BLOG INI BERSIFAT TERBUKA UNTUK DIKOMENTARI DAN DIKRITISI DEMI KEMAJUAN WAWASAN BERPIKIR, DAN BERTEOLOGI MASA KINI
Rabu, 30 Maret 2011
Bacaan Jumat Agung, 22 April 2011: Markus 14:17-21
Jumat Agung, 22 April 2011Markus 14:17-21
“BUKAN AKU YA TUHAN?”
1. Pendahuluan
A
pakah salib itu? Salib adalah lambang atau tanda kelemahan karena orang-orang yang disalibkan adalah orang yang sudah terbukti kesalahannya. Hukuman salib ini diperintahkan bagi penjahat, perampok, pembunuh yang bukan warga Negara Romawi. Salib juga lambang atau tanda penderitaan. Menurut peraturan atau hukum Kerajaan Romawi, pada waktu eksekusi, terhukum membawa sendiri kayu yang akan dipakai untuk menyalibkan dirinya, cara penyaliban adakalanya, kayu ditegakkan terlebih dahulu, kemudian si terhukum diangkat dan dipaku. Tetapi adakalanya kayu ditaruh ditanah dan terhukum direbahkan. Setelah kaki dan tangan dipaku, lalu kayu tersebut ditegakkan. Pada waktu kayu ditegakkan berat tubuh tertarik kebawah tangan dan kaki yang terpaku terkoyang menahan berat badan tubuh, rasa sakit yang dirasakan tidak dapat dilukiskan. Orang Romawi sendiri menyebutkan bahwa hukuman salib adalah hukuman yang sangat sadis, kejam dan tidak berperikemanusaiaan. Tuhan kita Yesus Kristus yang tanpa dosa harus mengalami hukuman yang sadis dan kejam itu. Tuhan tidak melarikan diri, melainkan dengan diam-diam, bagaikan domba tanpa suara dibawa ke tempat pembantaian. Disanalah Tuhan kita Yesus Kristus menderita kehinaan dan kesengsaraan, akhirnya mati untuk menggenapi rencana keselamatan Allah bagi seluruh manusia.
Kematian Yesus adalah menjadi keselamatan bagi kita semua orang berdosa. Kematian Yesus akan memberikan keselamatan bagi kita. Karena melalui darah Yesus yang tertumpah di bukit Golgota telah mengampuni segala dosa-dosa kita. Dalam salib Yesus, adalah kemenangan kita, karena maut telah ditaklukkan, maka setiap orang percaya akan beroleh hidup kekal. Maut tidak berkuasa lagi, bahkan Paulus berkata: ”Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”. Hanya bagi mereka yang telah mengenal Yesus dan mengikut Dia dengan setia mengatakan bahwa mati adalah keuntungan. Oleh karena itu salib Kristus hanya bergema bagi orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan mau mengaku dosa-dosanya.
Dalam nas kita ini, Markus menceritakan, sebelum Yesus disalibkan, Dia terlebih dahuli mengadakan perjamuan makan bersama sebagai perjamuan perpisahan. Dengan perjamuan itu Yesus menyatakan Anugerah Allah yang mulia yang menyuruh dia dan mempersatukan Dia dengan murid-murid-Nya. Yesus hendak mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Dia mati adalah kehendak Allah sendiri. Yesus hendak menyatakan dalam perjamuan terakhir itu bahwa semua murid-murid-Nya Dia kenal satu persatu, bukan hanya kenal rupa tetapi apa yang ada dalam hati dan pikiran murid-murid Dia mengenal-Nya. Hal itu dinyatakan ketika Dia berkata: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang diantara kamu akan menyerah Aku, yaitu dia yang makan bersama Aku”.
Yesus menyampaikan itu agar Yudas mengurungkan niatnya untuk mengkhianati dia, toh Yesus sudah mengetahui niatnya. Memang kita sering seperti Yudas, bahwa Tuhan telah mengingatkan kita untuk tidak melakukan hal-hal yang menyakitkan hati-Nya, tetapi seperti Yudas, iblis telah berkuasa dalam dirinya tidak perduli akan peringatan Tuhan itu.
2. Renungan
Ada seorang anggota jemaat dalam pelayanan, ia menunjukkan semangat pelayanan yang menggebu-gebu. Semua anggota mengakui kesungguhannya dalam melayani. Oleh sebab itu pada waktu pemilihan majelis, maka semua anggota memilihnya. Pada suatu hari, ia terkena penyakit kanker ganas. Menurut dokter, Ia tidak mempunyai pengharapan.
Pada waktu menjelang ajalnya, tiba-tiba ia berteriak-teriak. Aku takut! Aku takut! Pendeta itu melihat keadaannya, merasa heran mengapa orang Kristen mempunyai rasa takut pada kematiannya? Setelah diselidiki, baru diketahui bahwa majelis ini meskipun sudah lama mengikut Tuhan, tetapi tidak dengan kesungguhan. Di rumahnya, dengan diam-diam dia memelihara setan dan masih berhubungan dengan kuasa kegelapan. Maka tidak heranlah, pada waktu menjelang ajal, ia ketakutan sekali. Murid-murid Yesus mengikut Dia kurang lebih tiga tahun, tentu Tuhan telah mengetahui sifat kelakuan dan isi hati dari setiap murid. Demikian menjelang kematian-Nya Dia mengingat murid-murid-Nya. Yesus memilih waktu yang tepat, waktu yang penuh keakraban, ketika sedang makan Dia menyampaikan bahwa salah seorang dari antara Murid-Nya akan menyerahkan Dia. Yesus mengatakan hal itu bahwa:
Pertama, Yesus mengenal murid-murid-Nya dan mengetahui apakah mereka benar-benar telah mengenal Dia. Setiap orang tentu sampai kedalam hati yang dikenal-Nya dan Dia mengetahui isi hati kita yang sebenarnya. Yesus mengenal kita secara utuh, karena hidup berpura-pura tentu akan membuat kita menderita, toh Tuhan mengenal dan mengetahui kita. Perkataan Yesus kepada murid-murid tentu hingga hari ini mendengung. Karena sebagaimana Paulus berkata kepada Jemaat Philipi (Flp. 3:18) banyak orang menjadi seteru salib Kristus. Mereka menjadi musuh salib Kristus karena tidak tahan menderita lalu mengkhianati salib Kristus. Sesungguhnya seorang diantara kamu akan menyerahkan Aku. Tentu kita mengenal Yudas Iskariot, karena uang, dia mengkhianati Yesus serta menyerahkan-Nya kepada para Imam. Tentu yudas-yudas masa kini pun banyak diantara orang Kristen. Karena uang, jabatan, kuasa, dia menjadi musuh salib Kristus, dimana dia meninggalkan imannya dan menjadi agama lain yang tidak percaya Yesus. Bukankah aku Tuhan! Tentu kita sendiri dapat memberi jawaban, apakah itu kita atau tidak, itu tergantung kepada kesetiaan kita.
Kedua, kita tidak akan dapat menyembunyikan diri kita dengan hidup beragama yang berpura-pura. Kekristenan bukan suatu topeng untuk menutupi segala perilaku kita yang tidak benar. Ketika umat Israel hidup dalam kepura-puraan dengan memberikan persembahan kepada Tuhan. Lalu Tuhan berkata melalui nabi Yesaya ”Aku tidak suka persembahanmu itu!”. Allah tidak mengakui ibadah yang berpura-pura, yang hanya menutupi dosa-dosa. Para murid Yesus, seorang demi seorang menyangkal bahwa dialah itu pelakunya. Masing-masing membela diri ”bukan aku Tuhan!” Masing-masing didukung oleh hati nurani yang benar membuktikan mereka jauh dari perbuatan yang begitu mengerikan. Yesus memang tidak mengatakan secara terus terang siapa pengkhianat itu. Tentu Yesus masih memberikan kesempatan kepada si pengkhianat itu untuk kembali ke jalan yang benar. Karena walaupun Dia tidak dikhianati atau diserahkan, kematian itu tidak dapat dielakkannya, karena itu adalah rencana Bapa di sorga. Bahkan dengan perkataan keras Dia mengingatkan bahwa orang yang mengkhianatinya adalah orang yang paling celaka.
Bukan aku ya Tuhan?
Pertanyaan ini dapat kita jawab sendiri dengan kematian kita kepada Tuhan. Bila kita tetap setia kepada Tuhan berarti bukankah kita yang akan menyerahkan Dia. Setia sampai akhir zaman, itulah yang dikehendaki oleh Tuhan. Orang yang bertahan sampai kesudahannya akan selamat. Hendaklah engkau setia sampai mati dan aku akan mengaruniakan kepadamu makhkota kehidupan (Wah. 2:10).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar