MENYANGKAL DIRI DAN MEMIKUL SALIB Keputusan penting apa yang pernah anda ambil selama anda hidup sampai saat ini? Mungkin anda mempunyai jawaban yang beragam satu dengan yang lain. Ada orang mengatakan keputusan penting yang pernah diambil antara lain; memilih sekolah atau Universitas, memilih tempat kerja, Menikah , meng–apply Green Card dan sebagainya. Di antara sederetan keputusan tersebut, manakah yang paling penting? Sekali lagi kita bakal mendapat jawaban yang satu dengan lainnya berbeda. Saat ini kita akan coba melihat keputusan penting yang pernah diambil oleh murid-murid Yesus. Tuhan Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya . “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” Satu keputusan yang cukup berat tentunya, namun inilah konsekwensi bagi seorang pengikut Yesus. Ada tiga hal yang cukup menarik yang akan kita lihat bersama : 1. Menyangkal Diri 2. Memikul Salib 3. Mengikut Yesus 1. Menyangkal Diri "Menyangkal diri", 'aparnêsasthô' adalah bentuk imperatif (perintah atau larangan) yang berasal dari kata 'aparneomai', "membantah", menyatakan bahwa seseorang tidak kenal atau berhubungan dengan orang lain; melupakan diri sendiri, kehilangan keinginan diri sendiri. Menyangkal diri bukan berarti meninggalkan atau menyerahkan sesuatu. Menyangkal diri berarti dengan tegas mengatakan 'tidak!' kepada diri sendiri, suka atau tidak suka, kepada apa yang paling dekat dan paling disayangi demi Kristus. Apabila kita sebagai orang percaya mengangkat salib kita dan mengikut Yesus, maka kita menyangkal diri (Lukas 14:26-27) dan mengabdikan diri kepada aneka ragam pergumulan dan penderitaan. Apa yang dimaksud dengan menyangkal diri? Menyangkal boleh diartikan dengan tidak mengindahkan, tidak respon. Walaupun murid-murid Yesus sudah cukup lama hidup bersama-sama dan pelayanan bersama, namun rupanya konsep mereka terhadap Yesus sang Mesias ini masih salah. Konsep pemikiran mereka seperti yang dituduhkan Yesus terhadap Petrus, mereka itu masih duniawi. Bagi Yesus apa yang dilakukan Petrus terhadap dirinya adalah merupakan penghalang atau batu sandungan. Itu sebabnya pada ayat 24 Yesus dengan tegas sekali mengatakan “Setiap orang yang mau mengikut Aku ia harus menyangkal diri” “Setiap orang” di sini berarti siapapun juga, tidak ada kecuali atau yang mendapat dispensasi (prioritas). Ingat bahwa pada jaman itu mengikut Yesus berarti murid- murid Yesus harus mengiringnya menuju Yerusalem, namun pada saat ini tentu bukan lagi masalah Yerusalem. Syarat seorang pengikut Yesus yakni harus “Menyangkal Diri”. Terjemahan lain untuk “menyangkal diri” adalah tidak lagi memikirkan kepentingannya sendiri. Tuhan Yesus tidak meminta kita hidup asketis akibat penyangkalan diri ini, misalnya tidak makan daging tertentu, menyiksa diri kita dan sebagainya. Menyangkal diri boleh dikatakan seperti kita berani berkata tidak untuk “perbuatan tertentu” yang dulunya kita tidak dapat menolaknya, padahal situasi itu kita sangat sukai. Ada seseorang memberikan penyataan demikian : Manusia pertama : Tidak dapat berbuat dosa Setelah Kejatuhan : Tidak dapat tidak berbuat dosa Jaman Anugerah : Dapat tidak berbuat dosa Hidup yang di dalam penyangkalan diri berarti hidup yang di dalamnya ada perubahan yang nyata. Mengingat kembali masa lalu kita, rasanya kita malu kalau saat ini kita boleh bersama dengan Tuhan. Namun orang yang menyangkal diri mengikut Tuhan ia harus tinggalkan masa lalunya. Benar dahulu hidup kita seperti seorang penjahat atau lebih kasar seperti “bajingan”. Tetapi tatkala Yesus mengatakan , Ayo ikut Aku? Artinya segala-galanya yang berhubungan dengan kehidupan masa lalu yang buruk itu harus disingkirkan. 2. Memikul Salib "Memikul salib", Yunani 'aratô ton stauron' memiliki bentuk imperatif, berasal dari kata 'airô', mengangkat (misalnya batu dari tanah; ikan dari dalam laut), meletakkan beban di pundak sendiri, memikul beban yang sudah ada dan membawanya (misalnya dengan maksud memindahkan ke tempat lain). Salib Kristus merupakan lambang penderitaan (1 Petrus 2:21; 4:13), kematian (Kisah Para Rasul 10:39), kehinaan (Ibrani 12:2), cemoohan (Matius 27:39), penolakan (1 Petrus 2:4) serta penyangkalan diri (Matius 16:24). Dalam pemerintahan Romawi waktu itu, pemandangan seseorang yang digiring ke tempat penyaliban di depan umum merupakan hal yang sudah dikenal. Orang terhukum itu biasanya harus memikul sendiri kayu yang melintang "patibulum" dari salibnya, waktu ia berjalan menyongsong kematiannya. Itulah gambaran yang akan muncul dalam benak orang-orang yang mendengar perkataan Tuhan Yesus. Bila mereka tidak siap menanggung akibat semacam itu sebagai murid Kristus, baiklah mereka undur selagi waktu masih ada. Tetapi ada baiknya mereka mempertimbangkan pilihan mereka dalam neraca Kerajaan Allah : [u]"Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya"[/i] (Markus 8:35). Hampir semua dari mereka yang mendengar kata-kata ini mengalami kebenarannya. Memang tidak semua dari mereka disalibkan. Tetapi kita tahu bahwa Petrus mengalaminya. Dan murid pertama yang mengalami kehilangan nyawa karena mengikut Tuhan Yesus adalah Yakobus bin Zebedeus saudara Yohanes, ia dipancung kepalanya (Kis. 12:2). Inilah yang dimaksud Tuhan Yesus dengan 'memikul salib' yaitu mengalami aniaya dan kematian oleh karena Kristus. Lukas menuliskan kata-kata ini dengan lebih tegas sbb : "ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku" (Luk. 9:23). : Dasar kata yang dipakai untuk kata “Memikul Salib” di sini dapat diterjemahkan dengan membawa atu mengangkat. Banyak terjemahan yang menerjemahkan dengan “Membawa “ dan “Mengangkat” Mengapa dikatakan memikul salib? Tentu berbeda dengan jaman sekarang, salib dibuat seperti mainan, dipakai sebagai kalung, anting-anting dan yang kelewatan dipasang di pusarnya. Sebenarnya salib itu adalah salah satu alat yang digunakan oleh orang Romawi untuk menjalankan hukuman mati terhadap seseorang yang berbuat kejahatan. Salib dianggap sebagai alat untuk mendatangkan kematian dengan cara yang pelan namun sangat menyakitkan. Orang Romawi biasanya menggunakan salib untuk menghukum mati budak atau orang asing. Orang yang dijatuhi hukuman diharuskan memikul salib atau balok lintang ( atau balok mendatar) ke tempat eksekusi. Pada jaman Yesus, masyarakat sering melihat orang-orang yang disalib, sehingga dijadikan lambang kehidupan orang percaya. 3. Mengikut Aku/Yesus Kata mengikut Aku ini di dalam bahasa Yunaninya dipakai kata opisow yang artinya di belakang (Mat. 10 :38 ). Ternyata untuk mengikut Yesus ada terpasang dua syarat yang cukup berat. Tidak ada kesempatan untuk negosiasi atau KKN (sogok). Itu sebabnya walaupun pemuda yang datang itu adalah orang kaya, tetap saja pulang dengan tangan hampa. Karena bagi pemuda itu, tugas yang diberikan Tuhan Yesus itu sangat berat. Mengikut Yeus di di sini juga boleh diartikan sebagai “Menjadi murid”, “Menjadi pengikut-Nya” atau “Mereka pergi bersamanya”. Jadi bisa dibayangkan apa yang segera harus dilakukan seorang pengikut Yesus : - Tinggalkan pekerjaannya - Tinggalkan orang tua - Tinggalkan sanak saudara - Tinggalkan rumah - Tinggalkan harta –kekayaan - Tinggalkan kawan-kawan - Tinggalkan pacar - Tinggalkan kampung halaman - Tinggalkan segala-galanya Oh , tidak gampang bukan? Apa yang dapat kita pelajari? Seorang pengikut Yesus harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Yesus. Jadi, beranikah kita mengambil konsekwensi ini? Meninggalkan apa yang kita suka dan senangi. Orang yang suka berbohong, merokok diminta supaya segera meninggalkannya. Kemudian arahkan kehidupannya menjadi seorang yang patuh pada perintah Tuhan, rajin ke gereja, baca Alkitab setiap hari, berdoa dan melakukan firman Tuhan. Billy Graham mengatakan :”Keselamatan itu gratis, tetapi untuk menjadi murid ada harga yang dituntut , yakni segala sesuatu yang anda miliki” William Borden lulus SMA tahun 1904, maka sebagai hadiah kelulusannya, ayahnya mengirimnya berkeliling dunia dengan ditemani seorang pengantar. Bapak Borden, pendiri perusahaan susu borden itu memberi putranya sebuah Alkitab untuk dibaca selama perjalanan tersebut dengan harapan agar bisa menjadi sumber inspirasi dalam persiapannya memasuki perguruan tinggi. Selama perjalanan keliling dunia itu, William mendengar panggilan Allah agar dia meninggalkan karier bisnisnya yang menjanjikan sukses itu dan memberitakan Injil. Ia menulis lima kata pada halaman depan Alkitabnya. - TIDAK ADA YANG DAPAT MENGHALANGI- William masuk Universitas Yale di maba ia sangat terpengaruh oleh Samuel Zwemmer untuk memikirkan tentang orang-orang yang belum percaya Yesus. William merasa bahwa Allah memanggil dia untuk bekerja diantara orang-orang itu di China. Ia mengatakan kepada keluarganya bahwa ia tidak akan kembali ke bisnis keluarga setelah menyelesaikan pendidikannya di Yale, sebaliknya ia akan mengabdikan hidupnya untuk menjangkau jiwa-jiwa bagi Kristus. Ia menambahkan empat kata lagi di depan Alkitabnya : - TIDAK ADA KATA MUNDUR – Setelah menyelesaikan studinya di Universitas Yale dan di Seminari, William tiba di Mesir untuk belajar bahasa Arab sebagai persiapan pelayanannya. Dalam waktu setahun setelah kedatangannya ia terkena radang selaput otak dan meninggal tidak lama setelah berumur 26 tahun. Ibunya pergi ke Mesir untuk mengumpulkan barang-barang2 pribadinya, salah satu diantaranya ialah Alkitabnya. Dan ia melihat tiga kata tambahan tertulis di depan Alkitab itu yakni : - TIDAK ADA PENYESALAN – Apa yang dibutuhkan oleh dunia saat ini adalah suatu generasi orang percaya yang mempunyai motto : “Tidak ada yang dapat menghalangi, tidak ada kata mundur dan tidak ada penyesalan” Itu artinya , di manapun, kapanpun, dan dalam keadaan apapun kita tetap bersedia ikut Yesus. Sudah siapkah anda?? |
BLOG INI BERSIFAT TERBUKA UNTUK DIKOMENTARI DAN DIKRITISI DEMI KEMAJUAN WAWASAN BERPIKIR, DAN BERTEOLOGI MASA KINI
Rabu, 02 Maret 2011
MENYANGKAL DIRI DAN MEMIKUL SALIB
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar