Kamis, 08 November 2012

widgeo.net

LAPORAN BACA BUKU MINGGUAN
1.     William C.Placher, Unapologetic Theology, (Westminster/John Knox, 1990), Bab 3
2.     William C.Placher, Unapologetic Theology, (Westminster/John Knox, 1990), Bab 4
3.     Fransisco Budi Hardiman, Melampaui Positivisme dan Modernitas, (Kanisius, 2012), Bab 1-3.

Dalam bagian ini Placher membahas tentang ‘Science’ (Ilmu Pengetahuan).  Baginya ilmu pengetahuan itu sesuatu yang sangat unik.  Ilmu pengetahuan merupakan bagian dari himpunan informasi yang termasuk dalam pengetahuan ilmiah, dan berisikan informasi yang memberikan gambaran tentang struktur dari sistem-sistem serta penjelasan tentang pola-laku sistem-sistem tersebut. Sistem yang dimaksud dapat berupa sistem alami, maupun sistem yang merupakan rekaan pemikiran manusia mengenai pola laku hubungan dalamtatanan kehidupan masyarakat yang diinstitusionalisasikan. Dalam pembangungan ilmu pengetahuan juga diperlukan beberapa tiang penyangga agar ilmu pengetahuan dapat menjadi sebuah paham yang mengandung makna universalitas. Beberapa tiang penyangga dalam pembangunan ilmu pengetahuan itu sebenarnya berupa penilaian yang terdiri dari ontologi, epistemologi dan aksiologi. Perlunya penilaian dalam pembangunan ilmu pengetahuan alasannya adalah agar pembenaran yang dilakukan terhadap ilmu pengetahuan dapat diterima sebagai pembenaran secara umum.
Pada kenyataannya filsafat ilmu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, perkembangannya seiring dengan pemikiran tertinggi yang dicapai manusia. Oleh karena itu filsafat sains modern yang ada sekarang merupakan output perkembangan filsafat ilmu terkini yang telah dihasilkan oleh pemikiran manusia. Filsafat ilmu dalam perkembangannya dipengaruhi oleh pemikiran yang dipakai dalam membangun ilmu pengetahuan, tokoh pemikir dalam filsafat ilmu yang telah mempengaruhi pemikiran sains modern yaitu Rene Descartes (aliran rasionalitas) dan John Locke (aliran empirikal) yang telah meletakkan dasar rasionalitas dan empirisme pada proses berpikir.  
Kematangan berpikir ilmiah sangat ditentukan oleh kematangan berpikir rasional dan berpikir empiris yang didasarkan pada fakta (objektif), karena kematangan itu mempunyai dampak pada kualitas ilmu pengetahuan. Sehingga jika berpikir ilmiah tidak dilandasi oleh rasionalisme, empirisme dan objektivitas maka berpikir itu tidak dapat dikatakan suatu proses berpikir ilmiah. Karena itu sesuatu yang memiliki citra rasional, empiris dan objektif dalam ilmu pengetahuan dipandang menjamin kebenarannya, dengan demikian rasionalisme, empirisme dan objektivitas merupakan dogma dalam ilmu pengetahuan.  
Oleh karena itu membangun ilmu pengetahuan diperlukan konsistensi yang terus berpegang pada paradigma yang membentuknya. Kearifan memperbaiki paradigma ilmu pengetahuan nampaknya sangat diperlukan agar ilmu pengetahuan seiring dengan tantangan zaman, karena ilmu pengetahuan tidak hidup dengan dirinya sendiri, tetapi harus mempunyai manfaat kepada kehidupan dunia. Dengan demikian jika kita mempertanyakan penyesuaian apa yang dapat dilakukan ilmu pengetahuan dengan kenyataan kehidupan (realitas), maka perubahan paradigma ilmu pengetahuan merupakan jawaban untuk mengatasi krisis yang cukup serius (Kuhn 1970). 
Pertanyaan yang timbul dari pemahaman ini adalah apakah semua ilmu pengetahuan selalu dianggap benar? Jika ilmu pengetahuan itu mengalami perubahan dengan paradigma baru bukankan berarti ilmu pengetahuan itu memiliki kebenaran yang temporer saja?
Di sisi lain, Budi Hardiman membahas tentang masalah realitas, positivisme dan hermeneutik dalam filsafat. Budi Hardiman mencoba memberikan hal-hal positif dari filsafat positivisme yang sejak abad 19 metode ini dianggap tidak memadai untuk memahami manusia dan masyarakat. Bahkan, orang mengkritis positivisme sebagai akar dehumanisasi dan dominasi totaliter modern. Menurut Hardiman, positivisme adalah jiwa modernitas. Karena itu, kritik atas modernitas harus dimulai dari kritik atas positivisme dengan upaya-uaya untuk menemukan kekhasan metodologi ilmu-ilmu sosial-kemanusiaan. Dalam bab 1-3 ini, Hardiman lebih banyak mengulas tentang kritiknya atas positivisme itu sendiri.
Jika dibahas pemikiran dan perkembangan positivisme ini memang harus kita akui banyak perkembangan yang terjadi di dunia ini akibat pemikiran mereka. Namun, pemikiran mereka itu akhirnya bisa menghancurkan keberimanan kita. Karena itu timbul pertanyaan, sejauhmanakah manfaat aliran positivisme ini bagi perkembangan iman seseorang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar