Sabtu, 10 Maret 2012

Jamita Minggu Palmarum, 1 April 2012 : Markus 11:1-11

widgeo.net
”DIA DATANG DENGAN KELEDAI MEMBAWA DAMAI”

Minggu Palmarum
Tanggal, 1 April 2012
Jamita : Markus 11:1-11
Sibasaon : Yesaya 50:4-9



Pada hari yang kita sebut sebagai Hari Minggu Palem, Tuhan Yesus memperkenalkan diri-Nya kepada bangsa Israel sebagai Raja ketika Dia memasuki Yerusalem dengan mengendarai seekor keledai. Seandainya saat itu ia mengendarai seekor kuda yang gagah, Dia akan lebih tampak seperti raja. Namun, Zakharia telah bernubuat bahwa Dia akan datang dengan rendah hati. Dan itulah yang dilakukan-Nya. Mengapa? Tradisi pada masa itu, bahwa Raja-raja Timur mengendarai keledai saat membawa misi damai. Sedangkan kuda dipakai sebagai alat perang. Orang-orang yang berkumpul mengaitkan hal itu dengan kemakmuran duniawi dan kemerdekaan dari Roma. Maka mereka berseru, "Hosana di tempat yang mahatinggi!" (Markus 11:10). Sekalipun pada kejadian yang berikutnya; beberapa hari kemudian, seruan mereka berubah menjadi: "Salibkanlah Dia!" (15:13).
Arti mesianis dari kejadian ini jelas. Pertama-tama menggambarkan pemenuhan nubuat Zakaria dalam pasal 9:9: Lihat, Rajamu datang kepadamu; Ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai. Kedua, tuntutan jabatan Mesias secara terbuka dan dengan sengaja: saatnya telah dekat dimana Ia akan ditolak sebab sebagian orang yang menyebut diri sebagai pengagum Yesus tidak mengakui Dia sebagai Juruselamat orang-orang berdosa. Jadi dapat dikatakan, sekalipun Yesus memasuki Yerusalem dan dielu-elukan namun dengan wajah-Nya yang tertuju pada salib. Dia sungguh-sungguh menyadari bahwa Dia akan mengalami kematian yang memalukan dan menyakitkan di sana.

Suatu kali seorang filosof Amerika bertanya, "Seandainya Yesus dan Plato kembali ke bumi dan mengajar di kampus yang sama pada saat yang sama, siapakah yang akan saya pilih?" Ia menyimpulkan, "Siapa yang akan memilih untuk pergi dan mendengarkan orang sehebat Plato berbicara tentang kebenaran, sementara pada saat yang sama ia bisa mendengarkan Dia yang adalah Kebenaran itu sendiri?" Kerumunan orang banyak yang mengelu-elukan Yesus itu memberi tanggapan yang sama seperti filosof itu. Mereka menyadari bahwa Dia tiada bandingnya. Orang banyak itu mengharapkan lebih banyak lagi. Mereka memohon agar dibebaskan dari penjajahan Romawi, namun Dia datang untuk membebaskan mereka dari kuasa setan. Mereka menyadari bahwa Yesus berasal dari Allah, namun mereka sama sekali tidak dapat memahami misi rohani-Nya.

Kedatangan Yesus ke suatu tempat memang selalu menarik perhatian banyak orang. Hal ini terjadi karena Yesus telah banyak melakukan mukjizat. Maka jika dalam nats yang kita baca sekarang ini menunjukkan Yesus dielu-elukan oleh banyak orang, sesungguhnya itu adalah lanjutan dari perjalanan Yesus yang senantiasa ditunggu-tunggu. Apalagi peristiwa ini terjadi dekat Betania, tempat Yesus telah membangkitkan Lazarus dari kematian. Jadi dari semuanya itu, wajar saja Yesus begitu ditunggu oleh banyak orang sekalipun itu dalam tujuan yang masih egois(untuk keuntungan sendiri). Nah, apakah kita menyatakan hormat kepada Yesus karena Dia adalah Tuhan atau semata-mata karena apa yang dapat Dia lakukan bagi kita? Menghormati Dia berarti menaati Dia dan mematikan sifat dasar kita yang mementingkan diri sendiri. Seperti halnya Filosof yang mengenali Dia sebagai Kebenaran dan orang banyak memandang Dia sebagai pembebas mereka, kita juga hendaknya dipanggil untuk menerima Dia sebagai Raja, Pribadi yang telah datang untuk bertahta dalam hati kita. Mari kita belajar untuk meneladani apa yang Tuhan Yesus sudah Tuhan Yesus perbuat bagi kita. Memang, kita tidak akan mampu untuk berkorban seperti Yesus, tetapi paling tidak kita berusaha untuk berbuat yang terbaik dan menjadi saluran berkat bagi sesama manusia. Amin.

MENJADI ORANG KRISTEN
BERARTI MENJADI HAMBA
YANG SETIA BAGI RAJA DI ATAS SEGALA RAJA

Vic. Pdt. Novalina Sinaga, S.Th
P.Sidimpuan Timur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar