alam sebuah cerita pendek berjudul "The Capital of the World", penulis pemenang Hadiah nobel, yaitu Ernest Hemingway, bercerita tentang seorang ayah serta puteranya yang remaja, Paco, yang hubungannya retak. Setelah sang anak minggat dari rumah, sang ayah memulai perjalanan panjang untuk menemukannya. Akhirnya, sebagai upaya terakhir, sang ayah memasang iklan di surat kabar setempat di Madrid. Bunyinya, "Paco anakku, temuilah ayah didepan kantor surat kabar ini besok siang, segalanya sudah ayah ampuni, ayah sayang sama kamu." Keesokan paginya di depan kantor surat kabar tersebut hadir delapan ratus pemuda bernama Paco, dengan keinginan untuk memulihkan hubungan yang retak. Jangan pernah meremehkan kuasa hubungan terhadap hidup manusia.
Theodore Roosevelt, mantan Presiden Amerika pernah mengatakan “Unsur terpenting dalam rumusan meraih keberhasilan adalah mengetahui bagaimana menjalin hubungan baik dengan orang lain.” Apakah yang dapat diperbuat seseorang untuk mengelola serta mengembangkan hubungan baik? Dituntut memiliki kemampuan untuk memahami orang lain. Artinya,memahami perasaan serta pikiran orang lain. Sementara kita bekerja sama dengan orang lain, sadarlah bahwa semua orang, entah pemimpin atau pun pengikut, memiliki beberapa kesamaan: Mereka suka di istimewakan, pujian yang tulus. Mereka menginginkan petunjuk,dahulukanlah kepentingan mereka, berikanlah dorongan kepada mereka. Mereka menginginkan keberhasilan, maka bantulah mereka untuk meraihnya.
Hal yang sama Firman Tuhan hari ini mengajarkan hal demikian yang harus kita lakukan seperti Mikha dalam perikop ini.
Pembahasan Teks
Mikha dipendekkan dari kata Mikhayehu yang artinya “Siapakah seperti Yahweh?” Mikha dari Moresyet pegunungan Efraim, ungkapan Moresyet-Gat (1:14) berarti “Milik Gat”. Aslinya Gat termasuk Pentapolis dari Filistin Gat, Gaza, Askelon, Ekron dan Asdod semua di Pantai Tenggara. Moresyet diatur melalui Gat. Moresyet terletak sekitardua puluh mil sebelah Tenggara Yerusalem, yaitu di kaki bukit menghadap Laut Tengah.Jika dibandingkan dengan Amos dan Hosea, adalah Nabi yang suka menyembunyikan diri.
Moresyet mempengaruhi bahasa Mikha, ia tidak memiliki pandangan padang gurun seperti Amos atau lukisan pertanian dan pedesaan seperti Hosea. Mikha menunjuk pada ladang-ladang milik orang dusun (2:2; 4:5). Perhatian lebih besar diberikan kepada nafsu serakah dan tindakan kasar dari orang-orang yang datang dari kota Yerusalem yang rumah-rumah mewah mereka disewakan di Moresyet. Mereka suka menipu (6:11) dan merebut apa saja yang mereka inginkan (2:1-2; 6:9-11). Mereka merebut ladang-ladang karena utang tidak dibayar (2:2,4).
Walaupaun di desa, Mikha tahu korupsi merajalela dalam kehidupan kota di Israel dan Yehuda. Tuduhan-tuduhan terutama diarahkan kepada Yerusalem bagaimana tuan-tuan tanah menindas orang-orang miskin. Dia mencela korupsi yang merajalela di tengah-tengah pemimpin agama, dan penyelewengan-penyelewengan hukum yang umum dilakukan oleh orang-orang yang seharusnya menegakkan hukum (3:10). Kenyataan bahwa semua nya ini terjadi dalam suasana keagamaan yang palsu (3:11). Mikha menekankan keadilan dan kebenaran moral sebagai ciri utama dari watak Allah harus dipantulkan di antara sesama umat Allah.
Mikha menyoroti masalah-masalah yang timbul karena ketidakadilan sosial yang menimpa pemilik-pemilik tanah sempit peternak-peternak dan petani, ia memperingatkan orang-orang yang merampas harta milik orang lain, bahwa Allah telah merencanakan hukum yang keras bagi mereka. Dakwaan atas penguasa-penguasa Israel (3:1-4) dan nabi-nabi palsu membayangkan kemusnahan seluruh Yerusalem karena mereka korupsi dan penyakit itu sudah menjalar sampai ke dasar hidup masyarakat.
Mikha menyaksikan penderitaan berat dan kejam yang terjadi pada orang miskin. Tanah mereka dirampas oleh penguasa Yerusalem untuk mendirikan tempat penjagaan, karena Moresyet menjulang di atas dataran Tengah dan mengalami bermacam-macam peristiwa militer. Tidak mengherankan bahwa Mikha berbicara marah dan keras melawan ketidakadilan sosial dan skandal religius, yang karenanya pemerintah di Yerusalem berusaha mengalihkan perhatian negeri dari bahaya perang dan penderitaan orang miskin. Mikha melancarkan kritiknya terutama terhadap pemimpin agama dan politik melakukan korupsi demi kenikmatan dan keserakahan.
Mikha bernubuat selama selama pemerintahan tiga raja, mulai dari Yotan, lalu pemerintahan Ahas, kemudian masa Hizkia (742-696 SM). Karena kitab ini hanya sedikit atau sama sekali tidak menyinggung tentang krisis besar selama pemerintahan Ahas. Mikha adalah penatua yang membela hak-hak para orang yang tertindas. Tuhan mempunyai tuduhan kepada umat-Nya karena itu Ia memanggil mereka untuk mendengarkan keluhan-Nya dan mendengarkan tindakan-tindakan jahat mereka jikalau mereka dapat. Hak apakah yang mereka miliki untuk menolak Allah perjanjian mereka dan tidak menaati hukum-hukum-Nya ? Tuduhan-tuduhan terhadap umatnya diberikan di ayat 9-16.
Ajakan dalam (1-4) untuk mengaduh kepada Alam semesta sebagai tempat pengadilan dan dasar-dasar bumi menjadi saksi, berisi permohonan belas kasih Tuhan. Umat mencari perlindungan melalui tindakan-tindakan ibadah yang berlebihan, mereka malahan mengorbankan juga anak sulung seperti dilakukan Raja Ahas (2Raja 16:3) dan raja Manasye (2Raja 21:6), mereka menyembelih anak-anak mereka secara ritual dengan membayangkan untuk menyenangkan Tuhan melawan pemerasan mereka terhadap orang miskin. Keputusan Tuhan memberikan kesempatan ke dua: berlaku adilseperti tertulis dalam Taurat Perjanjian, mencintai kesetiaan menurut perjanjian, berarti mengikat mereka satu sama lain dan kepada Yahwe dalam perjanjian dan hidup dengan rendah hati dengan menyadari kebaikan Allah adalah satu-satunya pengharapan mereka.
Refleksi Teologis
Allah bertanya kepada umat-Nya apakah Dia telah mengecewakan mereka dalam satu hal? Apakah itu salah-Nya jika mereka tidak menaati Firman-Nya? Apakah Ia telah mengabaikan mereka atau gagal mengasihi mereka sebagaimana mestinya? Jawabnya jelas. Israel tidak ada dalih; Allah telah memperlakukan umat-Nya dengan baik dan sabar sepanjang sejarah mereka. Saat ini Allah bisa mengajukan pertanyaan yang sama kepada semua orang yag berpaling dari-Nya. Jikalau kita menjadi tidak setia kepada-Nya dan standar-standar kebenaran-Nya dan menerima cara-cara dunia fasik, maka itu tidak akan disebabkan karena Allah tidak setia kepada kita; sebaliknya karena keinginan kita sendiri dan sikap tidak berterimakasih atas kaish karunia dan kasih-Nya.
Mikha memberikan defenisi lipat tiga mengenai standar kebaikan menurut Allah dan apa yang diperlukan dalam pengabdian kita kepada-Nya. Kita harus bertindak dengan adil yaitu tidak memihak dan jujur dalam memperlakukan sesama. Kita harus mengasihi, bermurah hati yaitu menunjukkan belas kasihan sejati dan kebaikan kepada mereka yang memerlukan bantuan. Kita harus hidup dengan rendah hati dihadapan Allah, yaitu setiap hari merendahkan diri dihadapan-Nya dalam ketakutan dan kehormatan kepada kehendak-Nya. Ibadah umum hanya merupakan bagian kecil dari seluruh pengabdian kita kepada Kristus. Kasih yang sungguh-sungguh kepada Tuhan harus terungkap dalam kepeduliaan tak berkeputusan kepada mereka yang berkekurangan.
Mikha bersusah payah menunjukkan bahwa kasih karunia Allah yang menyelamatkan tidak bisa didapati sebagai upah (6:6-8), baik dengan jalan korban-korban persembahan yang megah meriah maupun dengan melaksanakn acara-acara ibadah yang bertele-tele. Kerendahan hati mengasihi sesama dan berlaku adil harus menjadi kenyataan dalam hidup harian orang-orang yang ingin meyenangkan hati Allah.
Perbaikilah pikiran kita. Jika kemampuan kita untuk memahami orang lain perlu diperbaiki, Kuatkanlah hati, jika kita tidak terlalu peduli terhadap orang lain ketimbang yang seharusnya, kita perlu mengalihkan fokus dari diri sendiri. Buatlah daftar hal-hal kecil yang dapat kita lakukan untuk memberikan nilai tambah kepada teman-teman serta rekan sekerja. Lalu cobalah lakukan satu setiap harinya. Jangan tunggu hingga kita ingin membantu orang lain. Bertindaklah hingga kita sendiri merasa senang melakukannya.
Perbaikilah hubungan yang retak. Renungkanlah hubungan jangka panjang yang berharga yang telah memudar. Lakukanlah semampu kita untuk membangunnya kembali. Kontaklah orang yang bersangkutan dan cobalah menjalin hubungan kembali. Jika kita bersalah, ambillah tanggung jawab dan mintalah maaf kepadanya. Berusahalah untuk memahami, mengasihi, serta melayani orang tersebut dengan lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar