Rabu, 30 Maret 2011

Bacaan Paskah 2, 25 April 2011 : 1Korintus 15:12-20

widgeo.net
Paskah 2, 25 April 2011                                       1Korintus 15:12-20

SEMUA ATAU TIDAK SAMA SEKALI



Pengantar

S
audara-saudara yang dikasihi Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus! Firman Allah dari 1Korintus 15:12-20 menyapa kita pada hari ini. Bacaan firman Allah hari ini berakhir dengan pernyataan tegas Paulus. Pernyataan Paulus ini harus dipegang teguh oleh jemaat di Korintus dan semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus, termasuk kita. Kita harus mau belajar dan terbuka menerimanya, kalaupun berbeda dengan apa yang kita imani selama, kalau memang kita ingin hidup berbahagia. Untuk itu, marilah kita fokuskan perhatian kita pada ayat terakhir: “Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (20). Paulus menekankan “tetapi yang benar” karena memang Dia mendapati ada pemahaman yang salah terhadap kebangkitan Yesus, yang berkembang di tengah-tengah jemaat Korintus. Intinya dia ingin mengatakan: Ada kebangkitan orang-orang yang telah meninggal. Kebangkitan itu sebuah kepastian, sepasti Yesus yang telah bangkit dari antara orang mati. Apa masalahnya? Kenapa Paulus harus menekankan kebangkitan orang mati? Ada beberapa pemahaman yang salah terhadap kebangkitan Yesus pada waktu itu (di Korintus) demikian juga pada jemaat masa kini:
1.        Kesalahan memahami fakta kebangkitan Kristus! Apakah Yesus betul-betul bangkit? Ini pertanyaan yang tidak hanya muncul dulu di jemaat mula-mula, tetapi juga jemaat masakini. Kalau pertanyaan ini dulu muncul, itu dapat dipahami karena orang tidak otomatis menerima pemberitaan para Rasul. Tetapi bagi kita sekarang, pertanyaan ini tidak logis dan tidak teologis. Kenapa? Jika pertanyaan ini disampaikan kepada kita, maka kita ditempatkan sebagai penentu dan pengambil keputusan. Kita yang memutuskan Yesus bangkit atau tidak. Kita yang memutuskan Allah membangkitkan Yesus atau tidak. Ketidaklogisan pertanyaan tersebut semakin jelas dalam era demokrasi. Jika kita tidak sepakat satu suara dalam memutuskan sesuatu hal, maka diambil suara terbanyak. Seolah-olah suara terbanyaklah yang menentukan kebenaran kebangkitan Yesus. Seolah-olah hal yang sangat teologis dan mendasar dapat ditentukan oleh suara terbanyak!

Tidak hanya semangat zaman yang bisa membawa kita pada ketidaklogisan di atas, tetapi juga pendidikan, seperti Pendidikan Anak Sekolah Minggu yang sudah mencetak dan memasukkan kita ke dalam ketidaklogisan. Saya ingat lagu yang diajarkan di Sekolah  Minggu “Kubur kosong membuktikan Dia hidup”. Lagu tersebut berasal dari luar gereja yang tidak sadar dibawa oleh guru-guru Sekolah Minggu ke dalam pendidikan Anak Sekolah Minggu. Mereka tidak sadar ada yang salah dalam lirik lagu tersebut. Hal ini dapat dimengerti karena pembinaan terhadap guru-guru Sekolah Minggu kurang mendapat perhatian. Apa yang salah dengan lagu tersebut? Mari kita lihat logika yang berkembang di dalamnya: Karena kubur kosong, maka orang menyimpulkan (memutuskan) bahwa Yesus bangkit. Ini argumentasi yang salah. Harusnya, pertanyaan diubah: Apa kata alkitab tentang kebangkitan Yesus? Pertanyaan ini menempatkan kita: Bukan kita yang memutuskan, tetapi firman Allah. Ini pertanyaan yang logis dan teologis. Pertanyaan ini membawa kita pada arah yang benar. Bahwa Yesus akan bangkit, telah dikatakan-Nya sebelumnya. Perkataan Yesus inilah menjadi kunci dan dasar argumentasi yang tepat untuk meyakini kebangkitannya. Bahwa kubur itu kosong, itu adalah konsekuensi dari perkataan Yesus.

Kita juga sudah dicemari oleh logika yang tidak benar melalui buku-buku yang mendiskusikan tema kebangkitan. Saya ingat sebuah buku “kubur kosong iman penuh”. Buku tersebut ingin mengatakan bahwa karena kubur kosong, maka orang beriman (penuh). Pemahaman penulisnya, iman didasarkan pada bukti kubur kosong. Sebagai reaksi terhadapnya, terbit buku “kubur penuh iman kosong”. Buku ini ingin mengatakan, kalau kubur penuh, maka iman kosong. Padahal, Yesus sudah mengatakan Dia akan bangkit. Jadi, keduanya membawa kita secara perlahan-lahan semakin jauh dari kebenaran Allah yang telah membangkitkan Yesus Kristus.

2.        Kesalahan manarik makna kebangkitan Kristus!  Memang jemaat Korintus percaya akan kebangkitan Yesus, tetapi hanya sebatas itu. Bagi mereka bahwa iman terhadap kebangkitan Yesus sudah cukup menjadi inspirasi dan  motor bagi kehidupan rohani orang yang percaya di dunia. Bahwa kebangkitan Yesus bermakna bagi kebangkitan orang mati, itu tidak diterima. Cukuplah hidup di dunia. Pengharapan akan kebangkitan setelah mati tidak ada. Makna kebangkitan Yesus bagi kebangkitan orang mati tidak ada. Mereka memang percaya dan menerima kebangkitan Yesus sebagai bukti kekuasaan Allah atas kematian melalui Yesus Kristus, tetapi kebangkitan orang mati dengan segala kelemahan dan keterbatasan, bagi mereka tidak mungkin.

Kita juga sering membuat batasan-batasan terhadap kekuasaan Allah. Kita membuat rumusan-rumusan dan memerangkap cara dan keluasan pekerjaan Allah di dalam rumusan-rumusan itu. Itu berarti kita memerangkap pekerjaan Allah dalam logika yang kita bangun. Ini sangat berbahaya. Memerangkap Allah dalamlogika yang kita bangun juga berarti tidak percaya secara benar kepada Allah.

Tentu ada sesuatu di balik pemahaman yang keliru di atas: Mereka memisahkan kehidupan jasmani dan rohani, kehidupan duniawi dan sorgawi. Cara berpikir ini mewarnai kehidupan sehari-hari, seperti pada masakini: Hidup bergereja, beribadah, berdoa,menyanyikan lagu rohani, adalah sorgawi, rohani. Sedangkan bekerja, menyekolahkan anak, menjaga kesehatan tubuh, membangun kehidupan bersama dengan umat beragama lain dan tanggung-jawab sosial, merupakan hal duniawi. Pemahaman mereka dicetak oleh cara berpikir dualisme. Kita juga tidak sadar dicetak oleh pemahaman dualisme seperti itu. Harusnya kita keluar dari pemahaman yang demikian. Semua kehidupan kita adalah rohani. Hal-hal yang menyangkut jasmaniah dan sosial adalah juga rohaniah.

Konsekuensi dari pemahaman yang salah di atas adalah bahwa mereka menarik makna kebangkitan Yesus hanya sebatas untuk kehidupan “rohaniah”, bukan untuk kehidupan secara menyeluruh. Akhirnya Kebangkitan Yesus dipisahkan dari dunia padahal seharusnya membawa pembaharuan terhadap dunia. Pembaharuan itu sudah dimulai dari sekarang, ketika percaya kepada Yesus yang telah bangkit dari antara orang mati, walaupun belum terlaksana secara sempurna. Pembaharuan itu harus diteruskan dalam seluruh aspek kehidupan. Kehidupan sekarang seharusnya diwarnai oleh semangat kebangkitan Yesus dari antara orang mati pada masa lalu, dan kepastian kebangkitan orang mati pada masa yang akan datang (eskatologis).

Oleh karena itu saudara-saudara yang dikasihi Allah di dalam Yesus Kristus! Hidup kekinian kita adalah hidup yang diperbaharui. Diperbaharui oleh pertiwa kebangkitan Yesus dari antara orang mati di masa lalu. Hidup yang diperbaharui adalah hidup yang yang ikut serta memperbaharui kehidupan diri dan orang lain. Pembaharuan hidup kini disemangati oleh peristiwa masa masa lalu dan kepastian peristiwa masa depan yang keduanya dipersatukan di dalam kebangkitan Yesus Kristus, sebagaimana dikatakan di dalam firman Allah. Untuk itu, kita harus tetap berdiri teguh (58) dalam injil, firman Allah, sebagaimana dikatakan oleh Paulus kepada jemaat di Korintus (1 dan 11) dan yang kita dengar sekarang. Injil keselamatan itu  (2) berisi: Kritus telah mati karena dosa kita (3), dikuburkan dan dibangkitkan sesuai dengan kitab suci (4). Dia membuktikan kebenaran perkataann-Nya bahwa Dia akan bangkit dengan menampakkan diri-Nya (5-8). Kristus telah bangkit dari antara orang mati, itu berarti bahwa ada kebangkitan orang mati (12). Jika tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan (13). Jika Kristus tidak bangkit, itu berarti sia-sialah iman kita (14). Itu juga berarti bahwa Paulus, demikikian juga para pengkhotbah, adalah pendusta (15). Jika semua itu kebohongan, itu berarti semua kita masih hidup dalam dosa (17) dan kebinasaan (18) serta kita menjadi orang yang paling malang di dunia (19). Kristus sudah bangkit dari antara orang mati. Itu berarti adakebangkitan orang yang telah mati. Diamenjadi yang sulung (20) dan kita akan mengikutinya pada waktunya.

Kapan itu terjadi? Pengakuan Iman Rasuli, yang disusun berdasarkan keseluruhan Alkitab, yang kita ucapkan setiap minggu, khusus pada bagian kedua mengatakan: “ Aku percaya kepada Yesus Kristus, … Pada hari ketiga bangkit pula dari antara orang mati, naik ke surga, … dan dari sana akan datang kelak, untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.”  Pada saat itulah Dia akan membangkitkan kita. Inilah yang dimaksud dengan waktu eskatologis.

Paulus ingin mengajak jemaat kembali kepada pemahaman yang benar, yaitu tidak menerima Yesus hanya sebahagian, tetapi mempercaya kebenaran-Nya secara utuh. Tidak mungkin kita percaya kepada Yesus dengan benar kalau sebagian dari kebenaran Yesus diterima, dan sebagian lagi tidak! Tidak menerima keutuhan kebenaran Kristus, tidak merusak keutuhan kebenaran itu. Kebenaran Kristus tetap utuh, walau pemahaman kita tidak utuh. Kebenaran adalah benar jika utuh!

Ajakan Paulus ini, bagi kita, juga bermakna panggilan. Panggilan untuk selalu mempertanyakan iman kita, belajar dan terbuka terhadap firman Allah. Selamakita hidup,kita harus mengejar pengetahuan yang benar tentang Allah dan kebenarannya. “Fides quaerrens intellectum”, “Faith Seeking Understanding”, “Iman Mengejar Pengetahuan” (Anselmus). Sebagai orang percaya, saya harus mengetahui kebenaran yang saya percayai. Oleh karena itu, semakin saya mengetahui kebenaran, semakin saya dengan benar mengasihi Allah. Sikap seperti ini sangat penting, agar kita tidak terperangkap pada fanatisme dan tradisionalisme. Tuhan memberkati!


Pdt. Dr. Ir. Fridz P. Sihombing
HP 0813 97171080

Tidak ada komentar:

Posting Komentar