BLOG INI BERSIFAT TERBUKA UNTUK DIKOMENTARI DAN DIKRITISI DEMI KEMAJUAN WAWASAN BERPIKIR, DAN BERTEOLOGI MASA KINI
Jumat, 01 April 2011
Jamita Minggu, 10 April 2011: Kejadian 22 :1-19
PERJALANAN IMANMENDAKI GUNUNG MORIA
Minggu Judika, Tgl.10 April 2011
Jamita : Kejadian 22 :1-19
Sibasaon : Masmur 69 : 2-14
I.PENDAHULUAN.
Alkitab kembali memberi kesaksian, bahwa Allah terus menempa Abraham untuk menjadikan dia sebagai penerima Janji Allah. Setelah ia menelan kebimbangan sekian lama akan janji Allah, maka pada saat ia tidak mempunyai harapan lagi karena umur sudah semakin lanjut. Tetapi diluar perkiraannya Allah menjawab doanya dan ia menerima janji Allah yaitu melalui kelahiran seorang bayi yang di beri nama Ishak.
Setelah Ishak berada di pangkuan Abraham, Allah menyuruh dia untuk mengusir Ismael anak dari Hagar ke Padang pasir, agar Perjanjian Allah tidak dikaburkan melalui kehadiran Hagar dan Ismael. Kemudian Allah membuat proses perjanjian antara Abraham dengan Raja Filistim, bahwa Abraham akan tinggal di wilayah Bersyeba sebagai miliknya sendiri. Menurut perkiraan Abraham saat itu, proses perjanjian itu telah sampai pada kenyataan, sebab ia telah menerima Anak Perjanjian yaitu Ishak dan ia telah menjadi orang yang menetap tidak lagi sebagai orang yang nomaden (berpindah-pindah).
Di saat keadaan seperti ini, Allah memberikan ujian yang lebih berat lagi, di mana Allah memintak kepada Abraham agar mempersembahkan Anak Tunggalnya itu sebagai korban persembahan kepada Allah di salah satu gunung yang ada di wilayah Moria (erets hammoriyya).
Ujian ini memakan waktu 3 hari perjalanan, di mana iman Abraham benar-benar diuji melalui perjalanan tersebut, apakah ia terus menuju tempat yang telah ditentukan Allah ataukan ia menyimpang dan melarikan diri untuk melepaskan anaknya dari tuntutan korban persembahan tersebut. Namun kesaksian Alkitab memberitakan bahwa Abraham tidak menyimpang, kini ia bersama anaknya serta pembantunya sampai ke kaki Gunung Moria ( behar-hammoriyya).
II.PENJELASAN NATS
Abraham meninggalkan pembantunya di kaki gunung tersebut, kemudian Ia dan anaknya mendaki gunung tersebut.Ujian selanjutnya, Abraham memikulkan kayu bakar ke pundak anaknya di benaknya tergambar jelas bahwa kayu ini akan menyala setelah di bakar dan akan menghanguskan tubuh anak satu-satunya itu saat pelaksanaan korban persembahan.
Dan yang paling memukul hatinya lagi, adalahdi saat mereka menuju puncak Moria, dari mulut anaknya yang mungil itu keluar untaian pertanyaan yang mengatakan :kayu, pisau dan api sudah ada di sini, tetapi di mana domba yang akan dipersembahkan ?. Pertanyaan ini benar-benar mengguncang pikiran dan jiwanya, namun ia menjawab dengan imannya
Selanjutnya dapat kita simak bahwa saat Abraham mendirikan mezbah dan mulai meletakkan kayu di atas mezbah, hatinya hancur luluh dan berkata .... akan sirnakah segala harapanku ? Namun demikian Abraham dengan iman yang teguh tetap melangkah dan tetap setia pada perintah TuhanNya.
Abraham sebagai orang beriman menjadi seorang yang berani membuat keputusan walaupun keputusan itu tidak dapat diterima oleh akali dan hatinya ( rist taker ). Walaupun hatinya galau tetapi imannya tetap menyala dan bersuara, bahwa Allah akan memberikan yang terbaik baginya. Abraham menangkap anaknya dan mengikatnya serta meletakkannya di atas mezbah dan kini ia siap untuk melaksanakan perintah Allah.
Pada saat seperti itu, Allah bertindak sebagai Yahweh Syalom dan Yahweh Syammah (Allah yang maha hadir dan yang menyelamatkan). Suara sorgawi terdengar dengan untaian kalimat yang mengatakan : jangan kau apa-apakan anak itu, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah Kemudian Abraham menoleh ke sekelilingnya, ia melihat seekor domba jantan yang tersangkut pada belukar, kemudian ia mengambil domba itu sebagai Korban Persembahan kepada Allah. Perintah Allah itu tetap terlaksana walaupun ada larangan untuk mempersembahkan anaknya, namun Allah memberikan Domba sebagai persembahan korban bakaran di atas gunung tersebut.
Inilah perjalan iman Abraham yang harus ia jalan dengan berliku-liku, tetapi oleh karena kesetiaannya, liku-liku perjalan itu semakin membuat dia menjadi Orang yang teruji dan tahan Uji di hadapan Tuhan yang telah memanggilnya.
III.PERENUNGAN
Dari sudut pandang manusia, tidak semua yang dilakukan Allah logis atau masuk akal. Ada kalanya manuasia mengetahui yang dilakukan Allah namun ada juga saatnya manusia tidak mengerti tentang yang diperbuat Allah.
Landasan iman bukanlah mengetahui dan mengerti atau memahami, melainkan adalah mempercayai.
Mempercayai ( percaya) adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang kita lihat. Iman itu ialah kepercayaan yang sungguh-sungguh pada kesetiaan Allah, bahwa Allah akan selalu melakukan yang benar (Ibr 11 : I).
Iman yang teruji mendatangkan berkat, demikianlah Abraham lolos dari juian iman yang berat oleh karena kesetiaannya.
Kesetiaaan dan kepatuhan Abraham kepada Tuhannya menggerakkan hati Allah untuk menyediakan domba sebagai ganti anaknya Ishak. Kesetiaan Abraham akan panggilan dan perintah Allah semakin mempertegas penggenapan Janji Allah bagi dirinya sendiri bahkan juga untuk sanak saudaranya.
Kesetiaan Abraham akan perintah Allah di saat ia naik ke Gunung Moria, memberikan kepadanya kesempatan untuk pulang dengan penuh sukacita dan damai sejahtera, sebab Allah mengutus MalaikatNya untuk membuat perjalanannya berhasil (Kej 24 : 40 ).
Abraham percaya sebelum melihat kenyataan, dan sering bertentangan dengan perasaannya, namun ia tetap menghormari Allah. Inilah yang disebut perjalanan iman Bila kita membaca catatan kehidupan Abraham, kita melihat bahwa ia adalah seorang yang beriman sejati. Ia melakukan sesuatu yang sangat sulit bagi pikiran manusia,, yaitu mengorbankan tumpuan harapannya, namun jiwanya tetap tenteram oleh Firman Allah, la tahu benar, bahwa Allah akan memberikan yang terbaik baginya bahkan memberikan lebih dari perkiraannya.
Abraham turun dari Bukit Moria dengan menyandang tanda kemenangan, ia dianugerahi sebutan " Bapa segala orang beriman. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar