“Mendengarkan dan Menaati Nubuatan
Tuhan”
Amos 7:7-15
Minggu, 12 Juli 2015 Minggu VI Dung
Trinitatis
PENDAHULUAN
entu tidak
menyenangkan menerima teguran, apalagi peringatan akan hukuman berat yang akan
diterima. Sebab manusia cenderung merasa dirinya baik dan yang telah mereka
perbuat telah memadai menurut mereka. Amsal 21:2 “Setiap jalan orang adalah
lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi TUHANlah yang menguji hati”.
Bangsa Israel
berusaha luput dari hukuman dengan tidak menaati Tuhan. Justru ketaatanlah yang
menghindarkan seseorang dari hukuman. Tujuan pemilihan dan penyelamatan adalah
kemuliaan bagi Tuhan. Pemilihan Tuhan memberikan tanggungjawab yang besar dalam
hidup sehari-hari. Tetapi hidup mereka sungguh mempermalukan Tuhan. Hidup
mereka sungguh miskin dihadapan Tuhan. Kalau dilihat dari satu sisi, bagaimana
semangat peribadahan Israel kepada Tuhan tampak begitu megah. Tetapi pada sisi
yang lain, dalam hidup sehari-hari banyak orang yang diperas dan
diterlantarkan. Kekuasaan cenderung di salah gunakan, baik jabatan sebagai
pemimpin negara atau pemimpin agama, tidak menggenapi tujuan Allah.
Tantangan bagi hamba
Tuhan untuk menyampaikan Firman Tuhan, suara kenabian sulit untuk diterima.
Tetapi walau bagaimana pun Firman Tuhan harus disampaikan, kita sudah menerima
perintah “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya,
nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran
dan pengajaran” (2 Tim.4:2). Kalau tidak ada lagi yang mau mengambil resiko
memberitakan kebenaran, bagaimana jadinya dunia ini? Tuhan akan secara
konsisten membangkitkan orang-orang pilihanNya untuk menegakkan kebenaran dan
keadilanNya.
PENJELASAN
ATAS TEKS :
Ciri kenabian apa yang nampak dari
kehidupan dan pelayanan nabi Amos? Pertama,
nabi Amos menjalankan tugas kenabian bukan untuk mencari uang. Perkataan imam
Amazia kepada nabi Amos dalam 7:12-13 menunjukkan bahwa dia menganggap tugas
kenabian sebagai pekerjaan untuk mencari nafkah, tetapi jelas bahwa pandangan
seperti itu keliru. Amos melayani bukan untuk mendapatkan uang, tetapi karena
dipanggil Allah untuk menjalankan tugas kenabian (7:15). Kedua, nabi Amos melayani bukan untuk mencari popularitas.
Berita yang disampaikannya bertentangan dengan berita para nabi palsu yang
hanya berusaha menyenangkan para pendengarnya. Walaupun mendapat tantangan
keras, nabi Amos tetap menyampaikan berita tentang rencana penghukuman Allah
(7:16-17). Ketiga, nabi Amos
memiliki hati yang mengasihi bangsanya. Ketika mendengar rencana penghukuman
Allah, sampai dua kali nabi Amos meminta pengampunan, dan Allah mengabulkan
permintaannya (7:1-3, 4-6).
Nabi Amos mendapat tugas untuk
menyampaikan kabar buruk yang menentang harapan orang pada zaman itu, yaitu
bahwa Tuhan akan segera menjatuhkan hukuman: Raja Yerobeam II akan terbunuh
oleh pedang dan penduduk Israel Utara akan dibuang ke Asyur.
Dalam dua penglihatan pertama, yaitu
wabah belalang yang menghabisi tumbuh-tumbuhan di tanah (7:1-3) serta api yang
memakan habis samudera raya dan sawah ladang (7:4-6), Tuhan masih memberikan
pengampunan. Akan tetapi, dalam penglihatan ketiga, yaitu tali sipat (tali
untuk mengukur ketegaklurusan suatu bangunan), Tuhan sudah tidak bisa
memberikan maaf lagi (7:7-8). Hal ini berarti bahwa Allah telah berulang-ulang
memberi pengampunan kepada bangsa Israel, tetapi dosa bangsa Israel saat itu
telah melampaui batas, sehingga hukuman Allah sudah tidak bisa dibatalkan lagi
(bandingkan dengan pasal 8).
Tidak mudah bagi Nabi Amos untuk
menyampaikan berita buruk tentang hukuman Allah kepada Raja Yerobeam II dan
kepada penduduk Israel Utara. Dia ditentang oleh Amazia, imam di Betel, yang
menyampaikan laporan negatif kepada Raja Yerobeam II, lalu mengusir Nabi Amos.
Imam Amazia menyuruh Nabi Amos kembali ke Kerajaan Yehuda dan tidak
"mencari makan" di Kerajaan Israel Utara (7:10-12). Perkataan Imam
Amazia tersebut menunjukkan bahwa dia memandang kenabian sebagai pekerjaan,
bukan panggilan. Anjuran itu tidak relevan karena kenabian Amos merupakan
panggilan Allah bagi dirinya! Nabi Amos dipanggil dalam keadaan sebagai
pengusaha peternakan dan pertanian (lihat "Mengenal Sepintas Kitab
Amos" di halaman 16). Dia menyampaikan nubuat bukan karena tuntutan
pekerjaan, melainkan sebagai wujud ketaatan terhadap panggilan Allah.
RENUNGAN
DAN APLIKASI
Nasihat dan didikan
itu tanda sayang. Meski dapat berangkat dari motivasi beragam, orang yang
memberi nasihat kepada kita, hampir pasti sedang menunjukkan kepeduliannya
kepada kita. Orang itu ingin agar kita menyadari kekeliruan dan belajar untuk
menjadi semakin baik lagi. Alangkah berbahagianya orang yang rela mendengarkan
nasihat dan menerima didikan. Sebab ia menjadi orang yang semakin bijak di masa
depan (Ams. 12:15, 13:10, 19:20).
Apa yang secara
objektif baik dan benar tidak akan pernah bisa dihentikan. Dalam bacaan kita
hari ini, kita menjumpai Amos (bdk. Yohanes Pembaptis yang menyuarakan
kebenaran pada zamannya - Markus 6:14-29)
. Mereka memberikan nasihat dan didikan kepada para pemimpin yang waktu
itu korup dan sakit secara moral. Tidak mudah memang. Mereka mengalami
pembungkaman. Bahkan Yohanes Pembaptis dibunuh oleh Herodias yang ingin tetap
berdosa dengan damai. Tetapi kebaikan tidak bisa dibungkam. Kehadiran karya
Yesus Kristus yang melanjutkan dengan semakin tegas apa yang sudah dipersiapkan
Yohanes telah menggetarkan istana Herodes. Yesus diduga Yohanes Pembaptis yang
bangkit kembali. Kuasa-kuasa kebenaran menghardik dengan tegas kebejatan moral
dinasti Herodes. Begitu juga pemberitaan firman Allah oleh Amos yang kelak
menemui kenyataan kala Asyur menaklukan Israel Utara. Kuasa didikan Allah tidak
dapat dibungkam.
Allah merencanakan yang baik untuk umat-Nya. Di dalam Kristus Ia membuktikannya
(Ef. 1:3-5). Dalam nasihat dan didikan-Nya, kita mengenali anugerah kasih
sayang Allah yang menyelamatkan. Orang-orang yang seperti Amos dan Yohanes
Pembaptis memang tidak populer. Mereka adalah orang-orang yang berani bayar
harga untuk mengasihi Allah dengan setia dengan cara menghidupi apa yang benar.
Bukan hanya itu, mereka berani dan tegas membongkar kebusukan-kebusukan hati
lingkungannya demi kebaikan bersama. Orang-orang seperti mereka harus tetap
ada. Sebab kebanyakan orang, karena kecenderungan untuk berdosa dapat menjadi
lupa diri dan kemudian berakhir dengan menyakiti diri sendiri dan orang lain.
Ini tentu harus dicegah. Allah berkenan memakai kita untuk melanjutkan karya
kebaikan-Nya bagi sesama kita.
Dan tentu bukan hanya memberi nasihat. Bukankah kitapun harus rela mendengar
nasihat dan menerima didikan Allah juga? Kala mendengar nasihat dan menerima
didikan Allah, kita sedang menerima cinta kasih-Nya yang akan memampukan kita
untuk melangkah dengan bijak dan baik di masa depan. Sungguh memberi kedamaian
dan kesejahteraan bukan? AMIN.
Pdt.
Harapan Nainggolan
Pendeta
Non-Struktural di GKPA Pers. Bogor Res.
Jakarta I
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar