Jumat, 04 November 2011

Bacaan Minggu 21 Setelah Trinitatis, 13 Nopember 2011: Roma 12:12-21

widgeo.net
Minggu 21 Setelah Trinitatis, 13 Nopember 2011                                                                  Roma 12:12-21

“SIKAP HIDUP PENGIKUT TUHAN”
 


B
ersukacita dalam pengharapan, sabar dalam kesesakan, dan bertekun dalam doa, inilah perjalanan hidup orang beriman. Di dalam pengharapan akan kehadiran Tuhan Yesus, umat Tuhan akan hidup dengan penuh sukacita dengan-Nya, melalui kebangkitan dan keselamatan yang akan diperoleh. Selalu ada peluang untuk memperoleh jalan keluar bagi seseorang yang selalu berpengharapan, namun sering menjadi tekanan yang menyulitkan bagi mereka yang sudah kehilangan pengharapan dalam pergumulannya. Maka pengharapan adalah sesuatu yang penting, dan selalu manarik kita untuk bergerak maju dalam setiap jalan yang mungkin sangat sulit. Tepatlah istilah yang sering dinyatakan, “dimana ada kemauan disitu ada jalan”, karena masih ada pengharapan. Segala sesuatu akan terselesaian pada akhirnya, bila belum berarti itu belumlah akhirnya.
Maka di dalam perjuangan tentunya tidak akan bimbang dan ragu,  tetap bersukacita sebab janji-Nya senantiasa digenapi. Ketika terjadi kesesakan/kesengsaraan karena persekutuan dengan kristus, tidaklah tepat bersungut-sungut seperti kecewa mengikut Kebenaran, justru hal itu adalah sesuatu  yang  lumrah sebagai konsekwensi oran percaya yang hidup dalam kebenaran. Sebab pengikut  TUHAN,  sekaligus juga memikul salib yang diberikan padanya. Maka yang melakukan kebaikan, kebenaran tidak selalu steril dengan penderitaan, kesukaran, tetapi pengikut Kristus tidak akan pernah takut kepada yang dapat membunuh tubuh, tetapi tidak berkuasa membunuh jiwa.
Jadi secara aktif  akan bertekun dalam doa, sebab kekuatan hanya dari kasih karunia Tuhan saja. Maka semakin keras kesesakan yang diterima oleh orang-orang benar, doa yang disampaikan kepada-Nya akan semakin sering diungkapkan, dan menjadi modal memberikan ketahanan .Karena bagaimanakah mungkin orang yang terdesak, teraniaya, tertikam, namun masih boleh menyuarakan kasih, kekuatan  ini tentu diperoleh  dari Tuhan di dalam doa. Doa yang disuarakan secara pribadi, juga oleh sesama umat Tuhan di dalam persekutuan.
Satu hal lain yang sangat membutuhkan bantuan dari tuntunan Roh Kudus, adalah sikap pada orang yang menganiaya, Pengikut kristus diminta untuk tidak membalas, tetapi memberkati., sebab berkat selalu akan.membawa sukacita.
Pengikut Kristus  tidak membalas ketika di caci maki,  kejahatan tidak akan dibalas dengan kejahatan., tetapi berusaha melakukan yang baik bagi semua orang, dan berdamai secara positif kepada semua orang dalam kebenaran.(bukan berarti kompromi dalm dosa). Malah kalau seteru lapar dia perlu diberi makan, sebagai suatu proses memulai yang baik. Jadilah selalu pionir melakukan kebaikan, ini salah satu bagian bagaimana memutus  rantai kejahatan, yang sering berlanjut dari kejahatan yang satu kepada kejahatan yang lain.
Sekaligus  sebagai sesama Umat Kristus, perlu hidup dalam solidaritas, saling membantu dalam kekurangan, terutama ketika kekurangan disebabkan tekanan (mereka yang hidup dalam kebenaran). Dan tidak lupa membuka rumah bagi orang lain, di mana suka memberi tumpangan, terutama  bagi yang sangat membutuhkan., sepeti tertimpa bencana, sedang kemalaman, dsb. Adakah keberanian bagi mereka yang sedang dilanda kesusahan  mengetuk pintu rumah kita ? Atau mereka sangat berani mengetok rumah kita yang bersimbol pengikut Kritus, namun yang kedengaran selalu kata “maaf”yang menjadi andalan kita untuk tidak membuka pintu. Ketika kelahiran Tuhan Yesus di tolak di berbagai rumah, pengalaman itu menjadi pelajaran bagi kita setiap pengikut Kristus untuk boleh selalu memberi satu ruang  bagi keluarga kecil yang sangat membutuhkan topangan..
Mereka yang suka memberi tumpangan akan bergembira menyambut  yang akan berkunjung ke rumahnya, sebab keterbukaan  tangan yang empunya rumah bagi sesama  akan menentramkan hati yang sedang membutuhkan tumpangan (Bersukacita ketika boleh seturut dengan Firman Tuhan memberikan hal yang baik bagi yang menderita).
Bersukacita dengan yang bersukacita, dan menangis dengan yang menangis, menyatakan hubungan yang erat sebagai sesama Jemaat Tuhan.,  Ikut merasakan penderitaan serta sukacita sesama., diikat oleh persekutuan yang dipersatukan oleh darah Kristus. Janganlah kita bersukacita akan dukacita sesama, dan berdukacita akan sukacita sesama. Bila empati, sympati ada di dalam diri kita terhadap orang-orang diluar lingkar diri kita maka keberadaan orang lain akan menjadi perhatian kita.
Ketika Tuhan menempatkan kita di tempat tertetu dengan orang lain (tidak sendiri), tentunya hal itu adalah dalam kerangka untuk saling memperhatikan yang satu dengan yang lain sebagai umat Tuhan. Terutama di jaman yang sering harus dibarengi dengan biaya jasa, atau tip untuk suatu perbuatan, sikap ini sering terimbas dalam persekutuan untuk tidak saling peduli, (“saya tidak dibayar kok” biarlah saya/dia mengurus dirinya sendiri) , disnilah panggilan sosial  Tuhan akan kita renungkan, bahwa kita selalu saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain.
Persekutuan itu juga harus terus menerus dibangun di dalam kebenaran Firman Tuhan sehingga semakin kuat,  dengan selalu berusaha untuk  saling memahami dalam kepelbagaian, bila ada yang lebih tahu akan berbagai hal, tetaplah dalam sikap yang rendah hati, dalam kerangka untuk membangun kesatuan. Jemaat. A m i n.


Pdt. Samuel Simanjuntak, S.Th.
HP 0817 456185

Tidak ada komentar:

Posting Komentar