PERUMPAMAAN TENTANG BENIH
YANG TUMBUH
Markus
4:26-34
Minggu 2 Dung Trinitatis Minggu, 14 Juni 2015
Jamita: Masmur
92:2-5, 13-16 Sibasaon: Markus 4:26-34
Pendahuluan
Perumpamaan tentang benih yang tumbuh ini sangat unik
sebab hanya ditulis dalam Injil Markus. Perumpamaan merupakan salah satu cara
dari pengajaran Tuhan Yesus maka janganlah kita menafsirkan perumpamaan secara
sembarangan. Dalam perumpamaan, ada bagian-bagian tertentu yang Tuhan hendak
bukakan yang menjadi fokus pengajaran-Nya.
Istilah “benih” ini seringkali kita temui dalam
Alkitab. Tuhan Yesus pernah mengungkapkan suatu perumpamaan tentang orang yang
menabur benih baik tetapi musuh datang pada malam hari dan menabur benih
ilalang. Benih yang baik dan buruk dibiarkan bertumbuh bersama sampai tiba
waktunya, barulah dipisahkan sebab dari buahnyalah akan kelihatan bedanya.
Dalam Perjanjian Lama, kitab Yesaya 61:11 dituliskan: Sebab seperti bumi
memancarkan tumbuh-tumbuhan, dan seperti kebun menumbuhkan benih yang
ditaburkan, demikianlah Tuhan ALLAH akan menumbuhkan kebenaran dan puji-pujian
di depan semua bangsa-bangsa. Istilah benih juga dipakai oleh Paulus dalam
2Kor. 9:10: Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk
dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan
menumbuhkan buah-buah kebenaranmu. Perenungan kita hari ini adalah perumpamaan
tentang benih yang ditabur (Mrk. 4:26-29) dan benih yang dimaksud adalah
Firman Tuhan.
Penjelasan
Konteks perumpamaan ini berbicara tentang hal Kerajaan
Sorga. Yohanes Pembaptis jauh sebelumnya juga menyerukan tentang hal Kerajaan
Allah dan tentang hal itu tergenapkan dengan kedatangan Tuhan Yesus dimana Dia
adalah Raja atas Kerajaan-Nya. Tuhan Yesus menegaskan hal Kerajaan Allah itu
seumpama seorang penabur yang menabur benih; benih itu terus tumbuh, bertunas,
dan berbulir. Pada perumpamaan lain Tuhan Yesus menegaskan hal Kerajaan Sorga
itu seperti biji sesawi yang kecil dan kemudian bertumbuh menjadi sebuah pohon
besar. Namun ketika misi Kerajaan Sorga itu dikerjakan banyak tantangan yang
harus dihadapi, apakah mungkin missi kerajaan Allah dapat digenapkan??
Maka Tuhan Yesus memberikan pengajaran ini bahwa hal Kerajaan Sorga itu
bersifat spiritual bukan bersifat duniawi seperti yang para murid dan
kebanyakan orang pikirkan bahkan hingga detik ini.
Kerajaan Sorga seperti seorang penabur yang menaburkan
benih, setelah selesai menabur, tidur, bangun keesokannya harinya menabur
lagi namun perhatikan yang menjadi fokus pada perumpamaan dalam Mrk.
4:26-29 ini adalah benih yang bertumbuh.
Dalam bagian ini kita melihat 2 bagian besar, yaitu:
1) Peranan Penabur yang hanya sebagai menabur benih, dan 2) Peranan Allah yang
menumbuhkan benih yang ditaburkan.
I. Beberapa aspek yang perlu kita pahami
berkaitan dengan Peranan dan tugas penabur, yaitu:
1. Penabur mengerjakan tugas yang menjadi bagiannya
yaitu: Menaburkan benih yang disediakan oleh Tuhan. Penabur harus menabur benih di ladang yang telah
disiapkan sebelumnya kalau ia ingin mendapatkan hasil panen dan sukacita di
hari penuaian. Namun ingat, tugas kita hanyalah menabur benih Firman dan benih
itu asalnya dari Tuhan maka jangan seorang pun bermegah dan menganggap hasil
tuaian itu sebagai hasil kerja keras kita. Tidak! Seorang penabur hanya
mengerjakan apa yang menjadi bagiannya saja, yakni menabur. Celakanya, hari ini
banyak pendeta yang merasa diri penting dan berjasa karena gerejanya bertumbuh
secara kuantitas. Pertumbuhan benih itu dilakukan oleh Allah bukan kita dan
tugas kita hanya menabur saja. Mari kita kerjakan bagian kita, jangan ambil
bagian apa yang seharusnya dikerjakan oleh Allah.
2. Bekerja dengan sekuat daya sampai batas kemampuan. Seorang
penabur juga memiliki keterbatasan kemampuan. Tuhan menghargai kita setiap
usaha dan kerja yang kita lakukan. Musa pernah merasakan sampai di titik batas
kelelahan, dia tidak kuat menahan beban ketika ia memimpin bangsa Israel menuju
tanah perjanjian. Berulang kali bangsa Israel ini mengeluh dan mendesak Musa.
Allah tahu sampai dimana batas kemampuan dan kekuatan kita maka Dia akan datang
menolong. Tuhan Yesus memberikan teladan indah pada kita, Dia bekerja dengan
sangat keras namun Kristus juga adalah manusia yang juga merasa lelah; Dia
tertidur bahkan badai dan ombak yang besar tidak dapat membangunkan-Nya.
Teladan Kristus ini harusnya memacu kita untuk lebih bersemangat dalam
mengerjakan pekerjaan Tuhan dengan sekuat tenaga sampai titik batas kemampuan
kita. Sudahkah kita mengerjakan sampai titik batas kemampuan kita? Tuhan kita
adalah Tuan yang baik, Dia tidak pernah membiarkan kita sendiri. Dia
memberikan Roh Kudus untuk kita dengan demikian kita dimampukan untuk
mengerjakan semua tugas kita sampai akhir.
3. Bekerja dengan ketekunan, kesabaran dan ketabahan. Ada
waktu menabur maka akan ada waktu untuk menuai. Dibutuhkan suatu ketekunan,
kesabaran dan ketabahan dari seorang penabur untuk melihat hasil tuaian di masa
depan. Ketekunan dan kesabaran mempunyai arti yang sama dengan bahasa ibrani,
yakni memikul beban namun beban disini dibedakan 2 hal: 1) beban yang berat.
Seorang yang beratnya 50 kg memikul beras 50 kg beban yang sama berat, 2) beban
yang ringan, kertas merupakan beban yang ringan namun kalau kita bawa selama 50
tahun maka beban yang kelihatan ringan akan menjadi sangat berat. Hendaklah
kita mengevaluasi diri, Tuhan telah memberikan pada setiap kita beban yang pas,
pertanyaannya adalah seberapa jauhkan kita akan tetap bersetia mengerjakannya?
4. Bekerja dengan pengharapan yang pasti. Hari
penuaian itu pasti akan tiba. Celakalah orang yang tidak sadar akan tibanya
hari penuaian, ia akan pergi meninggalkan ladang pelayanan hanya karena masalah
sepele, misalnya tidak ada listrik atau jemaat yang dilayani hanya ibu-ibu dan
anak-anak. Orang seperti ini tidak mungkin dipakai oleh Tuhan, ia tidak melihat
panen di depan. Marilah kita bekerja di ladang-Nya Tuhan dengan sungguh-sungguh
sebab hari penuaian itu akan tiba.
II. Peranan Allah yang mempertumbuhkan benih.
Mempertumbuhkan itu merupakan bagian yang paling sulit
dan paling berat dan hanya Allah yang dapat mempertumbuhkannya. Bertumbuh
disini berakar ke dalam, bertunas dan berbuah. Pekerjaan yang diberikan pada
kita sangatlah ringan dan sungguh merupakan suatu anugerah kalau dapat melayani
di ladang Tuhan. Itu merupakan hak istimewa. Bagaimana kita bisa bertumbuh?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, seharusnya kita bertanya terlebih dahulu
sudahkah kita menabur? Jangan harap ada pertumbuhan kalau tidak ada benih yang
ditabur. Tuhan terus bekerja tidak pernah berhenti. Jemaat di Korintus ketika
mengalami perpecahan, dimana masing-masing merasa diri paling unggul, ada yang
menyebut dari golongan Paulus, golongan Apolos, golonggan Petrus bahkan yang
merasa lebih rohani, berani menyebut sebagai golongan Yesus Kristus maka Paulus
menegaskan satu hal : Yang penting bukan yang menanam atau yang menyiram tetapi
yang penting adalah Allah yang memberi pertumbuhan (1 Kor. 3:6-8). Kita
hanyalah alat di tangan Tuhan; kita hanyalah hamba. Tuhan sendirilah yang akan
memelihara dan mempertumbuhkan benih itu.
Dalam bagian ini ada 5 karakteristik pertumbuhan yang
dikerjakan Allah yang perlu kita perhatikan:
1. Pertumbuhan dijamin kepastian keberlangsungan. Proses
pertumbuhan pasti berjalan, tidak ada kuasa apapun dapat menghambat pekerjaan
Allah. Allah adalah Allah yang berdaulat maka pertumbuhan itu akan terus
menerus sampai kekekalan. Inilah sifat kerajan Allah. Sungguh merupakan suatu
anugerah kalau terlibat dalam pekerjaan Tuhan. Tidak ada pekerjaan di
tengah dunia ini seperti yang dijanjikan Allah. Di tengah dunia ini,
apakah yang menjadi kebanggaan kita? Kepandaian? Kekayaan? Kekuasaan? Semua itu
hanya bersifat sementara dan hilang dalam sekejap mata. Marilah kita
mengerjakan pekerjaan Tuhan yang bersifat kekal adanya. Tuhan memberikan
kepastian bahwa hari panen itu pasti akan tiba.
2. Pertumbuhan bersifat bertahap. Pertumbuhan
itu sifatnya bertahap, tidak instant; berakar, bertumbuh makin lama makin
besar, mengeluarkan tangkai, berbuah dan siap dituai. Demikian juga halnya
dengan kerohanian kita. Paulus membutuhkan waktu selama 13 tahun untuk
membangun pengertian akan kebenaran Firman sebelum dia melayani Tuhan.
Hendaklah kita memacu diri untuk mau bertumbuh secara bertahap dengan belajar
Firman dengan sungguh. Celakanya, hari ini banyak orang yang ingin instant,
belajar Firman belum tuntas sudah berani berkhotbah akibatnya semua ajarannya
sesat, teologi kemakmuran yang ditonjolkan. Kerajaan Allah dibangun bertahap.
Mari kita belajar dari setiap kesulitan menjadi batu loncatan untuk menuju ke
depan yang lebih baik.
3. Pertumbuhan akan mencapai sampai tahap kematangan. Ketika
Tuhan mengerjakan pertumbuhan maka hal itu akan diselesaikan sampai akhir yakni
sampai pada proses kematangan.Tuhan Yssus pada waktu menjalankan pekerjaan di
dunia, Dia mengerjakannya sampai tuntas, yakni mati di salib dan semua itu
sudah genap. Kita harus mencapai satu kematangan dan kita menghasilkan
buah-buah di dalam pelayanan. Seorang yang sudah renta baru menyadari kalau ia
telah menyia-nyiakan masa mudanya namun terlambat, waktu tidak dapat diulang
kembali. Seorang muda yang bertalenta, menerjemahkan khotbah tetapi dia lari
ketika Tuhan mau pakai dia menjadi pengkhotbah dan terlambat menyadari ketika
sudah renta. Sebelum terlambat, hendaklah kita kerjakan tugas kita sampai
tuntas seperti yang Tuhan inginkan, yakni sampai pada proses kematangan.
4. Pertumbuhan akan menghasilkan buah berlipat ganda
(Prinsip multiplikasi). Dari satu benih yang ditaburkan akan menghasilkan buah
yang berlipat ganda.. Pertumbuhan secara kualitas dan kuantitas pasti terjadi
di dalam perkembangan misi kerajaan Allah. Sudahkah kita mempersiapkan
anak-anak kita menjadi anak Tuhan dan berbuah? Tuhan menegaskan orang berdosa
akan terus berbuah dosa tapi orang yang diselamatkan akan menuai buah kekekalan
artinya meskipun dia sudah mati, dia akan terus berbuah. Sebagai contoh, Calvin
telah tiada tetapi orang diberkati melalui semua tulisannya dan
menghasilkan buah yang baik. Dosa akan menghasilkan buah pula tetapi buah yang
busuk. Benih kebenaran yang asalnya dari Tuhan adalah benih yang baik dan pasti
akan menghasilkan buah kebenaran berlipat ganda.
5. Pertumbuhan akan mencapai tahap akhir yaitu masa
panen/masa penuaian. Masa panen merupakan akhir dari seluruh kerja keras
yang dilakukan, ada sukacita yang penuh melimpah pada waktu itu. Seluruh jerih
lelah, air mata dan keringat yang pernah dicurahkan, semuanya terlupakan saat
melihat panen tiba. Inilah keindahan yang luar biasa di dalam pekerjaan Tuhan.
Hal Kerajaan Alalh seperti seorang penabur, malam ganti siang, siang ganti
malam, penabur menabur dan merasa letih dan tidur, tetapi benih yang ditabur
terus bertumbuh. Dia tidak tahu bagaimana itu bertumbuh, tetapi pasti akan
terjadi masa penuaian itu. Marilah kita terus mengerjakan pekerjaan Tuhan sebab
orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan
bersorak-sorai; orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih,
pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya (Mzm. 126:5-6).
Untuk menutup seluruh perenungan kita hari ini, ada suatu kesaksian seorang
bapak tua yang setiap hari dengan setia sambil mengayuh sepedanya
mengunjungi jemaat dan hal itu dilakukan selama tiga tahun dengan setia.
Seorang bertanya,” Bapak tidak lelah setiap hari mengayuh sepeda hanya untuk
mengunjungi jemaat?” Sungguh di luar dugaan, si Bapak menjawab: ”Sungguh saya
sangat bersyukur kalau masih bisa melayani Tuhan.” Biarlah kita mengevaluasi
diri kita, sudahkan kita bersyukur kalau kita masih dipakai Tuhan menjadi alat
di tangan-Nya? Sudahkah kita melakukan pekerjaan yang Tuhan percayakan kita
berada di dalam-Nya dengan seluruh daya kekuatan kita? Amin
Yogyakarta,
Mei 2015
Pdt.Tuty Zastini Hutabarat,S.Th.
Yogyakarta
HP. 0823 0005 7116
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar