BLOG INI BERSIFAT TERBUKA UNTUK DIKOMENTARI DAN DIKRITISI DEMI KEMAJUAN WAWASAN BERPIKIR, DAN BERTEOLOGI MASA KINI
Rabu, 17 Juni 2015
Jamita Minggu, 26 Juli 2015: 2 Raja - raja 4 :42 – 44
Jamita Minggu, 19 Juli 2015: MARKUS 6:30-34, 53-56
TERGERAKLAH HATINYA OLEH BELAS
KASIHAN
MARKUS 6:30-34, 53-56
Minggu,
19 Juli 2015
Minggu
VII setelah Trinitatis
Saudara-saudara
yang dikasihi Kristus Yesus,
eluruh
perbuatan Yesus adalah pernyataan diri Allah yang memelihara dan mengarahkan
hidup manusia menuju pemenuhan yang sempurna. TindakanNya tidak sekedar
memuaskan tetapi memampukan manusia untuk mengerti dan mau menunaikan tugas
panggilannya di tengah-tengah gejolak kehidupan. Dia tidak hanya memberi
makanan dan minuman sebab hal-hal itu hanyalah sebahagian dari tanda-tanda
kehidupan. Juga mereka tidak perlu putus asa ketika menghadapi kesulitan hidup
bahkan dengan menghadapi serangan dan siksaan yang paling kejam sekali pun
sebagaimana dialami oleh Yohanes pembabtis yang mati dibunuh dengan kepala
dipenggal (ay 27). Seluruh pengalaman hidup itu membutuhkan pemaknaan dari
sudut pandang iman.
Dalam
teks ini diberitakan bahwa para rasul-rasul berkumpul bersama Yesus dan
melaporkan semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Pelayanan itu adalah
penampakan pekerjaan Yesus karena itu harus didiskusikan dengan Yesus.
Pelayanan itu datang dari Yesus oleh sebab itu juga harus
dipertanggungjawabkan-pada Yesus. Pelayan yang benar adalah pelayan yang
bertanggungjawab, yang berani melaporkan seluruh kegiatannya dalam persekutuan
dengan Yesus. Pelayanan harus memiliki fondasi sebagaimana Yesus melakukannya
dalam kata dan perbuatan. Pelayanan itu harus selalu memiliki waktu bertemu
dengan Yesus.
Bila
seluruh pelayan mau mempertanggungjawabkan perkataan dan perbuatannya di
hadapan Yesus maka tidak ada kekwatiran akan adanya ketidakberesan pelayanan.
Laporan itu amat penting demi keberlanjutan pelayanan. Pelayan yang tidak membuat
laporan sama dengan mempersempit ruang gerak pelayanan bahkan dapat merusak
masa depan gereja.
Yesus
mengajak para rasul itu ke tempat yang sunyi sebagai bentuk penguatan sekaligus
pernyataan bahwa pergerakan para rasul itu ada dalam wilayah tanggungjawabnya.
Para rasul diajak untuk bertemu secara khusus sehingga mereka mendapat
pemahaman yang khusus dan lengkap. Para pelayan yang dekat dekat Yesus akan
semakin kuat dan mendapat semangat baru dalam melayani.
Seringkali
rasa frustasi datang bukan karena beratnya beban pelayanan tetapi karena
persekutuan dengan Yesus diabaikan. Yesus mengajak mereka ke tempat khusus
tidaklah untuk menjadikan pelayanan itu menjadi sulit dijangkau atau menjadi
eksklusif. Pelayan tidak perlu mempersulit kedatangan jemaat. Pejabat gereja
tidak menjadi lebih hebat ketika untuk menjumpainya saja teramat sulit atau
dipersulit-sulit.
Dalam
pertemuanlah pemahaman diluruskan dan maksud baik diteruskan. Yesus mengajak
rasul-rasul itu ke tempat yang sunyi tetapi mudah di jangkau (ay 33: banyak
orang melihat dan mengetahui tujuan mereka). Waktu dan tempat khusus bagi
pelayan adalah kebutuhan yang tidak terpisahkan dari kemajuan pelayanan. Di
tempat khusus itu justru mereka menggumuli lebih dalam bagaimana intensifikasi
pelayanan dapat djalankan. Waktu dan tempat khusus bagi pelayanan adalah
kesempatan instropeksi dan evaluasi demi perbaikan dan pengembangan.
Menurut
Injil Markus ini, rasa ingin berjumpa dari orang banyak itu begitu tinggi.
Mereka bahkan orang banyak itu mampu mendahului rombongan Yesus tiba di tempat.
Kejadian itu mencerminkan antusiasme yang tinggi karena kebutuhan yang
mendesak. Mereka tidak hanya kekurangan dalam berbagai kebutuhan jasmani tetapi
juga mereka kehilangan tuntunan sebab Yesus melihat "mereka seperti domba
yang tidak mempunyai gembala" (ay. 34), di antara mereka banyak yang sakit
(ay. 53).
Gambaran
ini mencerminkan hidup manusia yang penuh penderitaan. Menurut teks ini
penderitaan yang paling besar bukan karena soal makanan (sebab baru pada tindakan
selanjutnya di atasi sebagaimana terbaca dalam ay. 36-44), tetapi lebih
mengarah kepada "ketercerai-beraian" sebagai dampak ketidakhadiran
para gembala. Tetapi penulis Injil Markus dalam kaitan ini lebih menegaskan
lagi bahwa prioritas pelayanan gereja bukanlah persekutuan atau diskusi tentang
apa yang pernah Yesus ucapkan tetapi pemberitaan tentang Allah yang hidup yang
menghadirkan berbagai keajaiban dalam situasi konkrit.
Saudara-saudara,
Dalam
"pengasingan" itu, Yesus dan para muridNya diserbu oleh tuntutan
kesengsaraan manusia. Manusia terdesak oleh kebutuhan dan kepentingan dan
seringkali tidak menemukan jawaban bahkan yang sering terjadi malah bertemu
dengan pemangsa yang berkedok turut meringankan beban. Namun Yesus tergerak
oleh belaskasihan sebab Dia adalah Kasih itu sendiri. Dia adalah jawaban atas
semua kebutuhan bahkan Dia sanggup memberikan sukacita yang melampaui harapan
manusia.
KasihNya
menggerakkan semua berkat tidak saja menyangkut kebutuhan rohani tetapi juga
kebutuhan jasmani. Manusia tidak perlu menggunakan segala cara mempengaruhi
Yesus untuk bertindak sebab Dia tahu apa yang dilakukan bahkan sebelum manusia
memintanya. Dia memberikan berkat-berkatNya bukan karena dipengaruhi manusia
seolah-olah karena permintaan itu yang menggerakkanNya bertindak. Kita meminta
sebagai kesungguhan kita yang membutuhkannya. Jika dalam doa Bapa kami
disampaikan "berikanlah kami makanan..." tidak berarti bahwa makanan
dari Allah tidak tersedia atau ada setelah kita memintanya, tetapi supaya kita juga
turut menikmatinya (bnd. Katekismus Luther).
Injil
Markus menegaskan bahwa cara yang pertama Yesus lakukan mengasihi orang banyak
itu adalah dengan "mengajarkan banyak hal" sebagai penegasan bahwa
kebutuhan yang utama bukanlah makanan dan minuman tetapi "memahami
kehidupan" sebagaimana Yesus jalankan. Sebanyak apapun makanan jika
manusia "penuh ketidaktahuan" (bodoh) maka tidak akan menolong
hidupnya bergerak ke masa yang akan datang.
Pengetahuan
itu bersumber dari Firman Allah dan itulah yang membebaskan manusia dari
kemiskinan, kebodohan, kekacauan, penyakit dan lainnya. I.L. Nommensen pernah
berkata "Kamu tidak akan dapat memimpin hidupmu dan orang lain keluar dari
kemiskinan dan kebodohan, kamu harus belajar Firman Allah". Firman Allah
adalah hati Allah, semakin mengerti Firman Allah semakin dekat dengan
sumber-sumber kehidupan.
Dalam
kaitan ini perlu diingat teori ilmu ukur yang mengatakan bahwa "jarak
terpendek dari dua titik adalah garis
lurus yang menghubungkannya".
Semakin mengerti Firman Allah semakin banyak jalan lurus yang terhubung dengan
kegiatan / aktifitas yang menghasilkan berkat yang benar. Serpakin dekat kepada
Yesus semakin banyak terobosan yang mengentaskan kehidupan dari beragam gejolak
yang menggerogotinya.
Banyak
orang menderita, meskipun tidak semuanya tahu bagaimana mereka mengatasi
masalah-masalah itu. Sebahagian pergi ke dukun atau meminta kesembuhan dari
kuburan nenek-moyang. Masih ada juga yang mencoba mengatasi penderitaannya
dengan menuduh orang lain sebagai kambing hitam. Penderitaan seakan-akan tidak
akan pernah lenyap dari dunia ini bahkan survey membuktikan semakin banyak
penyakit yang timbul dalam ketidaktahuan. Semakin banyak dokter, semakin banyak
pula penyakit yang tak terdiagnosa. Semakin banyak pakar semakin banyak pula
masalah.
Jika
dahulu kala, ketika zaman permulaan Yesus datang di dunia ini banyak orang
datang kepada Yesus mendapat kesembuhan, mengapa di jaman modern ini orang
semakin sedikit membawa pergumulan hidupnya kepada Yesus? Rumah-rumah ibadah lebih
sepi dari tempat-tempat hiburan yang gelap. Kegiatan rohani sekain tak menarik
sebab manusia lebih tertarik dengan aktifitas duniawi. Manusia mengharapkan
banyak hal tetapi tidak tahu sumber hidup yang benar. Manusia mengalami
disorientasi kehidupan.
Saudara-saudara
yang dikasihi Kristus Yesus,
Meskipun
dunia makin asyik dengan dirinya dan mencoba mengatasi persoalan hidup dengan
kekuatannya, kasih Allah tidak pernah sepi. Yesus tetap menjadi penyembuh dan
akan memulainya dari hal-hal mendasar untuk memulainya; bertolak dari iman.
Bila dalam teks ini dinyatakan bahwa hanya dengan menjamah rumbai jubahNya saja
mereka sembuh, tidak berarti bahwa sumber kekuatan itu ada pada jubah. Bukan
jubah itu yang memberi kesembuhan kepada yang memegangnya seolah-oleh jubah itu
punya kuasa magis tetapi seluruhnya (maupun benda) yang melekat dan mendekat
pada Yesus telah menjadi saluran kuasa.
Setiap
orang yang imannya melekat pada Yesus adalah juga saluran berbagai kuasa yang
Yesus ijinkan. Yesus tidak terlalu sulit untuk dijangkau hanya saja hati kita
harus lurus dan tulus menghampirinya. Tidak ada usaha yang terlalu sulit
dilakukan sebab Dia tidak mendasarkan tindakanNya pada perbuatan manusia. "Orang
membuka jendela bukan supaya matahari terbit, tetapi karena matahari terbit
jendela dibukakan". Yesus
datang maka semua orang yang ingin mengalami perubahan seharusnya bergegas
menyongsong kehadiran Yesus. Dia mengasihi kita dan kasihNya digerakkan oleh
hatiNya. Hati Allah ada dalam FirmanNya. Amin.
|
Langganan:
Postingan (Atom)