BLOG INI BERSIFAT TERBUKA UNTUK DIKOMENTARI DAN DIKRITISI DEMI KEMAJUAN WAWASAN BERPIKIR, DAN BERTEOLOGI MASA KINI
Kamis, 10 Februari 2011
TIADA KETAATAN TANPA PENGORBANAN (Yesaya 50:4-9)
TIADA KETAATAN TANPA PENGORBANAN
(Yesaya 50:4-9)
Di senja yang teramat dingin, konon ada seorang raja dengan keretanya pulang ke istana dari suatu perjalanan yang penting. Setibanya di gerbang istana raja itu keheranan sebab tidak mendapat sambutan hangat dari sang penjaga pintu gerbang. Biasanya petugas pintu gerbang melakukan sebuah gerakan penghormatan dengan tombak di tangan sambil memperdengarkan suara lantangnya :” Hormat kepada paduka Raja!” Tapi saat itu dengan tubuh yang bersandar pada dinding gerbang agaknya sang penjaga sedang tertidur, maka dengan nada marah baginda raja memerintahkan panglimanya untuk memeriksa petugas yang melalaikan tugas itu. Setelah diamati ternyata penjaga gerbang itu sudah tak bernyawa dengan tubuh yang kaku. Dalam ketaatannya ia bertahan terus melawan udara dingin sampai hembusan nafas yang terakhir. Ia mati dalam tugas, ia rela mengorbankan nyawa bagi rajanya. Mengetahui hal itu maka baginda raja bergegas turun dari kereta, kemudian ia menyuruh panglimanya untuk melepas topi sang penjaga dan diganti mahkota milik raja, sambil katanya:” Dia patut mendapat penghormatan ini karena ketaatan dan pengorbanannya!” Walau hanya sejenak, namun tak pernah ada rakyat sedemikian rendah derajatnya beroleh penghormatan yang sedemikian tingginya!
Tuhan Raja sorgawi yang mulia juga sering menunjukkan penghargaanNya kepada orang-orang sederhana, seperti dalam Yesaya 50 tadi. Di sini tampil satu pribadi yang sangat menarik sebab walaupun hidupnya sederhana bahkan menderita, namun juga kuat, tabah , taat, rela berkorban dan memiliki hubungan yang sangat akrab dengan Tuhan! Mengenai dia, dalam Alkitab diberi judul Ketaatan hamba Tuhan.Coba kita tinjau sepintas keistimewaannya: Dia merasa sudah diberi oleh Tuhan lidah seorang murid supaya dapat memberi semangat baru kepada yang letih lesu. Sebagaimana Tuhan yang menjadi gurunya, maka hamba itu dengan perkataannya telah menghibur sesamanya, memberi dorongan serta pengharapan kepada yang berputus asa. Setiap hari ia juga terlatih untuk mendengar dengan penuh pemahaman, sampai hanya melaksanakan kehendak guru dan Tuhannya tanpa memberontak. Kesediaannya melayani orang lain sedemikian besar sampai ia rela dipukuli punggungnya, disakiti pipinya dan diludahi wajahnya. Saudara, sampai di sini kita lalu ingat kepada Yesus Kristus. Bukankah nasib hamba Tuhan tadi begitu miripnya dengan Yesus Kristus? Kalau begitu pribadi dalam Yesaya 50 ini adalah nubuat dan menggambarkan Kristus, sebab Kristus juga melakukan tiga langkah yang penting dalam hidupNya: Pertama , Dengan lidahNya menyampaikan firman Tuhan dan berbagai pelajaran, kotbah , teguran, penghiburan serta memberi dorongan kepada yang letih lesu dan berputus asa. Kedua, Dengan telingaNya yang tajam dan terlatih selalu siap mendengar keluhan, permohonan, penuh pemahaman serta kepedulian kepada semua lapisan masyarakat. Ketiga, Dalam sikap taat kepada Bapa , dengan konsistensi yang tinggi, rela mengorbankan jiwa raga serta kemuliaanNya demi kasihNya kepada umat manusia yang berdosa.
Pelayanan Yesus Kristus di sepanjang hidupNya ditandai dengan tiga hal tadi, begitu jelas, begitu kongkrit, dan semakin memuncak! Apa yang kita baca dalam injil Markus tadi menunjukkan betapa Kristus berada di dalam keseriusan, kondisi yang menegangkan, pergumulan yang berat, ancaman yang membahayakan jiwa karena serangan dari luar dan dalam, akhirnya pembantaian dan penguburanNya! Kita bisa mengatakan bahwa semua itu memang sudah merupakan misi dan tujuanNya ketika datang ke dalam dunia ini. Tapi jangan lupa bahwa itu dilihat hanya dari sisi illahiNya saja, bagaimana jika ditinjau dari sisi manusiawiNya? Untuk menyelamatkan dunia rencana Allah memang indah, tapi bagaimana dalam pelaksanaannya? Bukan lagi rencana yang indah dan manis tapi mengerikan dan pahit! Pengorbanan Kristus harus kita hayati sebagai suatu kesungguhan dan bukan hanya formalitas apalagi sekedar sandiwara. Maha tahuNya akan semakin membuat hatiNya perih, sebab mampu mengetahui segala rencana jahat orang-orang yang memusuhiNya. Maha kuasaNya yang harus diredam justeru semakin menyakitkan, sebab sebenarnya tidak ada kesulitan untuk membela diri. Maha suciNya bikin hati semakin merasa jijik, sebab dikepung oleh orang-orang munafik yang membenciNya. Maha adilNya berpotensi memancing keinginan dalam diriNya untuk tidak terima dan memberontak. Maha kasihNya menghasilkan pengorbanan dalam ketaatan yang mengagumkan!
Dalam Markus 14 tadi kita dapat mengikuti pergumulan Tuhan Yesus Kristus di taman Getsemani. Di sini kita dapat menyaksikan ketaatan dan pengorbanan Kristus, yang membuat kita semakin menghargai dan mengagumi pribadiNya. Sekilas pandang sikap Tuhan Yesus sangat memalukan, sebab pada waktu itu Dia begitu takut dan gentar serta hatiNya sangat sedih. Belum lagi kemudian Ia minta supaya saat yang kelam itu bisa lalu dari padaNya, dan minta agar cawan (kematianNya) diambil oleh Bapa. Tapi doaNya diakhiri dengan kata “Tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.” Dan hal ini bukan sekedar basa-basi rohani. Dalam semua doa serta sikap Tuhan Yesus tak ada secuil pun yang hanya basa-basi. Kita selaku pengikut Kristus tidak perlu merasa malu, dan jangan sekali-kali mencela sikap Tuhan Yesus! Malah seharusnya kita merasa bangga bahwa wakil kita berterus terang dan taat. Jika Kristus Yesus tampak begitu ketakutan, maka hal itu justeru menunjukkan bahwa maut yang dihadapiNya bukanlah sembarang maut. Tapi itulah mautnya seluruh umat manusia, dan merupakan hukuman Allah, bukan maut sebagai jembatan untuk masuk ke sorga. Juga murka Allah sebagai hukuman kekal yang dahsyat, harus ditanggung oleh Yesus seorang diri. Hukuman yang kekal itu bakal dipadatkan untuk dapat ditanggungNya dalam waktu yang terbatas. Di sini kita dapat melihat pentingnya Juru Selamat kita itu bersifat illahi yang kekal, supaya dengan kaliber illahiNya yang kekal, mampu menanggung hukuman yang kekal pula. Lihatlah Saudara, dalam kejujuranNya Ia berterus terang bahwa pada dasarnya tidak menyukai bahkan takut menghadapi semua itu, tapi dalam ketaatanNya Ia menyerahkan diriNya kepada Bapa!
Apa yang kita baca dalam Filipi 2 tadi? Seorang manusia yang taat demi Tuhan, dan Tuhan yang taat demi manusia. Manusia sejati dan Tuhan sejati yang telah memberikan teladan ketaatan dalam kerelaan dan kesadaranNya yang tinggi! Kita disuguhi pelajaran kasih yang luar biasa, kasih yang mampu membungkus segala dosa pelanggaran kita! Kasih yang lebih besar dari hidupNya sendiri! Kasih yang mampu menyangkal dan mengorbankan identitas illahi sebagai milikNya yang paling mulia itu, untuk ditukarkan dengan identitas seorang hamba. Seorang hamba yang taat kepada TuanNya yang adalah BapaNya sendiri.Hal ini amat asing bagi Yesus dan semakin menyakitkan hatiNya sebab selama ini dengan Bapa Ia memiliki keakraban yang hebat! Namun demikian Ia tetap taat, Dia tetap percaya kepada BapaNya. Jadi, ketaatan Yesus Kristus juga berdasarkan kepercayaan kepada BapaNya. Percaya bahwa Bapa merupakan instansi tertinggi.
Konon, di Perancis ada orang bernama Leonard Wood. Ketika suatu hari ia diundang makan siang di istana oleh Baginda Raja, dia tidak memberi tanggapan (jawaban) tapi langsung saja hadir memenuhi undangan raja. Dengan demikian dia mendapat teguran dari Baginda Raja. Jawaban Leonard Wood sangat menarik, yaitu:”Undangan Raja tak perlu dijawab, tapi harus ditaati!” Saudara, terhadap seorang raja saja kita harus punya sikap taat seperti itu, terlebih lagi terhadap Tuhan ! Di sini ada satu teguran yang patut kita renungkan secara pribadi:
Kau sebut Aku Tuhan, tapi tidak menurut perintahKu
Kau sebut Aku Terang, tapi tidak mendekati Aku
Kau sebut Aku Jalan, tapi tidak melewati Aku
Kau sebut Aku hidup, tapi tidak menginginkan Aku
Kau sebut Aku bijaksana, tapi tidak meneladan Aku
Kau sebut Aku berterus terang, tapi tidak mempercayai Aku
Kau sebut Aku kaya, tapi tidak minta kepadaKu
Kau sebut Aku kekal, tapi tidak mencari Aku
Kau sebut Aku lemah lembut, tapi tidak mengasihi Aku
Kau sebut Aku mulia, tapi tidak melayani Aku
Kau sebut Aku maha kuasa, tapi tidak menghormati Aku
Kau sebut Aku adil, tapi tidak takut kepadaKu
Jika Aku menghukum engkau, jangan salahkan Aku!
Mazmur 31:15 yang telah kita baca tadi sangat elok: Tetapi aku, kepadaMu aku percaya ya Tuhan, aku berkata:”Engkaulah Allahku!”
Di sini kita diajak oleh Pemazmur untuk percaya kepada Tuhan dengan hati dan lidah kita. Dalam Roma 10:9 kita juga membaca “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.”
Dalam Mazmur 31:15 ini kita juga diingatkan bahwa percaya secara pribadi merupakan awal yang tak dapat ditawar-tawar.Dari situ juga tak dapat ditawar-tawar untuk mewujud- nyatakan iman kita kepada dunia sekitar kita.
Lihatlah Mazmur 31:15 ini, kita diajak untuk mengarahkan mata hati kepada pribadi Tuhan dalam kegiatan iman kita. Mengagumi pribadiNya, sebagai Tuhan, sebagai Allah. Kita jadikan Dia kekasih jiwa kita .Merupakan kebahagiaan yang sangat memuaskan hati manakala jiwa kita dapat bertautan dengan pribadi yang kita sembah itu. Jika memiliki dasar iman seperti ini maka yang kita utamakan dalam pengabdian kita lalu bukanlah segala pemberian Tuhan, bahkan bukan sorga yang kita dambakan, tetapi Tuhan! Sebab kita merasa bahagia bahwa dalam hidup ini telah jumpa yang pantas kita perTuhan itu. Kalau sudah begitu maka setiap anak Tuhan akan memiliki sikap taat dan kesediaan berkorban yang besar!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar