esempatan yang sering menghampiri hidup seseorang sering dengan tidak sadar dilewati dengan hal yang sia-sia. Akhirnya kesempatan yang datang menjadi sebuah penyesalan yang sangat menyedihkan. Sesungguhnya, kesempatan itu adalah ruang/waktu yang memberikan tempat bagi seseorang untuk lebih memperbaiki sesuatu yang kedua kalinya, tetapi tentunya disertai syarat yaitu kesalahan yangsama tidak akan terulang kembali. Peneyesalan yang datang ketika hilangnya kesempatan membuat seseorang merinduykan, mengenang kembali akan kesempatan yang pernah datang dalam hidupnya. Sungguh penyesalan sebuah kondisi yang mengajak kembali seseorang merindukan waktu/masa-masa yang sudah berlalu dengan sia-sia.
Demikian halnya yang menjadi situasi ketika surat Ibrani ini ditulis. Orang Kristen asal Yahudi merasa menyesal karena hilangnya kesempatan dan dengan rindu terkenang pada zaman bangsa Israel dulu, dimana bangsa itu benar-benar merasakan tuntunan dan kehadiran Allah dalam perjalanan bangsa Israel. Allah benar-benar nyata berada ditengah-tengah mereka dan kemah-Nya didirikan dikediaman mereka. Orang Kristen asal Yahudi merasa lemah, dan mundur dari imannya yang semula. Oleh sebab itulah, surat ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen asal Yahudi, agar mereka bangkit kembali dari aniaya-aniaya yang mengancam mereka (12:5), agar iman mereka tidak menjadi mundur, kehidupan mereka pun tidak layu dan lemas.
Penulis Surat Ibrani berusaha semaksimal mungkin mengadakan perenungan yang disertai konsekuensi akan kehadiran Yesus Kristus ditengah-tengah kehidupan mereka. Dalam perikop nas renungan kali ini, dipaparkan pembuktian keunggulan Yesus yang unik. Ini merupakan tekanan sekaligus nasehat sehingga pernyataan ini menimbulkan penekanan konsekuensi yang tidak dapat dielakkan dari keunikan yang unik itu. Keunikan ini diikuti dengan pengakuan bahwa Yesus jauh lebih baik dari pada semuanya. Dia jauh melebihi Imam Besar di Perjanjian Lama (mis. Musa). Bukan saja yang lebih besar dari Musa, tetapi kedudukannya pun jauh lebih tinggi pula dari Imam-imam besar di Perjanjian Lama (4:14). Yesus bukanlah terangkat menjadi Imam besar karena keturunan, tetapi karena dipanggil langsung oleh Allah. Dia sudah menggenapi pengorbanannya, telah masuk kedalam kemah yang sempurna, yaitu sorga. Karena Yesus adalah Anak Allah dan Dia juga Allah (ingat Trinitatis)
Masa-masa yang dialami oleh orang-orang Kristen asal Ibrani tersebut, dimana penyesalan dan kemunduran dari iman yang terjadi ditengah-tengah kehidupan mereka, sering juga terjadi didalam kehidupan kita, terlebih pada masa-masa saat ini. Banyak hal-hal yang mengingatkan kita akan kehadiran yesus yang sering tanpa sadar kita sia-siakan.
Untuk itu, seruan ini memiliki peringatan penting yang menjadi jawaban pribadi kita atas pertanyaan yang diajukan oleh nas renungan yang hadir ditengah-tengah kita saat ini. Uraian penting tersebut ialah:
1. Allah menawarkan sesuatu kepada kita
Banyak berkat-berkat melimpah yang tersedia yang ditawarkan Allah melalui kehadiran Yesus Kristus ditengah-tengah kehidupan kita. Sama seperti ia menawarkan berkat kepada bangsa Israel yaitu Tanah Perjanjian. Demikianlah juga Allah menawarkan kepada semua orang berkat-berkat kehidupan yang jauh melebihi kehidupan tanpa Dia. Sebab tidak satupun manusia yang berjalan tanpa tuntunan tangan Allah. Adapun yang mengatakan “tidak” manusia itu sendirilah yang mengingkarinya, yang menghianati dirinya sndiri.
2. Untuk mendapatkan berkat-berkat Allah itu ada dua hal yang diperlukan
Pertama, diperlukan percaya: “percaya” dapat diartikan “yakin” atau “mengakui” (to Confess) bahwa sesuatu itu memang benar atau nyata. Keunikan dan kedahsyatan yang hadir melalui Yesus, dapat benar-benar menjadi pengangan dalam hidup kita yang menjadi iman percaya kita. Sebab segala sesuatunya telah kita rasakan. Sehingga dengan begitu, kita harus percaya bahwa apa yang disabdakan Allah itu benar. Perjalanan Iman percaya kita, terkadang mengalami masa-masa yang sulit. Itu tergambar melalui hubungan kita dengan Allah dimana terkadang kita sulit mempercayai bahwa karunia Allah lah yang mengantarkan kita pada kehidupan saat ini dan yang akan terus menerus, bahkan selamanya mengiringi dan menghiasi serta menyelamatkan kita dalam berbagai situasi hidup, sampai pada kehidupan yang kekal. Hal ini diteguhkan oleh perkataan bernas Roy Lessin seorang tokoh agama : “anda disini bukan secara kebetulan, melainkan karena rencana dan pilihan Allah (Inisiatif of God). tangan-Nya membentuk anda dan menciptakan anda sebagai pribadi sebagaimana anda ada. Anda berada disini dalam perjalanan sejarah yang ada ditangan-Nya untuk mewujudkan rencananya kepada generasi sekarang”
Kedua, diperlukan ketaatan: “taat” atau “setia” berarti senantiasa menurut, ketatan diartikan pepatuhan/kesetiaan/kesalehan. Saat kita membuktikan kesetiaan kita kepada Allah maka segala sesuatu mudah dilalui dan indah pada waktunya. Disetiap bidang kehidupan keberhasilan itu tergantung pada ketaatan kepada perintah ahlinya yaitu Allah adalah ahli dalam biddang kehidupan, dan kebahagiaan sejati tergantung pada ketaatan kepada-Nya (kebahagiaan di tangan Allah).
3. Tawaran Allah ada batasnya
Batas itu adalah batas waktu hidup manusia, kita tidak tahu kapan batas itu akan kita capai. Kita tidak ikut merencanakan kehadiran kita di dunia ini. Kita juga tidak ikut merencanakan adanya hari ini dan tahun ini. Kenyataan ini seharusnya membuat kita sadar diri, kita hidup dan berada oleh dan didalam pencipta kita. Ia adalah Bapa kita. Bapa dimana tempat anaknya untuk menyesuaikan diri. Dalam hal ini kita dapat dengan mudah memahami mengapa Yesus berfirman “tinggallah di dalam Aku dan Aku didalam kamu” (Yoh. 10:15). Kita menyesuaikan diri dengan Tuhan supaya kita dapat berbuah. Buah yang baik. Ini suatu tawaran yang berharga bagi kita manusia berdosa. Dosa yang menjatuhkan kita tidak lagi menjadi penghalang untuk kembali berdiri dengan hadirnya tawaran ini. Hal ini dikuatkan pula dengan hadirnya Yesus Kristus dalam kehidupan orang percaya. Kita dilibatkan Tuhan untuk memungkinkan sesuatu yang baik dan benar terjadi. Tuhan juga menghendaki kita terlibat dalam pekerjaan-Nya agar tidak terjadi yang Ia tidak kehendaki, ketidakadilan, permusuhan, peperangan, kehancuran, alam ciptaan-Nya dan sebagainya. Tuhan bisa melakukan segala sesuatu. Sebab itu tawaran Tuhan Allah harus kita terima sekarang, disini dan sampai selama-lamanya; kepercayaan dan ketaatan itu harus kita berikan sekarang, karena kita tidak dapat memastikan apakah masih ada hari esok untuk kita. Mari memaknai hari kita untuk kemuliaan Tuhan.
Berjaga-jagalah dunia ini akan semakin gemar mempromosikan diri sebagai pengganti Allah (bd. Hedonisme; Materialisme; dan Konsumerisme). Semuanya akan semakin mengiring kita untuk hanya memikirkan diri sendiri (egois), bagaimana supaya lebih keren (Trendy), lebih ganteng, lebih sukses, lebih sempurna dengan bayaran tenaga, waktu, uang yang tidak habis-habisnya. Godaan terbesar dalam zaman ini adalah keinginan untuk meng-upgrade “status” dimata orang, bukan meng-upgrade Iman dan kesetiaan kepada Tuhan. Disinilah kita kehilangan jati diri sebagaimana dirancang dan dianugerahkan Tuhan. Inilah tawaran yang utama. Tetapi tawaran itu hanya diperuntukan bagi kepercayaan dan ketaatan yang penuh dan teguh. Bergabunglah dengan teman seiman saling memotivasi agar lebih percaya diri (“pd”) bersama Yesus. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar