MEMBERITAKAN
PERTOBATAN,
MENGUSIR
SETAN,
MENYEMBUHKAN
PENYAKIT
Markus 6 : 1-13
Minggu V Sesudah Trinitatis Minggu, 5 Juli
2015
Pendahuluan
anusia
menciptakan batas-batas yang memisahkan yang baik dan yang jahat, yang bersih
dan yang kotor, yang punya cacat dan yang mendapat penghargaan, orang dalam dan
orang luar. Banyak juga faktor sosial yang memisahkan manusia dengan manusia
lainnya misalnya pendidikan, pekerjaan, gaya hidup, yang kaya dan yang miskin,
keluarga, ras, agama, latar belakang budaya.
Analisis
Kalau
kita melihat kembali pengalaman Yesus yang ditolak di tempat asalnya sendiri,
yaitu Nazaret, bahkan saat la ditolak oleh orang-orang yang telah melihat
mujizat-Nya. Penolakan yang di alami oleh seseorang di kampung halamannya
sendiri tentunya sangat menyakiti hati. Di kampungnya sendiri pasti ada
teman-temannya dan juga para tetangganya yang telah dikenalnya dan dikasihinya.
Mereka pernah bersama dalam perayaan-perayaan pesta di kampungnya. Namun
demikian, ternyata mereka tega untuk mengusir-Nya hanya karena status pekerjaan
orangtuanya tukang kayu.
Apakah
yang menyebabkan orang-orang Nazaret menolak Yesus? Tentunya mereka telah
bergumul dalam diri masing-masing guna membuang pandangan-pandangan sempit
tentang siapa Yesus itu sebenarnya. Mereka ditantang pada hari itu untuk dapat
membuka diri bagi Allah yang bekerja di tengah-tengah mereka dengan cara yang
baru bahkan berbanding terbalik dengan sudut
pandang mereka selama
ini. Menghadapi tantangan sedemikian, lebih mudahlah bagi mereka untuk menolak
Yesus daripada mengambil resiko kehilangan pandangan mereka tentang Allah dan
figur Mesias yang mereka nantikan.
Dalam
masyarakat Yahudi, keberadaan Yesus tidak cocok dengan harapan-harapan tentang
Mesias, jadi Dia pun ditolak dan kemudian dihukum mati. Orang-orang Yahudi itu
adalah saudara-saudara sekampung Yesus. Mereka melihat cara Allah berkarya
dengan sudut pandang sendiri, dengan
demikian mereka menolak hal baru yang dilakukan Tuhan di tengah-tengah mereka.
Kehadiran Yesus mereka lihat dari perspektif biologis bahwa Dia adalah anak
Maria dan Yusuf si tukang kayu.
Akibat
salah menggunakan perspektif, orang-orang Nazaret menolak eksistensi Yesus
sebagai representasi Allah (ayat 3). Kalau kita perhatikan bersama-sama dalam
(ayat 4), Yesus dengan sangat tegas berkata bahwa "Seorang
nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum
keluarganya dan di rumahnya."
Dari
peristiwa ini ada satu hal yang perlu kita pelajari dari reaksi Yesus, yaitu
Yesus tidak marah. Namun Dia juga tidak menyerah begitu saja akan kondisi yang
dialami-Nya. Ia bahkan fokus kepada visi dan misi-Nya untuk melanjutkan setiap
pekerjaan yang harus la kerjakan. Berdasarkan pada situasi penolakan tersebut,
Yesus mengubah strategi misi-Nya yaitu dengan mengutus dua belas murid untuk
menyebarkan benih cinta
kasih.
Syarat
yang harus dipenuhi para murid adalah: tidak membawa apa-apa (roti, bekal,
uang) kecuali tongkat, boleh memakai alas kaki, jangan membawa dua baju dan
ketika ditolak di suatu tempat mereka harus mengebaskan debu (ayat 7-11).
Dampak dari tugas pengutusan ini, para murid mengusir banyak setan, mengolesi
orang sakit/melayani serta menyembuhkan (ayat 12-13). Yesus manfaatkan
penolakan itu untuk membangkitkan semangat-Nya dan murid-murid-Nya mengajarkan
kebenaran kepada orang disekitarNya.
3. Perenungan
Kalau
kita perhatikan dalam kehidupan kita berbangsa dan bernegara saat ini,
keberadaan kita sebagai orang Kristen seringkali ditolak oleh
"saudara" setanah air, misalnya
kita dapat melihat kenyataan bagaimana sulitnya untuk membangun gereja di
beberapa tempat di Indonesia, bahkan sampai ada gereja-gereja yang ditutup.
Munculnya isu rasisme, dan fanatisme yang dangkal di antara sesama anak bangsa.
Namun
Yesus adalah pribadi yang tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu, yang mampu
menggunakan kelemahan menjadi kekuatan, maka la membawa Keselamatan bukan hanya
untuk orang-orang tertentu saja, tetapi bagi semua orang. Meskipun berkarakter
Anak Tunggal, Dia tidak memaksa orang lain untuk percaya kepada-Nya. Dia hanya
hendak membuka mata semua orang bahwa apa yang dinubuatkan oleh para nabi kini
telah terlaksana. Roh Tuhan ada pada-Nya. Dialah yang terurapi, sang Kristus
yang di utus untuk memberitakan kabar gembira.
Ubahlah
sudut pandang anda, maka
percaya bahwa harmoni kehidupan dan perdamaian yang ideal menjadi milik kita
bersama. Amin
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar