Rabu, 17 Juni 2015

Jamita Minggu, 12 Juli 2015: Amos 7:7-15



“Mendengarkan dan Menaati Nubuatan Tuhan”
Amos 7:7-15


               Minggu, 12 Juli 2015                              Minggu VI Dung Trinitatis


PENDAHULUAN
T
entu tidak menyenangkan menerima teguran, apalagi peringatan akan hukuman berat yang akan diterima. Sebab manusia cenderung merasa dirinya baik dan yang telah mereka perbuat telah memadai menurut mereka. Amsal 21:2 “Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi TUHANlah yang menguji hati”.

Bangsa Israel berusaha luput dari hukuman dengan tidak menaati Tuhan. Justru ketaatanlah yang menghindarkan seseorang dari hukuman. Tujuan pemilihan dan penyelamatan adalah kemuliaan bagi Tuhan. Pemilihan Tuhan memberikan tanggungjawab yang besar dalam hidup sehari-hari. Tetapi hidup mereka sungguh mempermalukan Tuhan. Hidup mereka sungguh miskin dihadapan Tuhan. Kalau dilihat dari satu sisi, bagaimana semangat peribadahan Israel kepada Tuhan tampak begitu megah. Tetapi pada sisi yang lain, dalam hidup sehari-hari banyak orang yang diperas dan diterlantarkan. Kekuasaan cenderung di salah gunakan, baik jabatan sebagai pemimpin negara atau pemimpin agama, tidak menggenapi tujuan Allah.

Tantangan bagi hamba Tuhan untuk menyampaikan Firman Tuhan, suara kenabian sulit untuk diterima. Tetapi walau bagaimana pun Firman Tuhan harus disampaikan, kita sudah menerima perintah “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran” (2 Tim.4:2). Kalau tidak ada lagi yang mau mengambil resiko memberitakan kebenaran, bagaimana jadinya dunia ini? Tuhan akan secara konsisten membangkitkan orang-orang pilihanNya untuk menegakkan kebenaran dan keadilanNya.


PENJELASAN ATAS TEKS :
Ciri kenabian apa yang nampak dari kehidupan dan pelayanan nabi Amos? Pertama, nabi Amos menjalankan tugas kenabian bukan untuk mencari uang. Perkataan imam Amazia kepada nabi Amos dalam 7:12-13 menunjukkan bahwa dia menganggap tugas kenabian sebagai pekerjaan untuk mencari nafkah, tetapi jelas bahwa pandangan seperti itu keliru. Amos melayani bukan untuk mendapatkan uang, tetapi karena dipanggil Allah untuk menjalankan tugas kenabian (7:15). Kedua, nabi Amos melayani bukan untuk mencari popularitas. Berita yang disampaikannya bertentangan dengan berita para nabi palsu yang hanya berusaha menyenangkan para pendengarnya. Walaupun mendapat tantangan keras, nabi Amos tetap menyampaikan berita tentang rencana penghukuman Allah (7:16-17). Ketiga, nabi Amos memiliki hati yang mengasihi bangsanya. Ketika mendengar rencana penghukuman Allah, sampai dua kali nabi Amos meminta pengampunan, dan Allah mengabulkan permintaannya (7:1-3, 4-6).

Nabi Amos mendapat tugas untuk menyampaikan kabar buruk yang menentang harapan orang pada zaman itu, yaitu bahwa Tuhan akan segera menjatuhkan hukuman: Raja Yerobeam II akan terbunuh oleh pedang dan penduduk Israel Utara akan dibuang ke Asyur.

Dalam dua penglihatan pertama, yaitu wabah belalang yang menghabisi tumbuh-tumbuhan di tanah (7:1-3) serta api yang memakan habis samudera raya dan sawah ladang (7:4-6), Tuhan masih memberikan pengampunan. Akan tetapi, dalam penglihatan ketiga, yaitu tali sipat (tali untuk mengukur ketegaklurusan suatu bangunan), Tuhan sudah tidak bisa memberikan maaf lagi (7:7-8). Hal ini berarti bahwa Allah telah berulang-ulang memberi pengampunan kepada bangsa Israel, tetapi dosa bangsa Israel saat itu telah melampaui batas, sehingga hukuman Allah sudah tidak bisa dibatalkan lagi (bandingkan dengan pasal 8).

Tidak mudah bagi Nabi Amos untuk menyampaikan berita buruk tentang hukuman Allah kepada Raja Yerobeam II dan kepada penduduk Israel Utara. Dia ditentang oleh Amazia, imam di Betel, yang menyampaikan laporan negatif kepada Raja Yerobeam II, lalu mengusir Nabi Amos. Imam Amazia menyuruh Nabi Amos kembali ke Kerajaan Yehuda dan tidak "mencari makan" di Kerajaan Israel Utara (7:10-12). Perkataan Imam Amazia tersebut menunjukkan bahwa dia memandang kenabian sebagai pekerjaan, bukan panggilan. Anjuran itu tidak relevan karena kenabian Amos merupakan panggilan Allah bagi dirinya! Nabi Amos dipanggil dalam keadaan sebagai pengusaha peternakan dan pertanian (lihat "Mengenal Sepintas Kitab Amos" di halaman 16). Dia menyampaikan nubuat bukan karena tuntutan pekerjaan, melainkan sebagai wujud ketaatan terhadap panggilan Allah.

RENUNGAN DAN APLIKASI
Nasihat dan didikan itu tanda sayang. Meski dapat berangkat dari motivasi beragam, orang yang memberi nasihat kepada kita, hampir pasti sedang menunjukkan kepeduliannya kepada kita. Orang itu ingin agar kita menyadari kekeliruan dan belajar untuk menjadi semakin baik lagi. Alangkah berbahagianya orang yang rela mendengarkan nasihat dan menerima didikan. Sebab ia menjadi orang yang semakin bijak di masa depan (Ams. 12:15, 13:10, 19:20).

Apa yang secara objektif baik dan benar tidak akan pernah bisa dihentikan. Dalam bacaan kita hari ini, kita menjumpai Amos (bdk. Yohanes Pembaptis yang menyuarakan kebenaran pada zamannya - Markus 6:14-29)  . Mereka memberikan nasihat dan didikan kepada para pemimpin yang waktu itu korup dan sakit secara moral. Tidak mudah memang. Mereka mengalami pembungkaman. Bahkan Yohanes Pembaptis dibunuh oleh Herodias yang ingin tetap berdosa dengan damai. Tetapi kebaikan tidak bisa dibungkam. Kehadiran karya Yesus Kristus yang melanjutkan dengan semakin tegas apa yang sudah dipersiapkan Yohanes telah menggetarkan istana Herodes. Yesus diduga Yohanes Pembaptis yang bangkit kembali. Kuasa-kuasa kebenaran menghardik dengan tegas kebejatan moral dinasti Herodes. Begitu juga pemberitaan firman Allah oleh Amos yang kelak menemui kenyataan kala Asyur menaklukan Israel Utara. Kuasa didikan Allah tidak dapat dibungkam.

Allah merencanakan yang baik untuk umat-Nya. Di dalam Kristus Ia membuktikannya (Ef. 1:3-5). Dalam nasihat dan didikan-Nya, kita mengenali anugerah kasih sayang Allah yang menyelamatkan. Orang-orang yang seperti Amos dan Yohanes Pembaptis memang tidak populer. Mereka adalah orang-orang yang berani bayar harga untuk mengasihi Allah dengan setia dengan cara menghidupi apa yang benar.

Bukan hanya itu, mereka berani dan tegas membongkar kebusukan-kebusukan hati lingkungannya demi kebaikan bersama. Orang-orang seperti mereka harus tetap ada. Sebab kebanyakan orang, karena kecenderungan untuk berdosa dapat menjadi lupa diri dan kemudian berakhir dengan menyakiti diri sendiri dan orang lain. Ini tentu harus dicegah. Allah berkenan memakai kita untuk melanjutkan karya kebaikan-Nya bagi sesama kita.

Dan tentu bukan hanya memberi nasihat. Bukankah kitapun harus rela mendengar nasihat dan menerima didikan Allah juga? Kala mendengar nasihat dan menerima didikan Allah, kita sedang menerima cinta kasih-Nya yang akan memampukan kita untuk melangkah dengan bijak dan baik di masa depan. Sungguh memberi kedamaian dan kesejahteraan bukan? AMIN.

Pdt. Harapan Nainggolan
Pendeta Non-Struktural di GKPA Pers. Bogor  Res. Jakarta I
widgeo.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar