Rabu, 17 Juni 2015

Jamita Minggu, 5 Juli 2015: Markus 6 : 1-13



MEMBERITAKAN PERTOBATAN,
MENGUSIR SETAN,
MENYEMBUHKAN PENYAKIT

Markus 6 : 1-13


              Minggu V Sesudah Trinitatis                                 Minggu, 5 Juli 2015


Pendahuluan
M
anusia menciptakan batas-batas yang memisahkan yang baik dan yang jahat, yang bersih dan yang kotor, yang punya cacat dan yang mendapat penghargaan, orang dalam dan orang luar. Banyak juga faktor sosial yang memisahkan manusia dengan manusia lainnya misalnya pendidikan, pekerjaan, gaya hidup, yang kaya dan yang miskin, keluarga, ras, agama, latar belakang budaya.

Analisis
Kalau kita melihat kembali pengalaman Yesus yang ditolak di tempat asalnya sendiri, yaitu Nazaret, bahkan saat la ditolak oleh orang-orang yang telah melihat mujizat-Nya. Penolakan yang di alami oleh seseorang di kampung halamannya sendiri tentunya sangat menyakiti hati. Di kampungnya sendiri pasti ada teman-temannya dan juga para tetangganya yang telah dikenalnya dan dikasihinya. Mereka pernah bersama dalam perayaan-perayaan pesta di kampungnya. Namun demikian, ternyata mereka tega untuk mengusir-Nya hanya karena status pekerjaan orangtuanya tukang kayu.

Apakah yang menyebabkan orang-orang Nazaret menolak Yesus? Tentunya mereka telah bergumul dalam diri masing-masing guna membuang pandangan-pandangan sempit tentang siapa Yesus itu sebenarnya. Mereka ditantang pada hari itu untuk dapat membuka diri bagi Allah yang bekerja di tengah-tengah mereka dengan cara yang baru bahkan berbanding terbalik dengan sudut pandang mereka selama ini. Menghadapi tantangan sedemikian, lebih mudahlah bagi mereka untuk menolak Yesus daripada mengambil resiko kehilangan pandangan mereka tentang Allah dan figur Mesias yang mereka nantikan.

Dalam masyarakat Yahudi, keberadaan Yesus tidak cocok dengan harapan-harapan tentang Mesias, jadi Dia pun ditolak dan kemudian dihukum mati. Orang-orang Yahudi itu adalah saudara-saudara sekampung Yesus. Mereka melihat cara Allah berkarya dengan sudut pandang sendiri, dengan demikian mereka menolak hal baru yang dilakukan Tuhan di tengah-tengah mereka. Kehadiran Yesus mereka lihat dari perspektif biologis bahwa Dia adalah anak Maria dan Yusuf si tukang kayu.

Akibat salah menggunakan perspektif, orang-orang Nazaret menolak eksistensi Yesus sebagai representasi Allah (ayat 3). Kalau kita perhatikan bersama-sama dalam (ayat 4), Yesus dengan sangat tegas berkata bahwa "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."
Description: https://catatanseorangofs.files.wordpress.com/2015/01/ibu-mertua-petrus-disembuhkan.jpg
Dari peristiwa ini ada satu hal yang perlu kita pelajari dari reaksi Yesus, yaitu Yesus tidak marah. Namun Dia juga tidak menyerah begitu saja akan kondisi yang dialami-Nya. Ia bahkan fokus kepada visi dan misi-Nya untuk melanjutkan setiap pekerjaan yang harus la kerjakan. Berdasarkan pada situasi penolakan tersebut, Yesus mengubah strategi misi-Nya yaitu dengan mengutus dua belas murid untuk menyebarkan benih cinta kasih.

Syarat yang harus dipenuhi para murid adalah: tidak membawa apa-apa (roti, bekal, uang) kecuali tongkat, boleh memakai alas kaki, jangan membawa dua baju dan ketika ditolak di suatu tempat mereka harus mengebaskan debu (ayat 7-11). Dampak dari tugas pengutusan ini, para murid mengusir banyak setan, mengolesi orang sakit/melayani serta menyembuhkan (ayat 12-13). Yesus manfaatkan penolakan itu untuk membangkitkan semangat-Nya dan murid-murid-Nya mengajarkan kebenaran kepada orang disekitarNya.

3. Perenungan
Kalau kita perhatikan dalam kehidupan kita berbangsa dan bernegara saat ini, keberadaan kita sebagai orang Kristen seringkali ditolak oleh "saudara" setanah air, misalnya kita dapat melihat kenyataan bagaimana sulitnya untuk membangun gereja di beberapa tempat di Indonesia, bahkan sampai ada gereja-gereja yang ditutup. Munculnya isu rasisme, dan fanatisme yang dangkal di antara sesama anak bangsa.

Namun Yesus adalah pribadi yang tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu, yang mampu menggunakan kelemahan menjadi kekuatan, maka la membawa Keselamatan bukan hanya untuk orang-orang tertentu saja, tetapi bagi semua orang. Meskipun berkarakter Anak Tunggal, Dia tidak memaksa orang lain untuk percaya kepada-Nya. Dia hanya hendak membuka mata semua orang bahwa apa yang dinubuatkan oleh para nabi kini telah terlaksana. Roh Tuhan ada pada-Nya. Dialah yang terurapi, sang Kristus yang di utus untuk memberitakan kabar gembira.

Ubahlah sudut pandang anda, maka percaya bahwa harmoni kehidupan dan perdamaian yang ideal menjadi milik kita bersama. Amin
widgeo.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar