Selasa, 22 Juni 2010

RENUNGAN















PEMELIHARAAN DAN PIMPINAN ALLAH
Ramli SN Harahap*


Jika kita memelihara ayam, maka kita akan menyediakan kandang, makanan, dan memberikan suntikan vaksin agar ayam tersebut dapat tumbuh dengan sehat dan baik. Jika kita memelihara tanaman bunga, maka kita akan membeli pot, tanah, dan pupuk yang baik agar tanaman bunga tersebut dapat tumbuh dengan baik. Pemeliharaan terhadap binatang dan bunga pasti akan menyita hati, perhatian, keseriusan dan tanggung jawab dari si pemelihara agar setiap peliharaannya dapat menghasilkan yang terbaik baginya.

Timbul pertanyaan apakah manusia sama dengan pemeliharaan binatang dan tumbuhan tadi? Memang tidak persis sama dengan pemeliharaan binatang dan tanaman itu. Bedanya pasti ada. Misalnya, binatang dan tanaman dipelihara oleh manusia, sedangkan manusia dipelihara oleh Allah. Binatang dan tanaman tidak perlu dipimpin oleh manusia, karena binatang dan tanaman tidak membutuhkannya. Tetapi manusia disamping dia dipeliharakan Allah, manusia itu membutuhkan pimpinan dan tuntunan Allah dalam menghadapi perjalanan hidupnya.

Sebenarnya kata “pemeliharaan” tidak cocok dipakai kepada manusia. Kata ini lebih sering dipakai kepada binatang dan tumbuhan. Kata yang sering dipakai kepada manusia adalah “melindungi”, “menjaga”, dan lain sebagainya. Tetapi dalam kenyataannya sekarang, memang perkataan pemeliharaan bisa juga ditujukan kepada manusia. Allah benar-benar memberikan perhatian dan pertolongan-Nya serta tanggung jawab-Nya bagi setiap orang yang diciptakan-Nya.

Pemeliharaan Allah kepada manusia sering tidak kita rasakan. Karena pemeliharaan Allah itu tidak kelihatan seperti kita memelihara ayam dan tanaman bunga tadi. Ketika kita memelihara ayam dan tanaman bunga, setiap pagi secara kasat mata kita kelihatan memberikan makanan dan minuman bagi peliharaan kita. Pemeliharaan Allah itu adalah pemeliharaan yang tidak kelihatan. Mengapa? Sebab Allah menolong kita tanpa dilihat kasat mata. Pertolongan Allah tidak bisa kita rasakan secara langsung, namun pertolongan Allah hanya bisa disaksikan.

Seorang hamba Tuhan (baca: pendeta) bercerita kepada saya beberapa waktu yang lampau. Pemeliharaan dan pertolongan Allah itu tidak dia ketahui dari mana datangnya pada saat uang kuliahnya dibayarkan oleh seseorang dengan lunas mulai dari uang kuliahnya hingga hutang-hutang lainnya di kampusnya. Selama empat tahun kuliah di salah satu Sekolah Tinggi Teologi (STT) di Medan, hamba Tuhan ini tidak pernah membayar uang kuliahnya karena orang tuanya tidak sanggup memberikan uang kuliahnya ketika itu. Pemeliharaan Allah itu dirasakannya dari seorang dosennya yang memberinya kesempatan ujian dan naik tingkat walau dia tidak pernah membayar uang kuliahnya sepeser pun kepada kampusnya.

Ketika dia dinyatakan lulus ujian meja hijau (mempertahankan skripsi) oleh para dewan penguji dari kampusnya, hatinya sungguh lega dan bersyukur kepada Tuhan. Namun di tengah rasa syukurnya itu, sang dosen yang selama ini menolongnya dalam membebaskan uang kuliahnya datang menjumpai dia. Dalam perbincangan mereka, hamba Tuhan ini merasakan kejutan yang menyakitkan hatinya. Mengapa? Sang dosen ini meminta agar uang kuliahnya selama empat tahun dan seluruh hutang-hutangnya selama empat tahun di kampus tersebut harus lebih dulu dilunasi agar bisa diwisuda.
Hamba Tuhan ini pun pergi ke tempat kostnya dan menangis sepuasnya serta meronta kepada Tuhan dan berkata,”Tuhan tugasku telah selesai kulakukan, sekarang ya, Tuhan kerjakanlah tugasmu!”. Rintihan hati ini muncul dari relung hati yang terdalam, karena menurutnya bahwa selama ini uang kuliahnya sudah dianggap lunas oleh kampus ternyata masih dianggap hutang yang harus dilunasi. Pada saat itu pemeliharaan Allah itu tidak ada sama sekali sebab hutang-hutangnya ternyata belum lunas dan harus dilunasinya biar bisa dia mengikuti wisuda minggu depannya.

Apakah pemeliharaan Allah telah berhenti? Bagi hamba Tuhan ini pemeliharaan Allah itu tidak ada lagi, sebab mana mungkin lagi dia mencari uang untuk melunasi hutang-hutangnya agar dia bisa diwisuda minggu depan. Artinya, bagi dia pupuslah sudah harapan untuk meraih gelar kesarjanaan ini dengan sempurna.

Dengan rasa putus asa, hamba Tuhan ini pergi ke kampus untuk menayakan seluruh hutang-hutangnya agar dicoba untuk mencari jalan keluarnya. Ternyata, ketika dia bertanya kepada tenaga administrasi kampus tentang jumlah hutang yang harus dibayarnya, pegawai administrasi mengatakan bahwa seluruh hutangnya telah dibayar lunas oleh seseorang yang tidak diketahui orangnya. Mendengar berita itu, hamba Tuhan ini menangis dan mengucap syukur kepada Tuhan atas pemeliharaan-Nya yang luar biasa ini. Baginya, ternyata pemeliharaan Tuhan itu sungguh luar biasa. Segera setelah itu, hamba Tuhan ini mencari tahu siapa gerangan yang telah bermurah hati melunasi seluruh hutangnya itu.

Lama sekali hamba Tuhan ini mencari tahu siapa orang yang berbelas kasih kepadanya agar dia bisa mengucapkan terimakasi kepada orang tesebut. Namun hingga dia ditahbiskan menjadi pendeta pun dia belum tahu siapa orang itu. Namun setelah melayani sekian tahun di ladang Tuhan, hamba Tuhan ini pun menemukan orang yang telah menolong dia pada waktu itu. Tetapi ketika hamba Tuhan ini mau mengucapkan terimakasih kepada orang tersebut, itu pun tidak bisa dilakukannya, karena orang yang menolong itu telah meninggal dunia.

Dari pertolongan dan pemeliharaan Allah yang dirasakan hamba Tuhan ini timbullah suatu tekad dalam hidupnya bahwa pertolongan Tuhan itu harus dibalas dengan kesungguhannya dalam melayani Tuhan. Pertolongan Tuhan ternyata selalu tepat pada waktunya. Terkadang kita tidak mengetahui dari mana asal pemeliharaan dan pertolongan Tuhan itu. Terkadang kita tiak tahu siapa orang yang telah memeliharakan kehidupan kita, sehingga kita tidak tahu bagaimana cara mengucapkan terimakasih kepada orang tersebut. Karena itu, marilah kita merespons segala pemeliharaan dan pertolongan Tuhan itu dengan memberikan pemeliharaan dan pertolongan kepada orang lain juga sebagaimana kemampuan dan keberadaan kita. Memeliharakan dan menolong orang lain juga adalah bentuk ucapan syukur kepada Tuhan yang telah lebih dulu memeliharakan dan menolong kehidupan kita.






Penulis adalah
Pendeta GKPA
Melayani di Biro I Kantor Pusat GKPA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar