Sabtu, 14 Mei 2011

Sibasaon Minggu, 12 Juni 2011: Johannes 16 : 5-15

widgeo.net

MENUJU DUNIA DENGAN KUASA ROH KUDUS


HATORANGAN NI SIBASAON

MINGGU PENTAKOSTA I 
MINGGU, 12 JUNI 2011

Jamita : Ba.Rasul 2 : 1-8    
Sibasaon : Johannes 16 : 5-15



I.          PENDAHULUAN

P
enderitaan Orang Percaya dan Kedatangan Roh Kudus
Selamat merayakan Pentakosta! Di dalam peristiwa gerejawi yang penting ini sekali lagi kita merenungkan karya Allah Tritunggal yang mengarahkan hati dan cinta-Nya kepada manusia. Turunnya Roh Kudus adalah tanda dan bukti bahwa Kristus yang bangkit dan naik ke surga adalah Tuhan yang tidak pernah meninggalkan kita. Ia tetap hadir dan menghadirkan cinta Sang Bapa, melalui kuasa Roh Kudus. Karya cinta dari Allah Tritunggal inilah yang menjadi saripati iman Kristen. Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus mengarahkan diri-Nya kepada manusia dan mengundang manusia untuk mengambil bagian di dalam persekutuan ilahi tersebut.

Dalam pemahaman itulah kita bisa memaknai janji Yesus di dalam Yohanes 16 tentang kedatangan Roh Kudus. Di dalam ayat 1-4a, Yesus menegaskan apa yang bakal dialami oleh para murid Yesus: pengucilan dan bahkan penganiayaan. Ayat 2 menyatakan, “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah” (bnd. ay. 32-33). Betapa ironis! Mereka yang menindas orang-orang percaya sangat percaya bahwa tindakan mereka merupakan ungkapan ibadah kepada Allah.

Dengan kata lain, di dalam situasi penindasan tersebut, akan tersingkap dua cara-pandang, bahkan dua konsep-dasar, mengenai Allah. Yang pertama ditunjukkan oleh mereka yang menindas orang lain atas nama Allah. Agama dianggap sebagai ideologi yang harus dipertahankan dari mereka yang tidak seiman. Yang kedua, ditawarkan oleh Yesus, sebuah cara-pandang terhadap Allah Trinitas yang mengarahkan hidup kepada manusia dengan kasih-sayang.

Pentakosta adalah sebuah bukti bahwa Allah persekutuan kasih itu tidak pernah meninggalkan manusia yang memercayai-Nya. Kenaikan Yesus ke surga tidak boleh diartikan sebagai ketidakpedulian Allah, karena justru dengan kepergian-Nya, Roh Kudus datang kepada manusia. Yesus berkata, “Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (ay. 7).


Kebutuhan untuk Dilindungi dan Ketidakpedulian para Murid

Di dalam ayat 5, Yesus mempertanyakan ketidakpedulian Yesus yang akan segera meninggalkan mereka, “tetapi sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorangpun di antara kamu yang bertanya kepada-Ku: Ke mana Engkau pergi?” Barulah setelah Yesus menyatakan kepergian-Nya, mereka berdukacita (ay. 6). Kedua ayat ini sungguh-sungguh mempertontonkan dua kondisi manusia.

Pertama, kepedulian manusia hanya terarah pada kepentingan diri sendiri. Mereka tak peduli apa yang akan terjadi pada Yesus. Yang mereka urusi hanyalah nasib mereka, kepentingan mereka. Watak semacam ini sungguh laten dan dengan mudah kita jumpai di dalam kehidupan sesehari kita, bukan? Anak tak peduli apakah ayah atau ibunya sakit, sementara anak itu terus merengek agak permintaannya dikabulkan. Orangtua tak peduli kebutuhan emosional anaknya, sementara orangtua terus saja menuntut anak mereka berprestasi sesuai harapan mereka. Para petinggi gereja tak peduli pada kebutuhan umat, sementara mereka hanya memikirkan bagaimana kedudukan mereka langgeng. Umat tak peduli pada beratnya pelayanan pendeta mereka, sementara mereka tak juga berinisiatif ikut melayani. Dan seribu satu contoh lainnya. Ketidakpedulian para murid atas kepergian Yesus mencerminkan ketidakpedulian kita semua.

Kedua, sekalipun para murid kerap hanya mempedulikan diri sendiri, mereka juga menunjukkan kebutuhan untuk dilindungi. Dukacita yang muncul di benak para murid, setelah mendengar bahwa Yesus akan pergi, bukanlah menjadi sebuah tanda bahwa mereka peduli pada Yesus. Sebaliknya, dukacita itu adalah ungkapan dari kekuatiran atas apa yang akan terjadi atas hidup mereka. Tentu saja sikap ini menyedihkan. Namun, sekaligus, kita bisa melihat bahwa sikap ini setidaknya mencerminkan kebutuhan manusia untuk dilindungi dan dijagai.


Roh Kudus datang “Kepadamu” untuk “Menginsafkan Dunia”

Terhadap dua kondisi manusiawi ini, yaitu ketidakpedulian para murid dan kebutuhan untuk dilindungi, Yesus memberi jawaban yang jelas: Roh Kudus diutus kepada para murid. Yang menarik, Roh Kudus pertama-tama diutus kepada para murid, bukan kepada dunia. Lima kali ditandaskan bahwa Roh itu datang “kepadamu,” yaitu kepada para murid: Roh Kudus itu “datang kepadamu,” “Aku akan mengutus Dia kepadamu” (ay. 7); Roh Kudus “akan memberitakan kepadamu” (ay. 13, 14, 15).

Namun, di sisi lain, Yesus juga berkata bahwa, “kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman” (ay. 8). Bagaimana memahami ini semua. Di satu sisi, Roh Kudus datang kepada para murid, namun di sisi lain Ia akan menginsafkan dunia. Roh itu datang pada kita dan efeknya dirasakan dunia. Dengan kata lain, janji di dalam ayat 8 ini sekaligus menyiratkan penugasan bahwa Gereja yang menerima Roh Kudus harus mampu membuat dunia insaf akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Kata “mengisafkan” tidak berarti menyadarkan dan membuat bertobat. Tapi kata “mengisafkan” lebih berarti menguakkan, membuat jelas dan gamblang. Roh Kudus tidak diutus kepada dunia yang tak percaya, karena dunia “tak dapat melihat Dia”  dan “tidak mengenal Dia” (14:17). Tetapi dunia mengenali para murid. Dengan kata lain, Roh Kudus yang datang kepada para murid itu akan memakai para murid untuk menginsafkan dunia.

Dunia akan insaf akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Inilah tiga dimensi utama dari Injil. Setiap kali Injil diwartakan di situlah dosa disibakkan, kebenaran akan kasih Allah dipancarkan dan penghakiman atas yang benar dan yang salah berlangsung. Injil tak pernah secara romantis hanya berbicara tentang kasih-sayang Allah; namun, Injil juga tak pernah secara kejam menjauhkan manusia dari kebenaran. Injil selalu berwajah ganda: Ia mencela kehidupan penuh dosa dan mengundang pertobatan. Keduanya hanya mungkin terjadi di dalam karya Roh Kudus melalui hidup orang-orang percaya yang menyatakannya kepada dunia.


Refleksi

Firman Tuhan di Hari Pentakosta ini menyadarkan kita bahwa kedatangan Roh Kudus adalah bukti bahwa Allah di dalam Yesus Kristus tidak meninggalkan kita. Allah tahu bahwa kita adalah manusia yang rapuh dan lemah, yang senantiasa memerlukan perlindungan. Namun, pada saat yang bersamaan, Allah tidak pernah melindungi kita dengan cara menjauhkan kita dari dunia. Justru, sebaliknya, kedatangan Roh Kudus kepada kita mendorong kita untuk melakukan tugas iman itu, yaitu menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Dunia yang akan menindas para murid Yesus adalah dunia yang harus menerima Injil Yesus Kristus.

Sekaligus, ketika kita mewartakan Injil melalui kehidupan kita, kita didorong untuk belajar mengatasi egoisme dan egosentrisme kita, sikap yang hanya peduli pada urusan dan kepentingan kita. Roh Kudus adalah Roh yang mendorong kita untuk keluar dari pementingan diri menuju kepada sesama, kepada dunia ini. Dan ketika kita menghadirkan Injil itu ke dalam dunia, percayalah, semua itu terjadi karena kuasa Roh Kudus yang memakai kita, bukan karena kemampuan, kemauan atau bahkan keberanian kita.

Selamat merayakan Pentakosta! Selamat memasuki dunia dan dengan kuasa Roh menyatakan Injil itu. Amin.




Ramli SN Harahap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar