Rabu, 17 Juni 2015

Jamita Minggu, 14 Juni 2015: Masmur 92:2-5, 13-16

widgeo.net

DENGAN PEKERJAANMU
Masmur 92:2-5, 13-16



Minggu 2 Dung Trinitatis                                          Minggu, 14 Juni 2015
Jamita: Masmur 92:2-5, 13-16                                 Sibasaon: Markus 4:26-34



Pendahuluan
Kalau Mazmur 91 adalah pernyataan iman bahwa Tuhan dapat diandalkan dalam setiap masalah kehidupan, maka Mazmur 92 mengajak kita untuk merespons dengan "Bersyukur"! Bersyukur adalah respons yang tepat untuk kebaikan dan kasih setia Tuhan dalam hidup umat-Nya. Bebal dan bodohlah orang yang menolak memercayai Tuhan, apalagi sudah mengalami kebaikan dan kesetiaan-Nya. Pantaslah orang sedemikian disebut fasik dan dimusnahkan. Itu yang akan terjadi pada para musuh Tuhan. Orang yang merespons kebaikan Tuhan dengan benar akan diperkenan-Nya dan tidak terusik dengan keberadaan orang fasik.

Alasan Bersukacita
Ada banyak alasan, mengapa orang bersukacita dan bersorak-sorai. Ada yang bersukacita karena menyambut kelahiran anak yang ditunggu lama. Ada yang bersukacita karena mengalami kelepasan dari maut dan pergumulan penyakit. Ada yang bersukacita karena mendapat pekerjaan atau promosi jabatan yang diidam-idamkan. Ada yang bersukacita karena berbagai kebutuhan dan keinginan yang terpenuhi. Tetapi Pemazmur di sini bersorak-sorai karena Tuhan. Sebagaimana dikatakan, “Telah Kau buat aku bersukacita, ya Tuhan, dengan pekerjaanMu, karena perbuatan tanganMu aku akan bersorak-sorai” (ay.5). Di sini pemazmur menyadari bahwa Tuhanlah yang telah berkarya dan melakukan segala kebaikan bagi umat manusia. Pekerjaan Allah di alam semesta ini begitu dalam dan mulia, melebihi kemampuan manusia untuk memikirkannya. Keajaiban dan mujizat Allah senantiasa tersedia bagi setiap mereka yang percaya. Sebagaimana yang terjadi dalam kehidupan seorang perempuan yang sudah delapan belas tahun bungkuk akibat dirasuk roh, yang disembuhkan oleh Tuhan Yesus di hari Sabat. Yesus meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah (Luk. 13:13).

Apabila kita menyadari karya dan perbuatan Tuhan yang ajaib di dalam kehidupan kita, tentunya tidak ada alasan apapun bagi kita untuk tidak bersyukur atas kasih dan kemurahan itu. Tanggalkan sejenak segala beban dan pergumulan kita yang besar itu. Marilah datang kepada-Nya dengan pujian dan penyembahan. Katakan, bahwa Dia adalah Yang Terbesar dalam kehidupan kita, dan karya pertolongan-Nya kita harapkan di setiap waktu dalam kehidupan kita. Sebagaimana pemazmur, kita mau katakan kepada-Nya: “KarenaMu Aku Bersorak-sorai”.

Mengapa kita bersukacita?
Pertama, karena Tuhan bekerja untuk membuat kita bersukacita. Pemazmur menyatakan bahwa Tuhanlah yang membuat kita bersukacita. Kita bersukacita karena Tangan Tuhan bekerja mendatang sukacita sehingga bersorai-sorai. Alkitab mencatat juga bahwa Allah turut bekerja bagi orang-orang yang mengasihi-Nya. Tuhan juga dapat mendatangkan apa yang tidak dilihat oleh mata dan tindak didengar telingga dan tidak timbul dalam hati manusia, itu disediakan Allah bagi orang yang mengasihi-Nya. 

Hidup tidak luput dari bekerja. Bekerjalah bersama Allah, sebab hanya Allah saja yang dapat membuat sukacita dalam hidup yang penuh tekanan. Hanya dekat Tuhan saja dapat tenang, sebab daripada-Nya keselamatan. 

Kedua, karena Tuhan memelihara hidup kita. Pemazmur memakai ilustrasi menarik untuk menggambarkan pemeliharaan Tuhan atas orang benar (13-15). Pertama, orang benar akan seperti pohon korma. Pohon korma yang tumbuh tinggi dan lurus mencapai 10-20 meter ini mengambarkan integritas. Hampir setiap bagian pohon tersebut (buah, daun, dan batang) memiliki manfaat bagi manusia. Ini anak Tuhan yang berguna dan produktif. Pohon ini ternyata memiliki kekuatan bertahan terhadap tiupan angin keras. Ini ketangguhan terhadap serangan badai kehidupan.

Ilustrasi kedua adalah pohon aras Libanon. Pohon yang kuat dan besar serta tinggi ini (kira-kira 30 meter) melambangkan ketangguhan umat Tuhan. Kedua pohon ini subur dan menampilkan kualitasnya karena tumbuh di pelataran rumah Tuhan. Inilah umat Tuhan yang hidup bersumberkan Tuhan. Umat Tuhan yang hidup berbuah dan segar, akan menjadi kesaksian bahwa Tuhan dapat diandalkan dan menjadi tempat perlindungan yang teguh (16). Hanya orang bodoh yang setelah melihat kebaikan Tuhan, terus mengabaikannya. Kita disebut orang benar karena merespons kebaikan Tuhan dengan menyaksikan perbuatan-Nya kepada sesama dan menyalurkan berkat-Nya kepada mereka dengan melimpah.


Paul Gerhardt, seorang pendeta di Jerman pada abad 17, memiliki segudang alasan untuk tidak bersukacita. Istri dan keempat anaknya meninggal dunia. Perang 30 Tahun telah membinasakan warga dan menghancurkan Jerman. Konflik gereja dan guncangan politik mengisi hidupnya dengan penderitaan. Namun, di tengah-tengah penderitaan pribadinya yang hebat, ia menulis lebih dari 130 himne yang kebanyakan diwarnai sukacita dan ketaatan kepada Yesus Kristus.
Situasi yang dialami oleh Paul Gerhardt sama seperti apa yang dialami oleh Rasul Paulus. Selama melewati masa penderitaan besar, Rasul Paulus menggambarkan pengalamannya itu seperti ”sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu” (2 Kor. 6:10). Karena kasih Allah telah dicurahkan dalam hati kita oleh Roh Kudus (Rm. 5:5), adakah situasi di mana kita tak dapat mengalami sukacita yang Dia berikan?

Duka dan penderitaan adalah kenyataan hidup yang tak dapat dihindari. Namun, Roh Kudus adalah sumber sukacita kita, ”memberi kita harta tak ternilai harganya yang didamba manusia, dan yang Allah beri”. Segala kesulitan yang ada di dunia ini, seharusnya tidak dapat membuat kita pesimis menjalani hidup ini. Sukacita yang Tuhan berikan kepada kita jauh melebihi segala penderitaan yang ada di dunia ini. Tetaplah bersukacita menjalani hidup ini, sebab Tuhan sudah memberikan sukacita yang sejati kepada kita.

Apa yang harus kita lakukan?

Berbuahlah hingga hari tuamu.
Tenaga manusia memang akan menurun. Kemampuan secara umum akan menurun. Kita memang tidak bisa melawan hukum alam mengenai kondisi fisik manusia sejalan dengan usia. Namun itu bukan berarti kita harus pula berhenti berbuah. Bagaimana bisa? “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.” (Yesaya 46:4). Kekuatan kita terbatas dan akan menurun, tetapi kekuatan Tuhan tidak akan pernah berkurang.
Dan Tuhan menyatakan siap menggendong dan memikul serta menyelamatkan kita sampai seluruh rambut kita putih sekalipun. Ini janji Tuhan. Artinya jelas, Tuhan tetap memiliki rencana bahkan ketika kita sudah tua dan lemah, Tuhan tetap mau pakai kita tanpa melihat umur dan kemampuan kita.
Dalam Alkitab kita bisa melihat banyak contoh mengenai orang yang dipakai hingga tua, malah ada pula yang dipakai justru setelah tua. Abraham misalnya. Ia menerima semua janji Tuhan di usia senja, dimana bagi dunia ia mungkin tidak lagi berarti apa-apa. Tapi Alkitab mencatat dengan jelas: “Adapun Abraham telah tua dan lanjut umurnya, serta diberkati TUHAN dalam segala hal.” (Kej. 24:1). Dan pada kondisi Abraham yang telah tua inilah ia menerima janji akan keturunan. Kapan ia menuai janji itu? Beberapa puluh tahun kemudian, di usia yang sudah sangat lanjut. Nuh juga dipakai pada usia lanjutnya. Dia bahkan harus bekerja keras membangun bahtera.
Mengeluhkah Nuh? Sama sekali tidak. Ia setia dan terus melakukan tepat seperti apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Membangun kapal besar, mengumpulkan seluruh hewan sepasang-sepasang. Itu sama sekali tidak gampang, apalagi harus dilakukan ketika secara fisik kondisi tubuh sudah sangat menurun. Kita yang muda saja rasanya tidak sanggup, tapi Nuh bisa. Dan itu karena Allah yang setia tetap berada besertanya, menggendongnya dan memikulnya, sehingga ia sanggup melakukan hal yang bagi dunia akan terlihat sangat mustahil. Kaleb pun sama.
Lihat apa katanya ketika ia hendak menuai janji Tuhan. “Jadi sekarang, sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh lima tahun aku hari ini; pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk.” (Yos. 14:10-11).
Bagaimana orang berusia 85 tahun masih sanggup berkata seperti itu, siap untuk berperang? Dari ketiga tokoh ini kita bisa melihat betapa luar biasanya ketika kita menjadi orang benar yang tertanam di pelataran Allah. Tidak ada kata layu, tidak ada kata habis, malah semakin gemuk dan segar menghasilkan buah-buah yang matang.
Mengapa Tuhan harus memakai orang-orang tua? Bukankah lebih gampang memakai anak-anak muda yang jumlahnya pun tidak sedikit? Siapapun kita, berapapun umur kita, Tuhan rindu untuk memakai kita. Ini bukan soal usia, bukan soal tenaga, tetapi soal ketaatan. Apakah kita tunduk dan mengijinkan Tuhan untuk memakai kita atau kita terus mencari dalih untuk menghindar dari panggilan Tuhan kepada kita. Kuasa Tuhan akan tampak secara nyata di mata dunia ketika orang-orang yang bagi dunia dianggap sudah habis ternyata masih mampu berbuah subur, tetap segar dan bersemangat berbuat yang terbaik dalam hidupnya

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!

Yogyakarta, Mei 2015


Pdt.Tuty Zastini Hutabarat,S.Th.
Yogyakarta
HP. 0823 0005 7116

Tidak ada komentar:

Posting Komentar