Selasa, 08 Februari 2011

KEBENARAN DAN KELEGAAN BAGI YANG MENERIMA YESUS Matius 11 : 25 - 30

widgeo.net
KEBENARAN DAN KELEGAAN BAGI YANG MENERIMA YESUS 
Matius 11 : 25 - 30




Pendahuluan
Raja Salomo terkenal sebagai raja yang bijaksana sekaligus pandai. Ingatlah cerita Salomo yang mampu mengembalikan seorang bayi kepada ibu yang sebenarnya. Salomo mengetahui kebenaran yang sesungguhnya, karena ia sangat dekat kepada Tuhan. Sehingga kebenaran dinyatakan kepadanya. Ia menjadi disegani dan ditakuti oleh raja-raja di sekitarnya karena kebijaksaannya. Lalu mengapa pada ayat 25, Yesus justru menyembunyikan sesuatu kepada orang bijak dan orang pandai? Bukankah ini aneh? Atau apa maksudnya?

Membuka Hati dan Rendah Hati
Bila kita membaca pasal 11-13, akan mengerti kenapa Yesus berkata demikian. Konteksnya pada pasal ini, Yesus berhadapan dengan ahli-ahli Taurat dan orang Farise yang meragukan Yesus sebagai mesias. Padalah Yesus sudah tunjukkan keilahian-Nya melalui karya-karya penyembuhan dan lain-lain. Namun mereka tetap tidak bertobat. Lalu apa persoalannya sehingga mereka tidak percaya kepada Yesus? Sebenarnya ini bukan persoalan sudah tau atau tidak, sudah ngerti atau tidak. Tetapi ini lebih persoalan hati. Hati para ahli taurat dan orang Farise itu tertutup rapat terhadap yang mereka tau dan lihat. Terlebih mereka tidak  rendah hati. 
Ahli taurat dan Farisi tetap tegar hati dan tidak percaya kepada apa yang Yesus ajarkan. Mereka banyak baca kitab suci dan ahli taurat tapi tidak terbuka menerima apa yang mereka baca dan Yesus ajarkan. Mereka malah menjadi sombong dengan yang mereka tahu. Merasa suci dari orang lain. Merasa benar dari orang lain. Mereka membuka mata, membuka telinga, tetapi menutup hati. Jika sudah tutup hati, komunikasi akan berhenti. Maka itu sama dengan titik mati untuk tidak merubah diri. Itu sebabnya Tuhan menyembunyikan diriNya kepada mereka. Justru siapa sangka, Tuhan menyatakan diriNya kepada orang kecil. Tuhan lebih dekat kepada mereka. Kenapa bisa?
Orang kecil yang dimaksud pada nas ini adalah anak-anak atau orang yang belum dewasa. Dalam arti luasnya adalah orang yang belum matang berilmu, namun mampu menerima kehadiran Allah dalam diri Yesus Kristus. Inilah kelebihan dari orang kecil itu yaitu mampu membuka diri menerima Yesus Kristus dan rendah hati. Mereka mampu merespons Injil dengan positif.
Tuhan ingin dalam kehidupan iman Kristen kita, kita mempunyai hati seperti bayi yang setiap saat mau diajar dan dibentuk oleh Firman. Bukankah justru jika menjadi seperti anak kecil, kita masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Mat. 18:3). 
Orang yang merasa diri bijak biasanya ia adalah orang yang sok tahu segala hal sehingga kalau ada orang lain yang mengatakan tentang kebenaran, ia akan menutup diri. Orang seperti demikian ini tidak akan pernah mendapatkan suatu pengetahuan karena belum apa-apa ia merasa pandai dan mempunyai banyak pengetahuan. Oleh sebab itu, bagi Yesus, murid sejati adalah yang banyak tau, namun juga mampu menerima kehadiran Yesus dalam hatinya. 
Di zaman saat ini, selain membutuhkan orang bijak dan pintar, kita membutuhkan orang yang terbuka dan rendah hati. Namun jika disuruh memilih, mau orang pintar atau rendah hati? Rasanya lebih baik berteman kepada orang terbuka dan rendah hati walau tidak begitu pintar. Saya mempunyai seorang teman sekelas yang pintar, jago bahasa Inggris lagi. Tapi sayang orangnya tinggi hati. Maunya pendapatnya yang benar dan sifatnya tertutup. Akibatnya, di kelas dia tidak punya banyak teman bahkan dikucilkan teman-teman. Jika rapat kelas, kehadirannya tidak dianggap penting, karena tidak akan bisa komunikasi baik dengannya. Demikianlah teman-teman meresponnya. Orang tidak akan membuka diri kepada orang yang tertutup dan tinggi hati. Orang cenderung hanya mau terbuka kepada orang yang juga mau terbuka.  
Pribadi yang baik adalah yang mampu membuka hati dan rendah hati. Ia adalah yang bersifat open minded. Orang open minded biasanya lebih mudah untuk mengubah worlview-nya dari pada orang yang tinggi hati. Mengubah cara pandang tidaklah gampang, karena diperlu pengorbanan. Ia harus rela meninggalkan cara pandangnya yang lama. Namun seseorang yang memiliki keterbukaan hati dan pengorbanan menjadi tempat yang subur untuk bertumbuhnya didikan dan ajaran yang benar. Yesus sangat suka kepada yang memiliki open minded, karena akan mudah dididik dan diberikan kebenaranNya. Murid-murid Yesus adalah orang yang mampu membuka diri. Cara pandang mereka melihat Yesus berbeda dengan orang Farise. Murid-murid melihat Yesus sebagai Tuhan dan Guru, namun orang Farise melihat seperti itu. Murid yang open minded akhirnya meninggal gaya hidup mereka sebagai penjala ikan menjadi penjala orang . 
Gereja yang bertumbuh adalah gereja yang open minded terhadap ajaran Tuhan. Sehingga gereja yang open minded akan menjadi tempat dinyatakanNya kebenaran Tuhan. Demikian juga kepada keluarga yang terbuka kepada firman Tuhan dan menerimanya akan mendapat kebenaran Tuhan. Bagi yang menutup diri atau tidak perduli kepada firman Tuhan, kepadanya aka tersembunyi kebenaran Tuhan. Tuhan telah membuka diri untuk menerima keberdosaan kita. Oleh karena itu kita juga hendaknya terbuka dan rendah hati menerima kehadiran Tuhan.
Itulah sebabnya Yesus bersyukur kepada Bapa-Nya karena berlaku benar dan adil. Bapa-Nya menyatakan kebenarannya pada orang yang tepat yaitu orang-orang kecil, orang-orang yang mau membuka diri dan menerima kehadiran-Nya. Hanya bagi orang yang demikian, kebenaran dinyatakan dan Injil dapat tumbuh berkembang. Agak sulit bagi orang yang berkuasa untuk masuk sorga (Mat. 19:23). Sebab tinggi hati dan ketertutupan hati cenderung melekat padanya.

Yesus Memberi Kelegaan Bagi Yang Memikul Salib
Kehidupan orang kecil sering dikuasai oleh orang yang berkuasa, orang yang pintar dan bijak. Bahkan orang kecil sering menangis karena penindasan yang mereka terima. Sehingga menjadi letih lesu menanggung penindasan atau beban yang berat. Mereka seakan tidak berdaya menanggungnya. Namun tidak berhenti sampai disitu. Yesus menawarkan kepada mereka tertindas, yang menderita dan orang-orang kecil untuk datang kepada-Nya, karena Ia akan memberikan kelegaan. Sungguh tawaran yang luar biasa.
Harus diakui bahwa setiap orang memiliki beban hidup yang berat. Kondisi ekonomi yang tidak baik, menyebabkan sulitnya memenuhi kebutuhan hidup. Keadaan ini sangat dirasakan oleh orang-orang kecil. Penduduk kota Jakarta lebih banyak dihuni oleh orang miskin. Mereka tinggal di tempat-tempat kumuh. Jiwa dan badan mereka sangat letih untuk mendapatkan hidup yang cukup. Hidup terancam karena kurang mendapat asupan gizi yang cukup. Nyawa diintai oleh penyakit yang tidak dapat disembuhkan karena ketidakmampuan mengakses layanan kesehatan. Masyarakat juga akan mengalami lesu yang berkepanjangan di masa mendatang karena rendahnya kualitas dan kuantitas pendidikan kita saat ini.
Bagaimanakah dampak turunannya? Banyak yang tidak tahan memikul penderitaan itu. Deretan jumlah orang bunuh diri di tanah air terus bertambah, akibat himpitan masalah yang banyak. Penderitaan dan beban berat dapat membuat orang jatuh ke dalam dosa. Lalu bagaimanakah sikap kita bila dalam keadaan letih lesu? Yesus mengundang kita untuk datang kepada-Nya, karena Ia akan memberikan kelegaan.
Yang menarik, justru mengatakan? ”pikullah kuk yang kupasang”. Pengikut Kristus harus memikul kuk itu, bukan justru menghindar atau membuang kuk itu. Yesus menuntut dengan tegas agar seorang hamba setia mengemban kuknya. Bagi orang Yahudi, ”kuk”  adalah simbol ketaatan pada hukum dan hikmat Tuhan. Orang Kristen diminta untuk patuh dan taat menerima kuk itu.  Kita harus belajar kepada Tuhan. Walau dihina, diludahi bahkan mati di kayu salib, Ia tetap setia memikul penderitaan itu. Kenapa bisa? Karena kuk itu enak dan ringan. 
Kuknya enak dan ringan bukan karena sesuatu itu mudah untuk dilakukan atau jalannya aman. Justru sebaliknya, salib adalah menakutkan (Mat. 16:24), berada di tengah serigala (Mat. 10:16). Kuk dari Yesus itu enak dan ringan karena itu adalah jalan Tuhan dan merupakan pendahuluan dari penebusan jiwa manusia.. Bila dilihat pada sapi, kuk itu menjadi beban namun sekaligus penuntun. Jadi salib dan penderitaan itu adalah juga penuntun. Kemudian kuk yang dipasang itu tidak merugikan yang memikulnya. Justru akan membawanya kepada kelegaan. Membawa kelegaan di bumi dan juga di sorga. Undangan dan janji Yesus inilah yang harus kita nyanyikan sebagai nyanyian baru dalam hidup kita. Menyuarakan dengan syukur bahwa Tuhan tidak memberikan kehidupan yang lebih baik, jika tetap setia dalam memikul kuknya. Bukalah hatimu akan kehadiranNya. Amin. 

SELAMAT BERKARYA DI DALAM TUHAN!







Pdt.Tuty Zastini Hutabarat,STh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar