BLOG INI BERSIFAT TERBUKA UNTUK DIKOMENTARI DAN DIKRITISI DEMI KEMAJUAN WAWASAN BERPIKIR, DAN BERTEOLOGI MASA KINI
Sabtu, 14 Mei 2011
Jamita Minggu, 26 Juni 2011: 1Johanes 4 : 16-21
HIDUP DI DALAM KASIH
HATORANGAN NI JAMITA
MINGGU I DUNG TRINITATIS
MINGGU, 26 JUNI 2011
Jamita : 1Johanes 4 : 16-21
Sibasaon : Johannes 5 : 39-47
Pengantar
Surat ini dituliskanoleh Rasul Yohanes untuk meneguhkan dan memperkokoh iman orang-orang yang percaya pada waktu itu. Dimana ajaran dan doktrin-doktrin baru sedang berkembang dan menjadi perdebatan sengityaitu mempersoalkan” identitas ” dan ” kodrat ” Yesus sesungguhnya. Apakah Ia benar benar Anak Allah atau hanya manusia biasa. Dan bagaimana kodrat ke ” Illahi” anNya dan menyatu dengan kodrat ke ” Manusia ”anNya. Dan berbagai bagai ajaran-ajaran atasdasar penafsiran-penafsiran manusia dan ”akademisi” yang berkembang yang seakan akan berlomba lomba untuk mencari kebenaran dan menciptakanformula serta menetapkan prinsip2 dasar yang baik dan ideal . Untuk itulah surat ini perlu untuk meneguhkan dasar iman orang Kristen agar tidak diombang ambingkan oleh pengajaran sesat. Sekaligus memberijawaban dan arahanapa yang harus dilakukan untuk menjawab semua itu. Yaitu untuk hidup saling mengasihi sebagai perwujudan dalam meneladani sikap dan karakter Allah di dalam diri Yesus Kristus. Formula yang paling baik dan tepat dalam memahami Identitas dan Kodrat Yesus adalah dengan belajar dari Yesus. Dengan demikian Roh Kudus akan menuntun kita untuk tahu dan mengenal siapa Dia sesungguhnya. Yaitu Tuhan yang penuh kasih oleh karenanya siapa yang ingin mengenalnya harus hidup di dalam kasih. Sebab Ia sendiri adalah kasih ( I Joh 4 : 8 )
Keterangan
1.MeneladaniKasih Kristus
Di dalam hubungannya dengan sesama banyak kriteria kasih yang mungkin sudah kita laksanakan. Namun tentu saja kasih itu tidak seperti kasih yang diperlihatkan Kristus kepada kita. Karena kasih tersebut tentu saja berbeda dengankasih yang kita pahami danyang selalukita praktekkan didalam hubungan kitadengan sesama. Karena kasih manusiadapat berubah sesuai dengan situasi dankeadaan. Kasih yang dangkal dan sangat rapuh karena didasarkan atas hubungan perasaan dan emosional yang labil. Kasih yang benar adalah kasih yang lahir oleh karena pengenalan kita kepada Tuhan. Tuhan yang begitu mengasihi manusia sehinggga membrikan anakNya Tuhan Yesus Kristus.Kristus yang mengasihi orang yangberdosa sehingga Ia rela mati agar orang yang berdosa mendapat keselamatan Hal inilah yang harusditeladani oleh orang percaya, kasih yang tulus dan penuh pengorbanan. Setelah kita menerima kasih Kristus itu tanggung jawab kita untuk berbuah dan hidup didalam kasih. Kasih yang tulus dan dengan segenap hati bukan kasih yang berpura pura atau kasih yang menuntut imbalan dan balasan (I Kor 13 : 4-7) . Kasih Kristus adalah kasih yang sejati dan sempurna oleh karenanya orang-orang percaya harus belajar dari kasih Kristus ini
2. Kasih memberikan pengharapan dan kekuatan
Orang yang mampu mengasihi adalah orang yang penuh pengharapan. Pengharapan akan sukacita dan kemenangan yang akan diterima pada saat hari penghakiman datang. Orang orang dunia adalah orang-orang yang selalu sibuk mengurusi kebutuhan diri dan segala keperluannyadan dengan berbagai cara akan digunakan agar tujuan dapat berhasil. Keberhasilan dan pencapaian materi dan harta duniawi menjadi prioritas yang diutamakan.Tanpapernah berfikir dan peduli apakah cara hidupnya itu berkenan bagi orang lain dan menjadi berkat bagi sesamanya. Kasih hanyadipandang dan dibatasi sebagai suatu hubungan ” sebab- akibat”. Artinya apa yang kita lakukan kepada orang lain adalah sebagai menjadi balasan akan apa yang telahdilakukan orang lain kepada kita. Orang-orang yang meneladani kasih Kristus tidak akan berfikir seperti orang orang duniawi. Mangasihi tanpa pamrih dan penuh pengorbanan merupakan suatu sukacita orang-orang yang berpengharapan kendatipun itu merupakan suatu kebodohan bagi dunia ini. Inilah yang menjadi kekuatan orang percaya untuk tetap mengasihi orang lain bahkan memberkati dan berdoa untuk orang-orang yang memusuhinya sebab disanalah ia akan mendapatkan upahnya (Mat 5 : 43-47)
3.Kasih adalah perbuatan nyata
Kasih merupakan buah dari pengenalan kita kepada Tuhan yang terlebih dahulu mengasihi kita. Oleh karena Tuhan telah terlebih dahulu mengasihi kita maka sudah selayaknya kita mengasihi Tuhan. Bagaimana caranya mengasihi Tuhan yang tidak terlihat dengan mata jasmani. Adalah dengan cara mengasihi mengasihi sesama manusia. Sebab Yesus katakan apa yang kita lakukan kepada salah seorang yang hina adalah sama dengan melakukan kepadaNya (Matius 25 : 40) Oleh sebab itu sejauh mana hubungan kita dengan Tuhan merupakan barometer untuk menentukan sejauh mana kita mengasihi sesama. Sehinggahubungan manusia kepada Allah dapat dilihat sejauh mana ia dapat mengasihi sesamanya.Dan tentu saja kasih yang bukan hanya sebatas kasih yang sering kita perlihatkan sebagai mana biasanya yang hanya didasarkan atas emosi dan perasaan semata. Namun Tuhan Allah menuntut lebih dari itu yakni kasih yang berpusat pada pengorbanan Kristus di kayu salib.Barang siapa mengasihi Allah ia juga harus mengasihi saudaranya.. Saudara yang mana? saudara yang membenci kita,saudara yang memfitnah dan menghianatikita, saudara yang tidak mau mengampuni kita,saudara yang menyimpan amarah dan dendam kepada kita atau mungkisaudara yang menganggap kita musuh utamanya. Kristus telah terlebih dahulu menerima penghianatan kita namun Ia masih tetap mengasihi kita bahkan menyerahkan nyawanya untuk kita.
Aplikasi
Dalam suatu diskusi di sebuah ibadah rumah tangga ada seorang ibu yang bertanya ”mengapa sepertinya kasih itu /holong ni roha sepertinya sudah sangat jauh dari kehidupan dunia sekarang ini (Biasi songon na so tarida be holong ni roha i di parngoluan ni jolma si nuaeng )” Mungkin ibu ini menjadi perwakilan untuk kita yang mempunyai pertanyaan yang sama. Mengapa pola hidup,sikap dan prilaku manusia sekarangsudah sangat berbeda dengan sikap-sikap dan kehidupan waktu-waktu yang lalu. Pola hidup tolong menolong dan kebersamaan dalam kehidupan masyarakat bahkan dalam kehidupan keluarga dan kekerabatan sekalipun sudah semakin menipis bahkantidak terlihat,kasih dan kepedulian menjadi hal yang sangat mahal harganya. Ada pergeseran/perubahan gaya hidup dan nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat dimana ego dan kepentingan/kesenangan diri menjadi hal yang mendominasi dan tujuan yang utama dalam dirinya. Memang harus diakuisituasi kehidupan sekarangdan perkembangan berbagai ilmu dan bidangyang terjadi memaksa manusia untuk beradaptasi dengan perubahan itu. Mungkin hal ini yang membuat pergeseran nilai-nilai itu terjadi yang pasti mempengaruhi kehidupan pribadidan bahkan kehidupan rohani kita
Namun lebih bijak rasanya jika kita labih baik koreksi dan evaluasi diri daripada mencari alasan untuk pembenaran diri. Relasi/hubungan kita dengan Tuhan yang sudah tidak menentu sebenarnya adalah akar persoalan yang utama. Krisis relasi mengakibatkan krisis iman yang pada akhirnya menimbulkan krisis kasih kepada Tuhan. Krisis Kasih kepada Tuhan pasti akan menyebabkan krisis kasih kepada sesama. Suami dan istri tidak lagi saling mengasihidengan sesungguhnya. Anak dan orang tuatidak lagi salingmengasihi dengan sesunguhnya,Pelayan dan warga jemaat tidak lagi saling mengasihi. Hubungan antara sesama juga semakin rapuh dan mudah terprovokasi dan lain sebagainya. Oleh karena itu kunci menuju perbaikan itu semua adalah mari kita perbaiki hubungan kita dengan Tuhan maka dengan sendirinya hubungan dengan sesamanya akan semakin baik.
Ketika orang orang Farisimencobai Yesus dengan bertanya hukum apayang terbesar dan terutama dalam hukum Taurat Jesus mengatakan hukum Kasih. Yaitu mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi. Dan Hukum yang keduayang sama dengan itu adalah mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri(Mat 22 : 34 – 40).
Banyak hal yang berubah sejak dari jaman pelayanan Jesus di dunia ini sampai sekarang ini. Namun ada satu hal yang tetap dan tidak berubah serta yang terbesar dari kesemuanya bahkan dari iman dan pengharapan yaitukasih ( I Kor 13 : 13 )...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar