Kamis, 15 Oktober 2009

Bacaan Minggu 8 November 2009: 2 Korintus 9 : 6 - 15

Bacaan Minggu 8 November 2009 2 Korintus 9 : 6 - 15
Minggu XXII Setelah Trinitatis

MARI MENABUR KASIH

Menabur Dan Menginvestasikan Persembahan Kasih
“Menabur” adalah pekerjaan yang lajim kita kenal dalam dunia pertanian. Setelah kita menabur benih, kita berharap agar benih yang kita tabur berkecambah, kemudian menumbuhkan tumbuhan baru. Kemudian tumbuhan itu semakin dewasa dengan cabang, ranting dan daunnya. Dan akhirnya, kita berharap bahwa tanaman itu akan memberikan hasil yang menguntungkan. Hasil yang kita peroleh mungkin dari buahnya, dari daunnya, dari ranting dan batangnya, dari getahnya atau dari akarnya. Pokoknya, apa yang kita tanam akan memberikan hasil yang menguntungkan. Semakin banyak benih yang kita taburkan, maka semakin banyaklah panen yang akan kita tuai.
Dalam dunia usaha pun kita mengenal istilah “investasi”, yakni sejumlah dana, bisa berupa uang, obligasi, saham atau surat berharga, yang ditanamkan (diinvestasikan) untuk satu badan usaha, di mana melalui proses investasi itu, kita berharap dari modal yang ditanamkan akan menghasilkan untung yang berlipat ganda. Semakin besar dana yang diinvestasikan, maka semakin banyaklah untung atau hasil yang akan kita peroleh.
Pelayanan rohani pun adalah satu hal yang sama dan sejiwa dengan bisnis dunia ini, karena Penginjilan atau pelayanan gerejawi adalah usaha yang menginvestasikan “benih iman yang rohani” kepada manusia. Pelayanan kepada orang-orang kudus adalah investasi Injil keselamatan yang sudah dilakukan oleh Gereja dan para pelayan Kristus, yang dilayankan dengan kerelaan hati yang penuh kasih.
Suatu kali kepada orang-orang Makedonia, Paulus pernah bermegah dan berkata: "Akhaya sudah siap sedia sejak tahun yang lampau." Informasi akan investasi Jemaat Akhaya ini sudah menjadi motivasi - perangsang bagi banyak orang, termasuk bagi orang Makedonia, supaya berbuat yang sama. Saat itulah Paulus mengutus para pembantu rasul untuk membuktikan bahwa investasi Injil keselamatan yang mereka taburkan sudah berhasil. Ketika jemaat itu harus siap menjadi bukti, maka mereka diminta agar benar-benar siap sedia, agar apabila orang-orang Makedonia datang bersama-sama Paulus, jangan mereka mendapati jemaat itu belum siap sedia. Itu sebabnya Paulus mendorong mereka berangkat lebih dahulu untuk mengurus pemberian yang telah dijanjikan jemaat Makedonia, dan itu menjadi bukti kemurahan hati jemaat dan bukan sebagai pemberian yang dipaksakan.

Banyak Menabur, Banyak Menuai
Rasul Paulus dengan tegas mengatakan dalam 2 Kor 9:6 “Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.” Prinsip dan anjuran ini benar-benar murni diangkat dari prinsip bisnis umum. Bahwa kita tidak boleh lengah dan setengah hati dalam mengi investasikan kasih di dalam kehidupan kita.
Bedanya adalah cara penginvestasian itu, yakni harus dengan sukacita penuh dan tulus ikhlas. Di ayat 7-8 dikatakan: “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.” Jadi dasarnya adalah hati yang bersukacita, berpengharapan dan penuh kasih.
Cara ini adalah cara yang dilakukan Allah sendiri, sebab memang itulah sifat, kharakter dan tabiat ke-ILLAHI-an dari pada Tuhan kita. “Seperti ada tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya." Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu” (2Kor. 9:9-10). Hal inilah yang tampak dalam karya agung Tuhan atas ciptaannya, dan kita sebagai mandataris dalam hal mengelola ciptaan itu menjadi penabur yang menerima benih dari Tuhan dan kita bertugas melipatgandakannya.
Gereja adalah persekutuan orang-orang yang diberi mandat, karunia, amanat dan berbagai keterampilan dan daya untuk mengemban tugas mulia ini. “Kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami. Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah. Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang, sedangkan di dalam doa mereka, mereka juga merindukan kamu oleh karena kasih karunia Allah yang melimpah di atas kamu.” (2Kor. 9:11-14).
Ini menjadi perenungan bagi kita: Gereja harus tidak hanya memiliki ketahanan akan mengelola kehidupan ini, tetapi harus memiliki kedaulatan dengan mandat illahi mengelola seluruh ciptaan. Gereja minimal harus memliki yang 5 ini:
Pertama: Kaya dalam segala macam kemurahan hati. Orang percaya harus tahu bagaimana cara dan metode untuk menolong, mengasihi, peduli dan memperhatikan. Kemurahan harus variatif, multidimensi dan aneka corak.
Kedua: Penuh dengan motivasi bersyukur kepada Allah. Kita berbuat kasih sebagai ungkapan syukur kepada Allah, dan kemudian mereka yang kita kasihi harus mampu bersyukur kepada Tuhan. Kita menolong seseorang bukan semata-mata agar ia berterimakasih kepada kita, tetapi harus mengarahkannya agar bersyukur kepada Tuhan.
Ketiga: Tahan uji dalam semua bentuk, ragam dan tingkat pelayanan. Setelah kita menanam benih, maka burung atau hama, iklim atau bencana acam akan merusakkannya. Kita harus memeliharanya dan untuk itu kita harus tahan uji.
Keempat: Taat dalam pengakuan akan Injil Yesus Kristus. Apa pun yang kita lakukan, itu adalah perintah Yesus Kristus bagi kemuliaanNya. Sambil bekerja, kita juga menyatakan pengakuan iman kita akan Yesus.
Kelima: Tetap dalam doa yang saling membangun dan merindukan persekutuan yang hidup, dan berlimpah dalam kasih karunia, bagi semua orang.
Gereja, - dan apalagi setiap orang percaya - karena ia sungguh-sungguh menginvestasikan berkat kasih Tuhan, maka ia akan dimampukan bersyukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu! Kemampuan Gereja sebenarnya adalah tak terhingga, sebab gereja adalah milik Yesus Kristus yang tak terhingga itu. Berbahagialah yang tetap yakin dalam kasih karunia Tuhan. Ia sebagai orang percaya akan kaya dalam segala kemurahan, karena diperkaya Tuhan dalam berbagai bentuk dan jenis kekayaan. Ia sebagai orang percaya akan dimampukan bersyukur, karena semua yang ada padanya adalah berkat kasih Tuhan yang menjadikannya “saluran berkat”. Inilah identitas dan hakikat hidup kita sebagai orang percaya. Amin.
Pdt. DR. M. Frans Ladestam Sinaga – HKBP Rumbai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar