akhirnya dia menghela nafas lega waktu penerbangannya akhirnya berangkat.
Dia mengumpulkan barangnya, pergi menuju pintu gerbang yang sudah ditentukan, dan memutuskan untuk tidak perlu menoleh kepada “sang pencuri kue.”  Dia naik pesawat dan menghempaskan dirinya di kursi,  sambil meraih buku yang dia simpan di tas. Waktu dia merogoh tas-nya, betapa terkejutnya dia. Ternyata kantong kuenya ada di dalam tas! “Kalau ini kantong kueku,” pikirnya sambil tersipu malu,”berarti kue yang kumakan tadi adalah milik ‘sang pencuri kue’!

Sudah terlambat untuk meminta maaf, wanita tersebut baru sadar bahwa sebenarnya dialah yang kasar, tidak tahu sopan santun, pencuri kue! Saudara, sering kali kita seperti itu juga. Kita pikir kita memberi Tuhan persembahan dengan murah hati. Tanpa kita pernah menyadari bahwa uang itu bukan uang kita, tetapi uang Tuhan. 
Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. (2Kor. 9 :6-8)
Pada suatu hari ada seorang ibu memasak sepanci gule kambing di rumahnya, ia berharap nanti malam sepulang kantor, suami dan anaknya akan menikmati masakan tersebut. Setelah waktu makan malam tiba, ternyata suaminya berkata lewat telepon, bahwa dia harus pergi ke dokter dahulu karena kepalanya terasa pusing. dan anak tunggalnya pun menelponnya bahwa dia akan menginap di rumah temannya karena tugas menumpuk yang harus dikerjakan bersama kelompoknya. Ketika suaminya pulang dari dokter, suaminya mengatakan bahwa menurut dokter ia mengidap hipertensi yang cukup tinggi.
Betapa kecewanya hati si ibu yang sejak pagi hari, ia mempersiapkan masakan istimewanya tersebut, untuk kedua orang yang sangat dia kasihi. Karena tidak ada yang memakan masakannya tersebut, sepanci gule itu ia panaskan sekali lagi, supaya besok gulenya tidak basi.
Dan hal itu ia ulangi pada keesokkan harinya,..pada hari ketiga gule sudah mulai berlendir, dan akhirnya si ibu memberikan sepanci gule tersebut kepada kedua orang pembantunya…. Pembantunya merasa gule tersebut sudah basi, sehingga dibuanglah gule tersebut secara diam-diam ke tempat sampah oleh mereka. Jika gule tersebut diberikan pada waktu belum basi, tentulah pembantunya akan sangat berterimakasih dan mereka dapat menikmati gule tersebut.
Wanita,…seringkali kita merasa sayang, tidak rela, sedih, merasa terpaksa, ketika kita sedang memberi sesuatu kepada orang lain. Tuhan menginginkan kita untuk memberi dengan sukacita.
Berikanlah dari kelimpahan kita menurut prinsip yang diajarkan di dalam 2 Kor 8:14 “Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.”
Sebab Allah tidak ingin kita memberi sampai kita menjadi miskin, tetapi Allah ingin kita memberi untuk memperbaiki kehidupan rohani kita. Yang paling diperhatikan oleh Allah adalah hati kita pada saat kita memberi.
Pemberian dengan sukarela adalah suatu cara untuk menghormati Allah, tetapi sekali lagi, jangan kita memberi karena rasa ingin dipuji oleh orang lain, dan janganlah memberi sesuatu kepada orang lain, barang yang sudah tidak dapat digunakan lagi atau yang sudah basi seperti contoh diatas.
Maka Allah yang Maha Kaya Raya akan melimpahkan kepada kita senantiasa, kecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.










Ramli SN Harahap
GKPA Resort Medan Barat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar