Senin, 26 April 2010

Bacaan Minggu Rogate, 2 Mei 2010 1Timotius 2:1-7


Minggu Rogate, 2 Mei 2010 1Timotius 2:1-7


BERDOA BERSAMA ORANG PERCAYA



Sendainya putri Anda berumur lima tahun datang dan memohon kepada Anda sebanyak tiga kali pada hari itu dengan waktu yang berbeda. Permintaannya seperti ini: “Bapak, ayo bermain bersamaku!” “Aku lapar, beri aku makan” “Maaf, kalau butuh uang, ambil saja tabunganku.” Tidak satupun dari permintaannya dengan rengekan itu berhasil menarik perhatian orang tuanya. Semua permintaan itu penting dan sungguh-sungguh keluar dari hatinya. Tanggapan Anda, mungkin semua permintaan itu sama bagi putrimu, tetapi tidak sama bagi Anda. Keinginannya agar dapat bermain bersama Anda sangat besar, dan dia berharap Anda mau bermain. Bagi putri Anda bermain itu sangat penting dan harus segera dilaksanakan. Anda merasa tersanjung ketika diajaknya bermain, namun Anda merasa bahwa bermain bukan prioritas utama bagi umat manusia. Makan merupakan permintaan yang sangat penting bagi Anda terlebih bila sudah tiba saatnya untuk makan. Namun akan berbeda tanggapan Anda bila meminta makan disertai permintaan bermain sebelumnya. Demikian juga masalahnya dengan tabungan yang diberikan kepada Anda. Jika Anda membicarakan masalah keuangan dengan istri Anda dan putri Anda mendengar tunggakan yang belum dibayar padahal sudah jatuh tempo, tentu dia mendengar pembicaraan itu hanya sebatas masalah uang. Putri Anda mempunyai tabungan ayamnya. Saat itu dia akan menolong Anda dengan memberikan tabungannya. Tawaran itu membuat Anda tersentuh. Apakah Anda segera mengambil tabungannya karena kepekaannya, karena tidak mementingkan dirinya, karena keinginannya untuk menolong Anda?
Ada tiga permohonan yang berbeda. Ada tiga tingkatan keprihatinan yang berbeda.
Pertama, Doa kita dapat juga disebut sebagai daftar permintaan. Allah selalu merasa tergerak dan penuh perhatian terhadap para pendoa yang secara sadar mendoakan sesuatu yang dapat memengaruhi tingkat kepekaan-Nya terhadap kebutuhan kita. Allah tidak akan mendiamkan para pendoa yang sungguh-sungguh memohon dari hatinya yang terdalam di mana Tuhan juga mengetahuinya. Kitab 1 Timotius 2 ini memberitahukan kepada kita agar mendoakan semua orang, raja-raja dan para pembesar. Paulus menulis surat ini dari Makedonia untuk menopang anaknya itu dalam iman. Timotius mengalami masalah dalam jemaat di Efesus, kebaktian-kebaktian umum sudah tidak lagi berjalan menurut peraturan dan tidak efektif sebab para anggota jemaat tidak menaati Firman Tuhan. Secara umum gambaran orang lain terhadap umat Kristen ketika itu tidak baik, sebab mereka tidak ikut menyembah dewi-dewi yang ada di Efesus sehingga mereka tidak disukai pemerintah. Paulus menasihati para anggota jemaat akan tanggung jawab mereka secara rohani. Paulus menuliskan surat ini kepada Timotius agar jemaat hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup (1Tim. 3:15). Perilaku yang menarik dari keluarga Allah adalah mengenai doa-doanya. Meski tidak masuk ke kuil untuk sembahyang tetapi setiap orang Kristen diminta agar mendoakan semua orang, raja-raja dan semua pembesar. Paulus meminta agar setiap orang Kristen menjaga perilakunya dalam kehidupan masyarakat yang asing.
Kedua, Doa merupakan komunikasi langsung antara manusia kepada Tuhan dan itu juga alat yang penuh kuasa yang dapat kita gunakan. Doa membuat jaringan antara dunia ini dan dunia kekekalan terhubung dan membuat segala sesuatu menjadi mungkin bagi Tuhan terwujud dalam hidup seseorang dan di dunia ini. Ketiga, Doa juga membawa kita kepada kehendak Allah, mengarahkan sikap dan perasaan kita kepada-Nya. Doa yang benar lebih banyak mendengar daripada berbicara. Kita mendoakan banyak orang karena kita berdoa di dalam Kristus. Di dalam Kristus kita menjadi lebih peduli pada semua orang – meskipun itu musuh kita – dan menginginkan keselamatan mereka. Melalui doa kita semua terhubung dan menyatu di dalam persekutuan bersama Allah atau Tuhan atau Roh Kudus. Kristus menjadi mediator antara manusia dan Allah, dan doalah yang menjadi sarananya. Paulus meminta agar jemaat menaikan doa permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur yang memunyai jenis dan arti yang berbeda tetapi saling terkait.

Jenis-Jenis Doa
Doa merupakan Landasan utama kehidupan seorang Kristen. Tanpa doa tidak ada kuasa. Sehat tidaknya kehidupan doa kita bisa dilihat dari seberapa besar kuasa doa dalam kehidupan Anda, khususnya dalam mengatasi pengaruh dosa. Paulus menasihatkan agar menaikkan permohonan, mengandung arti mengajukan permintaan untuk kebutuhan yang sudah pasti. Dalam menyampaikan permohonan ini kita harus merendahkan hati, dan biasanya doa ini dilakukan ketika menghadapi krisis. Doa syafaat, selalu digunakan untuk memohon pemenuhan kebutuhan yang selalu datang. Permohonan yang disampaikan di sini selalu dalam keadaan khusus. Doa ini biasanya ketika kita menghadapi tugas pengaturan yang rutin. Kemudian mengucap syukur, salam yang diungkapkan untuk memberkati penerima. Biasanya doa seperti ini dilakukan ketika para pemimpin telah membawa negerinya kepada kemakmuran, atau keluar dari krisis. Bentuk apapun yang akan kita pakai dalam berdoa tentunya kita harus menyerahkan hati kita sepenuhnya kepada-Nya. Dengan perkataan lain, di hadapan Allah kita mencurahkan segenap jiwa dan berharap penuh kepada Allah. Paulus meminta jemaat untuk berdoa karena dia tergerak melakukan sesuatu untuk menolong. Ada kuasa yang berlimpah-limpah pada saat kita bersekutu bersama orang percaya di dalam doa. Ada pergumulan iman mereka di dalam doa. Doa tidak mengandalkan kekuatan sendiri sebab akan sia-sia usaha tersebut, tetapi ketekunan dalam berdoa yang dikerjakan di dalam kita melalui Roh Kudus membuat kita berkenan di hadapan Allah. Roh Tuhan akan mengajari dan memampukan kita dalam berdoa (Rm. 8:26). Di dalam persekutuan yang benar, di mana ada Roh Allah yang mendatangkan kesatuan di antara dua orang atau lebih yang beriman di dalam doa tentang sesuatu yang akan diminta kepada Allah, atau di mana Roh Allah menaruh beban yang sama di dalam hati dua orang atau lebih, maka di dalam doa-doa semacam itu ada kuasa penuh yang akan mengubah dunia.

Mendoakan Penguasa
Doa orang percaya sebagai jemaat dan doa-doa pribadi orang percaya adalah untuk semua orang, raja-raja dan para pembesar. Mendoakan para pembesar akan menciptakan kebiasaan baik umat Kristen, meski pada saat itu Kaisar Nero penguasa di Roma. Kekejamannya tercatat dalam sejarah yang membakar banyak umat Kristen sebagai api unggun yang menerangi kota. Mendoakan mereka agar hatinya berubah. Mendoakan raja-raja dan para pembesar agar kita dapat hidup tenang dan tenteram. Hidup dalam ketentraman dapat membuat kita menjalani hidup dengan pasti, dan relasi dengan orang lain dapat lebih baik. Meski di dalam segala kekafiran dan pelecehan agama akan menciptakan situasi yang berbeda antara hidup saleh dan ketegangan. Situasi itu bukan saja terhadap sesama tetapi juga hubungan kita terhadap Tuhan. Namun Allah bisa mengubah segalanya, dan Paulus menyadari bahwa bagi Allah segala kemungkinan bisa terjadi. Di samping itu juiga kita perlu mendoakan agar tercipta kedamaian. Adanya damai menunjukkan bahwa Allah sebagai penguasa mutlak, dan Allah juga dapat memengaruhi penguasa melakukan kehendak-Nya. Untuk itu Paulus mendorong Timotius agar mengajak umat berdoa dengan tiada henti untuk semua orang, terlebih-lebih yang menolak Injil. Terkadang kita lupa untuk mendoakan orang-orang yang membenci kita atau yang memusuhi umat Kristen. Padahal mereka selalu hadir di sekitar kita (lih. Mat. 5:44-45a).
Tuhan menginginkan agar kita selalu mendoakan bukan hanya orang-orang yang kita kenal, tetapi juga yang tidak kita kenal. Tuhan akan mengubah hati mereka, karena kita menyadari bahwa doa-doa kita tidak menuju pada kesia-siaan. Dia bukan seperti allah lain, Dialah Allah Juruselamat kita yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan. Jadi kita selalu datang kehadirat-Nya dalam doa yang tiada henti. Kita memerlukan doa setiap hari dan dukungan agar terhindar dari ketidakjujuran yang bisa muncul perlahan-lahan pada setiap orang dari antara umat Kristen. Dosa selalu mengintip setiap orang karena sifat kedosaan yang telah kita warisi.

Mengapa Kita Harus Berdoa?
Paulus menasihatkan jemaat Efesus agar mendoakan “semua orang” yang menjelaskan semua orang di dunia ini masuk dalam pengaruh doa tersebut. Itu berarti kita mendoakan orang-orang yang sudah selamat dan yang belum selamat, orang-orang yang dekat dengan kita dan yang jauh, musuh-musuh kita dan juga sahabat-sahabat kita. Para pemimpin yang sangat kita hormati atau para pemimpin yang tidak kita hormati sebagai orang yang memimpin kita. Mendoakan mereka adalah untuk kebaikan kita sendiri: “agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan” (2:2b). “Tenang” mengarahkan kita kepada keadaan yang ada di sekeliling kita, sedangkan “tenteram” mempunyai maksud kepada sikap kita yang tenang di dalam diri kita.
Kita mendoakan semua orang karena Allah menghendaki agar semua orang mengetahui rencana keselamatan Allah melalui iman di dalam Yesus Kristus. Lingkungan yang tenang dan tenteram didambakan banyak orang dan keadaan itu memberikan kesempatan kepada umat Kristen melaksanakan ibadahnya dalam kedamaian. Pemerintah yang baik dapat dibantu untuk menciptakan situasi tersebut. Kita patut bersyukur tinggal di negeri yang menghargai kebebasan setiap orang untuk mengungkapkan iman kita tanpa harus bersembunyi. Namun kita juga harus waspada terhadap kebenaran politis yang dapat meniadakan hak-hak kita untuk hal-hal yang pokok dari iman kita. Kita juga harus waspada dan mendoakan umat Kristen yang mangalami penganiayaan karena iman mereka dan juga kekerasan yang dialami oleh umat Kristen di Indonesia dan negara lainnya.
Allah menginginkan semua orang diselamatkan, dan Yesus telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia. Namun Dia juga mengatakan karena sempit jalan menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya (Mat. 7:14). Tawaran itu disampaikan kepada semua orang tetapi tidak semua orang akan menerimanya. Itu sebabnya kita diminta untuk terus mendoakan dan bersaksi kepada setiap orang bahwa kita mampu meraihnya. Bisa saja orang menggunakan “Doa Bapa Kami” dalam mengawali hari-hari dalam hidupnya dan memohon bahwa Nama Allah dikuduskan dan jadilah kehendak-Nya di dalam dan melalui hidup kita. Ada orang yang melakukan kebiasaan ini.
Untuk bersekutu terhadap Tuhan, kita harus bersekutu dengan sahabat kita sesama orang percaya. Yesus menunjuk firman-Nya dalam Matius 5:23 ketika Dia memerintahkan seseorang yang akan mempersembahkan persembahannya di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau berdamailah dahulu sebelum persembahan itu dilaksanakan. Penting sekali untuk kita perhatikan antara kata dan tindakan untuk menunjukkan bahwa iman kita itu benar. Paulus dari awal sudah menunjukkan kepada kita betapa pentingnya berdoa. Diperlukan orang-orang percaya, baik secara pribadi dan komunal untuk berdoa dengan tekun karena dengan doa kita melibatkan Allah dalam tujuan yang hendak kita capai.
Doa adalah nafas kehidupan Kristen. Oleh karena itu doa tidak dipakai hanya sewaktu-waktu melainkan menyangkut seluruh totalitas hidup manusia. Doa menjadi bagian dari hidup manusia yakni kerohaniannya yang dipersiapkan untuk menjadi orang Kristen yang kuat dan bertumbuh dalam iman. Amin





Pdt Tigor Sitanggang, M.Th.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar