BERSUKACITA DAN BERSORAKSORAILAH KARENA KRISTUS
Minggu depan ini kita akan masuk di Minggu Palmarum. Bila minggu Passion tiba, terutama di Minggu Palmarum, minggu terakhir sebelum Peringatan Hari Kematian Tuhan Yesus (Jumat Agung), selalu terasa suasana sedih dan berkabung. Bila sikap tersebut timbul karena kita merasakan kesedihan sebab kematian Yesus yang kita anggap sama dengan kematian orang yang kita kasihi, sikap tersebut mungkin salah besar. Karena sebenarnya, Tuhan Yesus berkata kepada para perempuan yang mengikuti-Nya ke Golgata: “"Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!”. Kita tidak perlu bersedih karena Yesus meninggal. Justru, yang harus kita tangisi adalah diri kita sendiri. Suasana berkabung, suasana sedih, baju hitam, bukanlah untuk Tuhan Yesus yang mati, melainkan untuk diri kita sendiri yang seharusnya tersalib karena dosa-dosa kita. Kesedihan dan kain kabung harus kita kenakan untuk diri kita yang terhina dan terhukum akibat dosa-dosa kita.
Kondisi tersebut sangat bertolak belakang dengan suasana yang ditunjukkan nas ini. Justru dengan nas ini, dalam minggu Palmarum ini kita orang-orang percaya diajak untuk bersukacita dan bersorak-sorai, sama seperti yang dilakukan orang-orang yang menyambut ketika Yesus memasuki Yerusalem, yang bersukacita dalam sorak-sorai: ” "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!". Semua orang percaya diajak untuk bersukacita dan bersorak sorai (ay. 7). Dan itulah sikap hidup setiap orang percaya sepanjang masa, setiap hari, yaitu bersukacita dan bersorak-sorai (bnd. Fil. 4:4; 2 Kor. 13:11). Dan nas ini menerangkan, mengapa orang percaya harus bersukacita dan bersorak-sorai justru pada hari peringatan kematian Tuhan Yesus? Mari kita simak!
1. Kita bersukacita dan bersorak-sorai “Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja (ay. 6). Tuhan telah mengalahkan musuh utama-Nya, dan Tuhan memerintah secara sempurna, dan membawa seluruh umat-Nya kembali kepada-Nya. Sehingga Dia patut (layak) menerima gelar: Yang Mahakuasa. Itulah penglihatan yang diberikan TuhanI kepada Yohannes di pembuangannya di Patmos, yaitu hal-hal yang akan terjadi pada hari terakhir kelak, hal-hal yang diimani dan dinanti-natikan setiap orang percaya.
Tetapi, semua yang terjadi pada hari terakhir tersebut berawal dan bermula di Golgata. yaitu ketika Yesus memberi diri-Nya disalibkan di kayu salib. Dia mau menyerahkan dan mengorbankan diri-Nya menjadi korban perdamaian manusia dengan Tuhan. Darah-Nya yang tercurah menjadi tebusan, untuk membayar lunas hutang kematian manusia sebagi upah akibat dosanya. Kurban perdamaian itu membuat kita bisa kembali kepada Tuhan. Dengan kematian-Nya, Yesus membangun jembatan, pintu gerbang, dan jalan menuju kembali kepada Tuhan. Dan dengan kurban perdamaian di dalam darah dan tubuh Yesus, kita manusia-manusia berdosa diterima kembali sebagai anak-anak Tuhan yang manis.
Dan yang paling menentukan adalah ketika YESUS BANGKIT pada hari yang ketiga. Dia mengalahkan musuh utama dan musuh terakhir (1 Kor 15:26), yaitu iblis, dosa dan maut (1 Kor. 15:54-57). Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, “nampaknya” si iblis telah seperti penguasa yang mahakuat. Iblis menawan seluruh manusia di liang kubur. Maut menjadi muara terakhir hidup manusia. Tetapi, kebangkitan Yesus mengubah seluruhnya. Termasuk nasib manusia. Yesus datang dan bertindak. Dia bukan hanya mau menyerahkan nyawa-Nya, tetapi mengerahkan kemaha-kuasaan dan kemaha-kuatan-Nya menaklukkan musuh utama, yaitu iblis, dosa dan maut. Dia menang; Dia tampil sebagai pemenang.
Karena itulah, walaupun salib memang merupakan simbol kehinaan, tetapi sejatinya, salib bukanlah kekalahan. Justru melalui salib itulah Yesus menunjukkan bahwa Dia lebih kuat, lebih hebat, karena dengan disalibkan dan mati, Yesus berkesempatan mengalahkan kuasa yang memenjarakan manusia, yaitu maut. Dia bangkit sebagai pemenang. Dia bangkit menjadi Yang Mahakuasa.
Kegemilangan-Nya masih berlanjut lagi. Karena Yesus diangkat ke surga. Ketika Yesus akan diangkat ke surga, Dia berkata: “"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi”(Mat. 28:18). Dia diangkat menjadi Raja atas segala kuasa, sebagai Panglima Perang Allah, Yang Mahakuasa dan Hara Raja.
Itulah sukacita setiap orang percaya sepanjang masa. “Hosanna”, Dia datang sebagai Anak Daud, Panglima Perang, yang menyelamatkan mansuia, dan membawa kita kembali kepada Bapa.
Saudaraku! Hendaknya ini menjadi pegangan yang kuat bagi kita, sehingga kita bisa menjalani kehidupan ini dengan senantiasa dalam sukacita dan sorak-sorai. Kita pasti menghadapi banyak kegetiran hidup, sakit penyakit, kegagalan, penderitaan, penolakan, dan banyak hal negatip lainnya, yang merupakan akibat dosa dan perbuatan si iblis. Apakah kita akan terpuruk dan terkubur oleh semua kesakitan itu?
Nas ini memberi kita kekuatan sama seperti Yohannes, walaupun berada dalam pembuangan karena imannya, dibuang oleh musuh-musuh Kristus, tetapi dia bisa bersukacita dan bersorak-sorai. Mengapa? Karena kepadanya Tuhan mau menunjukkan penglihatan ini, yaitu bahwa Yesus telah bangkit menjadi Raja dan Yang Mahakuasa, yang mengalahkan segala kuasa pengganggu kita. Hendaknya kita menirunya. Bila bagi kita juga ada pegangan itu, pasti kita akan menghadapi segala kesulitan dan hal negatif tersebut bukan dengan kekecutan yang membuat kita kalah atau terkubur, tetapi sebaiknya menghadapinya dengan kekuatan Yesus, sehingga kita tetap kuat dan pada akhirnya memenangkannya. Pengharapan seperti itulah yang membuat kita bisa bersukacita dan bersoark-sorai.
2. Kita harus bersukacita dan bersorak-sorai “Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia”. Hubungan Allah dan Yesus dengan orang percaya sering diibaratkan seperti hubungan pengantin laki-laki dengan pengantin perempuan (Hos. 2:19-20; Yes. 54:5. Yehz. 16; Mat. 22:2+10-11; Efs. 5:21-23). Bila kita telah dibaptis, maka kita telah satu dengan Kristus, seperti suami dengan isteri yang dipersatukan dalam perkawinan.
Tentu, inilah sukacita yang tiada tara. Coba bayangkan, kita manusia yang sudah penuh dosa, yang hanyalah sebuah ciptaan dari debu tanah, tetapi di dalam Kristus diangkat menjadi pengantin Tuhan. Kita hanyalah manusia yang selalu berselingkuh dengan ilah-ilah lain, tetapi Tuhan senantiasa setia, menantikan kepulangan kita, dan bersedia menerima kembali menjadi kekasih hati-Nya.
Inilah juga sukacita yang luar biasa, karena bila kita dijadikan-Nya sebagai pengantian perempuan bagi-Nya, berarti kita bisa bukan hanya bersahabat, tetapi menjadi kekasih yang terkasih bagi-Nya. Sebagai seorang kekasih, Yesus tidak akan pernah membiarkan kita bersedih; dan Dia akan senantiasa menjagai kita. Kita bisa berkomunikasi dengan-Nya dalam keintiman. Kita bisa curhat, mencurahkan segala isi hati kita kepada-Nya, dan pasti Dia akan mampu mengerti, dan mampu menghibur kita. Luar biasa, bukan?
Bila Yesus mau menerima kita menjadi pengantin perempuan bagi-Nya, tidak akan ada lagi yang bisa memisahkan kita dari Dia, oleh apapun, baik maut sekalipun, atau kuasa manapun, tidak ada lagi yang dapat memisahkan kita dari Dia, karena Dia sangat mengasihi kita ( baca Rm. 8:38). Itulah sukacita yang tiada terperi bagi kita..
3. Kita dapat bersukacita karena kita bukan hanya dipinang-Nya menjadi pengantin perempuan-Nya, tetapi juga “Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus]” (ay 8). Sebenarnya, kita tidak layak menjadi pengantin perempuan bagi-Nya, karena kita penuh dengan dosa. Tetapi, Yesus mau pergi ke Golgata, mencurahkan darah-Nya sebagai darah Anak Domba yang kudus untuk membersihkan seluruh dosa-dosa kita. Sehingga walaupun dosa kita merah seperti kermizi, darah Yesus membersihkannya sehingga kita menjadi putih seperti salju. Hanya darah kudus Yesus-lah yang melayakkan kita menjadi pengantin perempuan bagi-Nya. Dan semuanya itu, Yesus berikan kepada kita secara gratis (sola gratia). Kemuliaan itu hanya hadiah Tuhan belaka bagi kita umat-Nya (Efs. 5:5-27). Itulah sukacita yang luar biasa bagi kita.
4. Akhirnya, yang membuat kita harus bersukacita adalah: kita turut diundang ke perjamuan itu. Firman Tuhan berkata, “Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba (ay. 9). Hari kedatangan Kristus kali kedua, sering diibaratkan sebagai pesta perjamuan, di mana Tuhan datang membawa kebahagiaan, kehidupan kekal bagi orang yang percaya, yang diselamatkan-Nya. Perjamuan itu adalah pesta yang luar biasa. Itulah kenikmatan, sukacita dan kebahagiaan kekal yang diberikan Tuhan melalui kebangkitan Yesus bagi setiap orang percaya. Sehingga, bila kita turut diundang ke perjamuan tersebut, itu adalah kehormatan dan sukacita yang sungguh-sungguh luar biasa. Undangan itu gratis, tidak perlu membeli dengan apapun, dan tempat yang tersedia juga tidak terbatas.
Sudaraku! Undangan inilah yang setiap saat disuarakan dan dikirimkan kepada kita. Setiap kita mendengar atau membaca Firman Tuhan, itu adalah undangan dari Tuhan Yesus agar kita mau datang ke perjamuan itu. Tetapi, disinilah sering ada masalah pada kita:
a. Begitu banyak yang berdalih untuk tidak datang (Mat. 22:3c+5-6); ada yang berdalihkan hartanya, keluarga, atau hal-hal lain. Ingat, saudaraku! Mereka yang sudah diundang, tetapi tidak mau datang, akan mendapat hukuman. Hukumannya, mereka sendiri (yang berdalih) yang menempatkan dirinya sendiri pada posisi untuk tidak mau diselamatkan. Sehingga dia harus masuk di penghakiman yang mengerikan (Mat. 22:7)
b. Ada juga yang datang, tetapi tidak mengenakan baju pesta (Mat. 22:12). Mereka adalah yang mau dibaptis, mau mengikut Kristus, tetapi perilaku dan hidupnya tetap mengikuti dunia, tidak mau menaggalkan dosa-dosanya. Dia mengikut Kristus, tetapi belum mau menanggalkan pakaian dunianya yang penuh dosa, dan belum mau menggantikannya dengan pakaian yang diberikan Kristus, yaitu hidup kudus. Mereka akan diusir dari perjamuan, bagiannya juga adalah kesakitan dalam penghukuman.
Karena itu, kita selalu diajak: Undangan telah disebarkan Tuhan. Mari, datanglah, kenakan pakaian pestamu. Kita akan makan gratis dan bersukacita dalam kehidupan yang kekal bersama Kristus. Jangan berdalih; jangan bandel; tetapi ganti perilakumu yang lama menjadi manusia baru.
Karena semua itu saudaraku, mari, bersukacita dan bersorak-sorailah. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar