Selasa, 22 Juni 2010

Bacaan Minggu 8 Setelah Trinitatis, 25 Juli 2010 : Mazmur 49:2-14




Minggu 8 Setelah Trinitatis, 25 Juli 2010 Mazmur 49:2-14








KEBAHAGIAAN YANG SIA-SIA



Firman Allah dari Mazmur 49:2-14 menyapa kita pada hari ini. Firman Allah berhenti pada hikmat pengajaran dari Pemazmur, yang harus didengar oleh seluruh manusia (49:2), termasuk kita. Kita harus mau belajar dan terbuka menerimanya, kalau kita ingin hidup berbahagia. Karena, orang yang berbahagia adalah orang yang mendengarkan firman Allah serta memeliharanya (melakukan) dalam kehidupan sehari-hari. Apa isi hikmat itu? Hikmat itu mengatakan bahwa orang kaya tidak akan bisa menebus nyawanya dan membayar Allah untuk menghindarkan lubang kubur. Mereka akhirnya tidak dapat bertahan dan mereka akan sama dengan hewan yang dibinasakan. Mereka digembalakan oleh maut, dan dunia orang mati menjadi tempat kediamannya (8-15). Bagaimana dengan Pemazmur sendiri? Apa ajaran yang akan disampaikan oleh Pemazmur? Apa pelajaran yang dapat kita tarik sebagai orang yang percaya kepada Allah, yang ikut bermazmur karena kita di dalam Kristus? Untuk memahami perikop khotbah kita hari ini, maka ijinkanlah saya mengajak saudara-saudara membaca dan merenungkan hingga akhir mazmur tersebut.

Berpikirlah dari Akhir, Bertindaklah dari Awal!

Hikmat dari pergumulan hidup Pemazmur membawanya sampai pada kesimpulan: “Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati” (16). “Tetapi” itulah kata kunci yang mengandung arti “perbedaan” yang sangat menentukan. Persis diantara kata tersebut terlihat perbedaan akhir kehidupan orang yang mengandalkan kekuasaan harta,mengandalkan diri sendiri, mengandalkan pengertian sendiri. Singkatnya: Orang yang tidak mengandalkan Allah. Memang keduanya akan sama-sama mati. Tetapi orang yang tidak mengandalkan Allah akan dikuasai oleh kematian dan tinggal dalam dunia orang mati, tetapi orang yang mengandalkan Allah akan dibebaskan Allah dari cengkeraman dunia orang mati.

Di balik kata “akan” ada kabar gembira. Itulah akhir yang didambakan semua orang. Itu pula akhir yang kita harapkan. Pengakuan Pemazmur dalam lagu ini membawa kita kepada penghayatan iman akan akhir hidup kita kalau kita mengandalkan Allah. Itu yang harus memenuhi pikiran, dan yang menentukan seluruh warna dan gerak langkah kehidupan kita.

Perjalanan hidup kita akan menuju suatu akhir yang pasti. Suatu akhir yang membahagiakan. Memang hidup kita ditentukan olehnya. Tapi kita sedang menjalani hidup kini dan di sini. Hidup kini dan di sini yang digerakkan oleh kepastian pengharapan di masa yang akan datang. Apa artinya hidup kini dan di sini yang di tentukan kepastian yang akan datang?

Tampaknya Steven Covey, seorang ahli manajemen modern, dalam bukunya “The Seven Habits” diinspirasi oleh Alkitab ketika mengatakan bahwa kunci keberhasilan yang sangat efektif salah satu adalah “berpikir dari akhir, bertindak dari awal. Sejak dini, kini dan di sini, segala sikap dan tindakan kita harus senafas, sejiwa dan sejalan dengan kepastian di masa depan, bahwa Allah akan membebaskan kita dari cengkeraman kematian.

Bertindaklah dari awal! Itulah yang diserukan oleh Pemazmur (17-21). Pemazmur dalam lagunya berdoa dan mengakui bahwa pada akhirnya Allah akan menyelamatkannya. Oleh karena dia mengajak agar seluruh umat untuk tidak takut pada orang kaya atau orang yang menjadi kaya dan mengandalkan kuasa kekayaannya (17-21).

Janganlah takut kepada orang kaya yang mengandalkan kuasa kekayaannya. Janganlah takut kepada orang yang tidak mengandalkan Allah. Kita justru takut kalau kita tidak mengandalkan Allah. Kita tahu dan mengaku bahwa Allah Mahakuasa. Tidak ada kekuasaan lain di atas kuasa Allah. Anehnya, kita sering mengandalkan yang lain: harta, kemampuan diri, kuasa dan pesona diri.

Saudara mendambakan kehidupan yang bahagia? Maka bertindaklah dari sekarang sesuai dengan dambaan itu! Andalkanlah Allah dalam segala tindakan! Jangan takut terhadap orang yang mengandalkan kuasanya!

Beranilah untuk Hidup!

Pemazmur berhasil mengajak kita berpikir dari akhir dan bertindak dari awal. Namun, realita bisa berkata lain! Dalam pengalaman pribadinya, Pemazmur mempertanyakan dirinya sendiri: “mengapa aku takut ketika dikejar dan dikepung oleh orang jahat, yang mengandalkan kekayaannya? (6) Pemazmur sadar akan akhir, tetapi terkadang takut menghadapi kekuasaan yang jahat.

Mempertanyakan diri, mengoreksi diri merupakan proses pertumbuhan menuju kedewasaan iman. Proses untuk semakin sesuai dengan akhir yang didambakan. Mempertanyakan diri merupakan pengakuan akan kelemahan dan kegagalan diri untuk berani menghadapi kehidupan. Menghadapi kehidupan berarti menghadapi realita dalam kehidupan. Walaupun apa yang terjadi dalam kehidupan sulit dimengerti dan diterima secara iman, satu hal yang pasti diperlihatkan Pemazmur: Beranilah menghadapi kehidupan.

Keberanian merupakan konsekuensi dari bebas dari rasa takut. Keberanian menghadapi realita kehidupan merupakan sebuah pengakuan bahwa Allah adalah Tuhan atas kehidupan. Kita mungkin sering atau terbiasa dengan ungkapan “siap mati demi hidup”. Ini merupakan ungkapan yang menyesatkan. Setelah mati, tidak ada yang bisa kita lakukan untuk kehidupan. Hikmat Pemazmur untuk tidak takut dan berani menghadapi tantangan dalam kehidupan, menolong kita keluar dari ungkapan yang salah. Kita juga terbiasa mendengar dan mengakui bahwa Yesus mati untuk kehidupan seluruh dunia, umat manusia. Kematian Yesus yang berkuasa untuk menghidupkan, kematian kita tidak! Panggilan untuk manusia yang hidup adalah untuk bertahan hidup dan menghadapi kuasa yang mematikan.

Karena Allah akan membebaskan kita, pasti Dia juga menolong kita menghadapi kuasa jahat. Keyakinan seperti itu pastilah ada dalam diri Pemazmur. Allah bukan hanya Allah bagi masa depan. Tetapi Allah bagi kehidupan masa kini. Allah bukan hanya Allah atas sebagian sejarah, Dia juga adalah Allah atas seluruh sejarah, baik masa yang akan datang maupun masa kini. Dia berjalan bersama-sama dengan orang yang mengandalkanNya.




Jadilah ahli bahasa!

Pemazmur membuka telinganya kepada amsal dan mengungkapkan hikmat dalam lagu untuk diperdengarkan kepada semua umat manusia, baik hina maupun mulia, kaya maupun miskin (49:2-5). Ada dorongan yang kuat dalam diri Pemazmur untuk berbagi kepada seluruh umat manusia, bangsa-bangsa. Dorongan tersebut berangkat dari keyakinan bahwa penyertaan dan pemeliharaan Allah atas kehidupan merupakan hikmat bagi dunia. Dunia akan hancur kalau mengandalkan dirinya sendiri. Dunia butuh masa depan. Ketika dunia cenderung mengandalkan kuasa dunia, hikmat Allah mengoreksi dan menawarkan kehidupan dan masa depan. Itu sebabnya terdorong membahasakan pergumulan dan keyakinannya dengan bahasa hikmat, yang dapat dimengerti semua orang, baik kaya maupun miskin, hina maupun mulia.

Bahasa hikmat dalam bentuk lagu yang berisi doa merupakan bukti keahlian Pemazmur membahasakan. Dunia butuh ahli bahasa. Ahli bahasa kehidupan. Kita diajak oleh Pemazmur untuk menjadi ahli bahasa. Kita harus mampu membahasakan keyakinan kita demi kehidupan dan kelanjutan kehidupan dunia yang lebih baik. Ahli bahasa kehidupan, berarti ahli membahasakan bentuk kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah. Keahlian membahasakan berangkat dari keyakinan dan pengalaman hidup. Semakin berpengalaman dalam hidup, menarik pelajaran dari kehidupan, maka kita akan dimampukan Roh Kudus untuk membahasakannya bagi dunia.

Kita harus sadar bahwa dunia membutuhkan ahli bahasa. Dunia butuh masa depannya. Dunia butuh kebahagiaan yang sesungguhnya, bukan kebahagiaan semu (19). Ahli bahasa bukanlah ahli uang, ahli menggandakan uang. Ketika bahasa dunia berpusat kepada uang, capital, Pemazmur mengajak kita memahami hikmat Allah yang sangat dalam. Semua itu akan ditinggalkan ketika kita mati. Kehormatan dan kenikmatan yang bisa dibeli dengan uang tidak akan dibawa ke liang kubur. Cinta uang, itulah logika dunia. Cinta uang, itulah akar segala kejahatan. Cinta uang itulah akar dan awal kehancuran.
Hidup dan kehidupan, itulah bahasa hikmat Allah. Kebahagiaan yang sesungguhnya, itulah tawaran firman Allah. Pemazmur mengajak kita untuk membahasakan hikmat Allah ini dalam bahasa yang bisa dimengerti dan diterima semua orang. Mungkin kita ragu apakah orang akan menerima. Tetapi saya mau menegaskan berdasarkan firman Allah. Sesungguhnya semua orang merindukan bahasa kehidupan. Bahasa yang menghormati kehidupan. Bukan bahasa kapitalis. Keahlian kita dibuktikan, apakah kita mampu membahasakan bahasa kehidupan berdasarkan firman Allah kepada semua orang. TUHAN, Allah Israel, Bapa Tuhan Yesus Kristus, Allah kita, menyertai kita.




Pdt. Dr. Ir. Fridz P. Sihombing
Dosen STT HKBP P.Siantar

1 komentar:

  1. Bapak Pdt. DR. Ir. Fridz P Sihombing.

    Saya suka sekali meniduri istri orang. apakah ini yg dinamakan bahasa roh ? saya rayu istri orang yg sedang lemah imannya untuk menyalurkan nafsu saya. bagaimana menurut Bapak ?

    BalasHapus