Selasa, 01 Februari 2011

”PEREMPUAN DAN GOSIP”

widgeo.net
”PEREMPUAN DAN GOSIP”
(Yakobus 1 : 26 )



PENDAHULUAN
"Memang lidah tak bertulang, tak terbatas kata-kata...“   Penggalan syair lagu ini, harus diakui tentunya juga menjadi bagian dari kehidupan kita. Bahkan ada istilah yang mengatakan, "Karena berbicara tidak membayar maka orang sering berbicara sesuka hatinya“. Ini juga suatu realita yang tidak bisa kita pungkiri seringkali terjadi dalam kehidupan kita dan sekeliling kita. Lalu yang menjadi perenungan bagi kita saat ini adalah, „Apakah benar bahwa kaum perempuan sangat dekat dengan identik keberadaannya dengan gosip, yang nota bene maknanya bertendensi negatif?“ Inilah yang akan kita diskusikan dalam PA saat ini.

PENJELASAN NAS
Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.
Nas ini sebenarnya merupakan bagian dari perikop yang berjudul, „Pendengar atau pelaku Firman“ (1:19-27). Salah satu ciri orang yang hidup di dalam Tuhan, adalah cepat untuk mendengar tetapi lambat untuk berkata-kata (ay.19). Seseorang yang sudah mendengar firman, diajak kepada suatu tingkatan kualitas yang lebih tinggi lagi yaitu menjadi pelaku firman. Ketika firman yang didengar dilakukan, maka di situlah pelaku menjadi garam dan terang serta saluran berkat bagi orang lain. Lalu mengapa Yakobus mengajak kita untuk lambat berkata-kata? Apakah salah jika berkata-kata menyampaikan Firman dan Kebenaran itu? Tentu saja bukan itu yang dimaksudkan oleh Yakobus. Yang menjadi persoalan pokok adalah perlunya pengendalian diri (mengekang) terhadap apa yang akan disampaikan. Sehingga apa yang diucapkan lidah kita, menjadi berkat bagi sesama dan kemuliaan bagi Tuhan. Orang seperti inilah orang yang beribadah.

PEREMPUAN DAN GOSIP
Menurut KUBI, gosip berarti: obrolan tentang orang-orang lain, cerita negatif tentang seseorang, pergunjingan, mengunjingkan orang lain, mendesas-desuskan.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa gosip adalah membicarakan orang lain tanpa sepengetahuan orang itu. Biasanya gosip berisi rincian pembicaraan yang bersifat pribadi dan negatif, yang menempatkan orang yang menjadi obyek gosip dalam posisi yang buruk. “Ah, kami tidak sedang membicarakan skandal orang lain, kok!” begitu sanggah kita. Namun tetap saja kata-kata kita yang sia-sia dapat menimbulkan luka di hati orang lain.

Hal Yang Sangat Buruk Tentang Gosip
Alkitab menyebutkan pembicaraan yang sia-sia ini sederhana saja: dosa. Bila kita masih menganggap gosip sebagai dosa kecil, coba kita lihat teman-temannya: Roma 1:29-30 menyatakan gosip sebagai pelanggaran, dengan kategori yang sama seperti “kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, kedengkian, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan.” Apapun yang setingkat dengan pembunuhan dan kedengkian pastilah memiliki kuasa merusak yang serius!
Gosip sangat merusak hubungan. Gosip “menceraikan sahabat yang karib” (Amsal 16:28), menimbulkan permusuhan, kemarahan, dan kepahitan. Jika kita melihat suatu komunitas Kristen yang dipenuhi dengan gosip, maka kita dapat melihat keluarga-keluarga yang berantakan, penuh dengan masalah dan saling curiga satu dengan yang lain.

Semakin Rinci Isinya, Semakin Buruk Jadinya
Membicarakan orang lain pasti akan mendorong sikap membenarkan diri sendiri. Gosip itu ibarat anggur beracun, di balik kulit luar yang menggoda berupa perhatian kepada sesama, di dalamnya terdapat racun egoisme. Dengan atau tanpa kita sadari, kita sering membocorkan rahasia atau kesalahan orang lain untuk keuntungan kita sendiri, meskipun kita bersikeras bahwa kita melakukannya untuk menolong orang itu. Dengan bergosip, kita bukan hanya mencoba menunjukkan bahwa kita “tahu segalanya”, namun kita juga menyatakan secara tidak langsung bahwa kita lebih baik ketimbang orang lain yang kita gosipkan itu.
Di sinilah kita melihat godaan yang kuat untuk bergosip: Ketika kita bergosip, kita merasa lebih tinggi, lebih hebat daripada orang lain. Apalagi bila kita membungkusnya dalam rupa suatu pertemuan doa, di mana kita terdorong untuk “memberi perhatian yang lebih dalam terhadap seorang saudara”, kita merasa mendapatkan kepuasan sebagai orang yang “lebih rohani” daripada orang lain, padahal kepuasan sesaat seperti itu sungguh merupakan sikap yang buruk bagi diri kita sendiri maupun bagi gereja.
Tips Menghindari Gosip
Dengan bergosip, kita sebenarnya sedang menunjukkan bahwa kita adalah orang berdosa yang sedang menipu diri sendiri dan tidak cukup dewasa untuk dapat dipercaya dalam menjaga kerahasiaan orang lain. Kita tidak menaati firman Allah dan merusak tubuh-Nya. Kita tidak perlu terjerat ke dalam pencobaan ini. Berikut adalah tips yang mudah-mudahan dapat membantu kita.
1.   Kenalilah gosip sebagaimana adanya.
Kita harus setuju dengan apa yang dikatakan Alkitab tentang gosip, yakni sebagai dosa. Ketika kita membicarakan hal-hal yang buruk tentang orang lain, dapat dipastikan bahwa tindakan kita itu salah. Kecuali bila hal itu memang diperlukan guna membeberkan semuanya, misalnya dalam melaporkan suatu kejahatan atau memberitahu orangtua tentang perilaku buruk anaknya. Bila selama ini kita selalu tergoda untuk bergosip, berhentilah mencari pembenaran. Izinkanlah Roh Kudus menyadarkan dan membawa kita kepada pertobatan.
2.   Pahamilah betapa luasnya kerusakan yang ditimbulkan oleh gosip.
“Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar… sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.” Demikian peringatan dari Yakobus kepada gereja Tuhan (Yakobus 3:5-6). Sesuatu yang pada awalnya tampak tidak berbahaya itu, sebenarnya merupakan virus mematikan yang membahayakan kesehatan tubuh Kristus. Bila kita peduli tentang kesatuan di dalam gereja sebagaimana yang dilakukan Tuhan (Yohanes 17:20-21), maka kita akan selalu berusaha menghindari diri kita dari membicarakan hal yang sia-sia.
3.   Dapatkan kembali kuasa perkataan Anda untuk menguatkan dan membangun orang lain.
Yakobus 3:2-4 mengajar kita bahwa ibarat kemudi kapal, lidah yang kecil dapat mengarahkan keseluruhan hidup kita kepada kehidupan atau kematian. Bila kita menyadari bahwa perkataan kita memiliki kuasa yang besar untuk melakukan hal yang baik maupun yang jahat, tentu kita tidak lagi akan meremehkan bahaya gosip, dan kita akan mulai memakai kata-kata kita hanya untuk membangun orang lain.
4.   Bila Anda sedang mendengarkan gosip dari lawan bicara Anda, maka gantikanlah gosipnya itu dengan pujian yang baik.
Gantikanlah kata-kata yang menyakitkan dengan simpati yang murni. Gantikanlah laporan jahat yang Anda terima dengan suatu pesan positif tentang orang yang sedang digosipkan itu. Dengan begitu, Anda sedang menelanjangi dosa gosip, dan hal itu dapat meluruskan motivasi si penggosip dan membawanya kepada pertobatan dan pendamaian. I Petrus 4:8 mengingatkan kita, “Kasih menutupi banyak sekali dosa.”

Dengan menghindari dosa gosip, berarti kita sedang membangun diri sendiri dan orang lain, dan kita akan menemukan bahwa hanya Allah yang dapat memuaskan kebutuhan kita, bukan dengan menjadi manusia super, yang merasa lebih baik dibandingkan orang lain. Juga, kita akan menemukan sukacita dalam menggunakan kata-kata yang membawa kehidupan bagi tubuh Kristus.

PENUTUP
Pepatah Inggris berkata, ‘Silence is Golden’ (diam itu emas). Kita tentu saja tidak harus terlebih dahulu menjadi bisu untuk bisa mencapai kualitas emas itu. Namun kita harus berkhidmat dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam berkata-kata dan mendengar. Sebelum mengatakan sesuatu ingatlah: ‘pikirkan terlebih dahulu, rasakan terlebih dahulu’ barulah berkata-kata. Sehingga apa yang terucap nantinya tidak menjadi sia-sia, dan kita pun tidak menyesal karenanya. Apa yang ada dalam pikiran dan hati adalah milik kita semata, namun isi hati dan pikiran yang sudah terungkap melalui kata-kata bukan lagi milik kita melainkan milik orang lain. Apa yang terucap tidak akan pernah dapat ditarik kembali sekali pun dengan kata maaf. Ada seorang yang menebarkan sekarung kapas. Kapas terbang ditiup angin. Pertanyaan bisakah kapas dikumpulkan secara utuh kembali? Jawabnya tentu tidak bisa. Begitulah kata-kata yang sudah terucap tidak bisa ditarik kembali. Karena itu berhati-hatilah. Amin!



Pdt.Tuty Zastini Hutabarat,STh
HP 0813 18 200055

Tidak ada komentar:

Posting Komentar