SURAT KETETAPAN
SYNODE AM GKPA KE-XI
No.11/Syn.XI/1996
t e n t a n g
PERATURAN KESEJAHTERAAN PEGAWAI GKPA
Sidang Synode Am GKPA ke-XI
Menimbang : Bahwa hal-hal yang berkaitan dengan kesejahteraan pegawai GKPA perlu diatur dan ditetapkan dalam satu peraturan tersendiri.
Mengingat : 1. Tata Laksana pasal 26.7.b
2. Peraturan Pokok Kepegawaian GKPA No.11.c/MP-XXXV/ 1995, Bab VII Pasal 19 dan 21
3. Keputusan Majelis Pusat GKPA No.10/MP-XXXVII/1996, tgl 01 Juli 1996 di Padangsidimpuan.
4. Hasil musyawarah Sidang Synode Am GKPA ke-XI pada tanggal 3-7 Juli 1996 di Padangsidimpuan.
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Pertama : Mencabut dan menyatakan tidak berlaku lagi Peraturan dan Penetapan tentang Kesejahteraan Pegawai GKPA yang terdapat dalam beberapa peraturan.
Kedua : Mengesahkan dan memberlakukan Peraturan Kesejahteraan pegawai GKPA, seperti tercantum lengkap pada lampiran Surat Ketetapan ini.
Ketiga : Peraturan ini mulai berlaku sejak ditetapkan oleh Sidang Synode Am GKPA ke-XI pada sidangnya di Padangsidimpuan, tanggal 5 Juli 1996.
Ditetapkan di : Padangsidimpuan
Pada tanggal : 5 Juli 1996
Synode Am GKPA
Ketua, Sekretaris,
Pdt.G.P. Harahap,MST Pdt.B. Matondang,STh
Ephorus Sekjend.
PERATURAN KESEJAHTERAAN PEGAWAI GKPA
Pasal 1
KETENTUAN UMUM
1. Yang dimaksud dengan kesejahteraan Pegawai GKPA dalam pertauran ini ialah kesejahteraan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pokok Kepegawaian GKPA, No. 11/c/MP-XXXV/1995 khususnya bab VII.
2. Untuk menjamin kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan tugas pelayanan, maka GKPA menjamin kesejahteraan Pegawainya. Jaminan kesejahteraan itu berupa gaji dan jaminan sosial.
3. Yang dimaksud dengan gaji adalah : Gaji pokok, Tunjangan keluarga, serta tunjangan-tunjangan lainnya yang diperhitungkan berdasarkan gaji pokok dan tunjangan jabatan, seperti diatur dan ditetapkan dalam Peraturan Gaji Pegawai GKPA.
4. Yang dimaksud dengan jaminan sosial adalah jaminan-jaminan yang menyangkut kesejahteraan dan hak-hak sosial Pegawai seperti pengobatan, perawatan rumah sakit, perumahan, transportasi, cuti, pensiun, bantuan kemalangan, pesangon dan sebagainya.
Pasal 2
TUNJANGAN KESEHATAN
Kepada Pegawai GKPA sebegai ganti biaya pengobatan diberi Tunjangan Kesehatan bulanan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. 1. Bagi pegawai yang belum berkeluarga, besarnya tunjangan kesehatan adalah Rp. 15.000,-/bulan.
2. Bagi pegawai yang sudah berkeluarga tetapi belum mempunyai anak, besarnya tunjangan kesehatan Rp. 20.000,-/bulan / keluarga.
3. Bagi pegawai yang telah berkeluarga dan sudah mempunyai anak, besarnya tunjangan kesehatan adalah Rp. 30.000,-/bulan / keluarga.
b. Pembayaran tunjangan kesehatan dimaksud dibayarkan bersamaan dengan pembayaran gaji tiap tahun.
Pasal 3
BIAYA PERAWATAN
1. Untuk pegawai yang perlu mendapat perawatan ditentukan pembagian kelas di Rumah Sakit Pemerintah sebagai berikut :
a. Kelas I untuk Pegawai yang digaji menurut golongan IV
b. Kelas II untuk Pegawai yang digaji menurut golongan III
c. Kelas III untuk Pegawai yang digaji menurut golongan II
d. Kelas IV untuk Pegawai yang digaji menurut golongan I
2. Keluarga (menurut daftar gaji) Pegawai yang sakit dan memerlukan perawatan berhak pada kelas yang ditetapkan untuk pegawai yang bersangkutan.
3. Penggantian biaya perawatan dapat diberikan berdasarkan tarif yang berlaku menurut pembagian kelas-kelas di Rumah Sakit Pemerintah, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Lamanya perawatan paling lama 7 (tujuh) hari
b. Untuk Pegawai mendapat penggantian penuh
c. Untuk keluarga Pegawai mendapat penggantian 50%
4. Dalam hal perawatan dilakukan dalam kelas yang lebih tinggi dari yang menjadi haknya penggantian ongkos didasarkan atas perawatan yang dilakukan dalam kelas yang menjadi hak pegawai yang bersangkutan.
5. Biaya perobatan dan lain-lain selama dalam perobatan tersebut dalam ayat-ayat diatas, diberikan penggantian :
a. Untuk pegawai sebesar maksimum Rp.100.000,-
b. Untuk keluarga pegawai sebesar maksimum Rp. 50.000,-
6. Penggantian biaya operasi dilakukan berdasarkan tarif yang berlaku di Rumah Sakit Pemerintah dengan ketentuan :
a. Untuk pegawai diberikan penggantian penuh
b. Untuk keluarga pegawai (menurut daftar gaji) diberi penggantian 50%
7. Mata dan gigi
a. Bila menurut resep dokter pegawai yang bersangkutan sendiri memerlukan kaca mata untuk mengoreksi penglihatannya, maka kepada yang bersangkutan dapat dilakukan penggantian biaya lensanya saja sebear maksimum Rp.39.000,- dan untuk gagangnya maksimum sebesar Rp.40.000,- (penggantian lensa boleh sampai 3 (tiga) kali tetapi penggantian gagang hanya satu kali selama hidupnya).
b. Untuk pemeriksaan dan perawatan yang sifatnya kosmetik, termasuk gigi palsu tidak mendapatkan biaya.
8. Melahirkan
a. Kepada pegawai wanita atau pegawai yang isterinya melahirkan diberikan bantuan penggantian biaya Rp.75.000,-
b. Dalam hal diperlukan perawatan di Rumah Sakit maka berlaku pasal 3 ayat 1 dan 3 diatas.
c. Apabila suami/isteri sama-sama pegawai GKPA maka diberikan biaya sesuai dengan hak suami
9. Pembayaran biaya akibat pemberian protese : kaki, palsu, mata palsu, alat bantu dengar dan sebagainya, diatur tersendiri oleh Pucuk Pimpinan dengan memperhitungkan sebab-sebabnya.
10. Untuk mendapatkan bantuan penggantian biaya yang dimaksud pada ayat 3,4,5,6,7,8 dan pegawai yang bersangkutan harus mentaati ketentuan-ketentuan pelaksanaan yang ditetapkan oleh Pucuk Pimpinan.
Pasal 4
CUTI
1. CUTI TAHUNAN
a. Pegawai yang telah bekerja 1 (satu) tahun terus menerus, berhak memperoleh cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja dan tetap mendapat gaji penuh.
b. Hak atas cuti tahunan dengan sendirinya batal untuk tahun berjalan pada waktu penggunaan hak cuti besar.
c. Penggunaan hak cuti tahunan harus mendapat izin dari Pucuk Pimpinan bagi para pegawai dalam lingkungan Kantor Pusat dan Praeses. Pemberian izin bagi pegawai-pegawai di resort dan jemaat adalah Praeses yang bersangkutan.
d. Dengan alasan kepentingan GKPA, pejabat pemberi izin berwenang menunda izin cuti tahunan, dengan ketentuan penundaan tersebut tidak boleh lebih dari 3 (tiga) bulan.
e. Jika hak cuti pada tahun berjalan tidak diambil maka haknya dinyatakan gugur.
2. CUTI BESAR
a. Untuk setiap 5 (lima) tahun masa kerja, pegawai dapat mengajukan permohonan cuti besar , permohonan dimajukan kepada Pucuk Pimpinan melalui tingkatan pimpinan / kepala unit atau bagian masing-masing.
b. Pucuk Pimpinan dapat menerima atau menunda permohonan itu dengan mempertimbangkan kebutuhan pegawai yang bersangkutan, konduite dan kelancaran pekerjaannya.
c. Lama cuti besar 3 (tiga) bulan.
d. Cuti tahunan dalam tahun ini ditiadakan
e. Selama menjalankan cuti besar, gajinya tetap dibayar setelah dikurangi tunjangan-tunjangan tamu dan atau tunjangan transport lokal
f. Kepada pegawai yang diberi cuti besar, diberikan tunjangan cuti besar sebesar tiga bulan gaji pokok.
3. CUTI KHUSUS
a. Diluar cuti tahunan dan cuti besar, pegawai berhak atas cuti khusus yang lamanya setiap kali maksimal 5 (lima) hari kerja, yaitu :
1) Pada waktu menikahkan anak
2) Pada waktu isteri pegawai melahirkan
3) Pada waktu kemalangan
b. Pegawai yang melangsungkan pernikahannya, berhak atas cuti khusus selama 12 (dua belas) hari kerja.
c. Pegawai wanita yang melahirkan anak, diberi khusus cuti melahirkan selama 3 (tiga) bulan, dengan ketentuan penggunaan cuti melahirkan tersebut diberi 1 ½ bulan sebelum melahirkan. Cuti melahirkan dimaksud berlaku hingga anak ke-3, untuk anak ke-4 dan seterusnya diberi cuti khusus selama 12 (dua belas) hari kerja.
d. Pegawai berhak atas cuti sakit yang lamanya sesuai dengan sertifikat dokter.
4. CUTI MASA PERSIAPAN PENSIUN
a. Pegawai berhak atas cuti masa persiapan pensiun selama 1 (satu) tahun dan yang diambil satu tahun sebelum tanggal permulaan pensiun dari pegawai yang bersangkutan.
b. Pada masa persiapan tersebut, pegawai yang bersangkutan dibebaskan dari tugas dengan mendapat gaji penuh dan penghasilan lainnya, kecuali tunjangan-tunjangan yang berkaitan dengan jabatan.
5. CUTI DILUAR TANGGUNGAN GKPA
a. Pegawai yang telah bekerja di GKPA sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun terus-menerus dengan konduite baik, dapat mengajukan permohonan cuti diluar tanggungan GKPA.
b. Lama maksimal cuti diluar tanggungan GKPA adalah 3 (tiga) tahun
c. Pegawai yang telah menjalankan cuti diluar tanggungan GKPA diterima bekerja kembali di GKPA jika informasi mengijinkan.
d. Selama menjalankan cuti diluar tanggungan GKPA, yang bersangkutan tidak menerima gaji dari GKPA
6. Jika sangat penting dan mendesak, Pucuk Pimpinan atau pejabat yang ditunjuk untuk itu, berwenang memanggil setiap pegawai yang sedang menjalankan cuti untuk segera masuk kerja. Sisa masa cuti yang belum sempat dijalankan dapat dilanjutkan kemudian bila keadaan telah memungkinkan.
7. TATA CARA PELAKSANAAN CUTI
Tata cara pelaksanaan cuti diatur dan ditetapkan Pucuk Pimpinan dalam satu pedoman pelaksanaan cuti.
Pasal 5
BANTUAN KEMALANGAN
1. BANTUAN KEMATIAN
a. Bila pegawai meninggal, kepala keluarga yang ditinggalkannya diberi bantuan kematian sebesar 3 (tiga) kali gaji pokok pegawai tersebut.
b. Kepala pegawai diberi bantuan kematian sebesar 2 (dua) kali gaji pokoknya jika isteri atau anaknya (yang masih dalam tanggungannya menurut daftar gaji) meninggal.
2. BANTUAN PEMAKAMAN
a. Bila pegawai meninggal, kepada pegawai yang ditinggalkannya diberi bantuan biaya sebesar 2 (dua) kali gaji pokok pegawai tersebut.
b. Kepada pegawai diberi bantuan biaya pemakaman sebesar 1 (satu) kali gaji pokok, jika isteri dan atau anaknya (yang masih dalam tanggungan menurut daftar gaji) meninggal.
Pasal 6
UANG PESANGON DAN JASA
Pegawai yang diberhentikan dengan hormat sebagaimana tercantum dalam pasal 4 peraturan pengangkatan dan pemberhentian pegawai GKPA, berhak memperoleh uang pesangon dan uang jasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan RI, dan yang lebih lanjut diatur dan ditetapkan dalm peraturan pengangkatan dan pemberhentian pegawai GKPA, dmaksud diatas.
Pasal 7
PENSIUN
1. GKPA menyediakan pensiunan bagi semua pegawai yang telah pensiun, melalui keikutsertaannya dalamdana pensiun PGI sesuai dengan ketetapan “Peraturan Pensiun Pegawai GKPA”
2. Iuran pensiun ditanggung bersama secara merata oleh GKPA dan pegawai yang bersangkutan.
3. Rincian aturan pensiun sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan dana pensiun PGI.
Pasal 8
LAIN-LAIN
1. Hal-hal lain yang tidak atau belum cukup diatur dalam peraturan ini ditetapkan oleh Majelis Pusat GKPA.
2. Peraturan dan atau tambahan pada peraturan ini hanya dapat dilakukan oleh Majelis Pusat GKPA.
3. Peraturan ini berlaku sejak ditetapkan dan disahkan oleh Synode Am GKPA XI, tgl, 5 Juli 1996 di Padangsidimpuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar