Mengapakah Abraham disebut sebagai bapa orang
beriman? Jikalau kita perhatikan maka ada banyak hal yang Abraham lakukan yang
justru menunjukkan bahwa ia tidak beriman, di mana Kej. 12 merupakan salah satunya.
Tetapi Alkitab tetap menyebutnya sebagai bapa orang beriman. Abraham sama
seperti kita yang juga memiliki pergumulan-pergumulan iman. Kej 12 menjadi
titik berengkat pasti yang merupakan langkah pertama Abraham setelah ia mendapatkan
janji Allah. Abraham mendapatkan janji Tuhan di saat ia berusia 75, tahun, ay.
1; dan janji itu baru digenapi setelah ia berusia 100 tahun lebih. Jangka waktu
yang panjang ini memperlihatkan bahwa Abraham memang patut diberi label sebagai
bapa orang beriman, walaupun di dalam jangka waktu ini terdapat banyak jatuh
bangun di dalam perjalanan imannya, termasuk ketika ia berdusta dua kali
tentang status isterinya. Apa yang kita pelajari tentang Abraham merupakan
pelajaran pertama juga bagi Abraham tentang bagaimana hidup di dalam pergumulan
iman. Tuhan berkata bahwa Abraham akan diberkati dan selanjutnya ia mendirikan mezbah
bagi Tuhan di antara Betel dan Ai. Setelah semuanya ini maka ia berangkat ke
tanah Negeb. Ini merupakan suatu catatan yang penting sekali.
Dikatakan bahwa setelah itu kelaparan timbul dan
Abraham mengungsi ke Mesir. Bukankah ini merupakan hal yang wajar dilakukan
oleh seorang kepala rumah tangga karena ia tidak mau keluarganya menjadi
kelaparan? Karena ia tahu bahwa di Mesir pasti ada kelimpahan maka bukankah
tidak salah jikalau ia kemudian pindah ke sana? Kita berpikir Abraham tidak
salah namun masalahnya tidak terletak pada hal kelaparannya. Masalahnya adalah di
saat ia menyuruh Sarai untuk mengaku sebagai adiknya dan bukannya sebagai
isterinya. Di sini kita melihat bahwa alasan utamanya adalah karena ia takut
kehilangan isterinya yang berarti ia akan pula kehilangan keturunan yang
dijanjikan. Pergumulan iman Abraham mulai muncul di sini. Abraham mulai
mengalami fakta yang riil di depan dan kemudian mulai berkompromi dengan apa
yang Tuhan tidak inginkan. Orang-orang yang melihat rombongan Abraham masuk
berdecak kagum di saat melihat kecantikan Sarai. Punggawa-punggawa Firaun
kemudian melaporkan kepada Firaun tentang kecantikan perempuan yang berusia 65
tahun ini dan Firaun langsung mengambil Sarai sebagai isterinya. Ketika Firaun
sudah memutuskan untuk mengambil Sarai maka Tuhan langsung campur tangan dan memporak-porandakan
rencana Firaun. Tuhan tidak mengijinkan Firaun mengambil Sarai walaupun ia berusaha
setengah mati untuk mengambilnya. Akhirnya Tuhan menimpakan tulah yang hebat
bagi Firaun. Semua ini seharusnya telah menjadi tanda bagi Abraham akan betapa
ia tidak mempercayai Tuhan. Boleh saja kita berpikir bahwa kegagalan ini
mungkin merupakan hal yang wajar karena ini merupakan langkah pertama Abraham
di dalam memasuki pergumulan iman karena jikalau kita melihat latar belakang
Abraham maka ia tidaklah berasal dari keluarga yang telah percaya, tetapi dari
keluarga yang menyembah berhala. Bahkan Alkitab mengatakan bahwa Terah adalah
penyembah berhala. Dengan latar belakang keluarga semacam ini, tentulah pola
ibadah Abraham juga merupakan pola ibadah penyembahan berhala, hingga kemudian
Tuhan menyatakan diri kepadanya. Tetapi Abraham ternyata tidak dapat begitu
saja berubah. Apa yang Abraham lakukan tidak mencerminkan bahwa Abraham percaya
kepada Allah yang berkata akan memberkati dia. Mungkin ia berpikir bahwa Allah tidak
jauh berbeda dengan apa yang disembah oleh Terah. Ini merupakan dinamika iman
yang muncul, yang membuat Abraham berkali-kali membuat jalan pintas.
DASAR
PEMAHAMAN DAN PENJELASANNYA
Janji-janji kepada Abraham memiliki dua tema dasar, yaitu: Hal-hal
mengenai keturunan Abraham (keturunan yang istimewa), dan Hal-hal mengenai
tanah yang dijanjikan kepada Abraham. Tetapi yang akan dijelaskan pada
penjelasan Epistel Bacaan minggu ini adalah bagian pertama. Sebenarnya janji-janji
ini telah dikomentari dalam Perjanjian Baru, dan dengan kebijaksanaan yang kita
miliki, marilah kita perhatikan bagaimana Alkitab menjelaskan hal tersebut.
Kita akan menggabungkan pengajaran dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
untuk mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai perjanjian yang dibuat kepada
Abraham.
Abraham berasal dari Ur, suatu kota yang makmur, yang
sekarang ini adalah Irak. Ilmu purbakala modern menunjukkan bahwa tingkat
peradaban yang tinggi telah dicapai pada jaman Abraham. Ada sistem perbankan,
fasilitas umum dan prasarananya. Abraham tinggal di kota ini, dialah yang akan
kita ketahui selanjutnya, disebut sebagai Bapa segala bangsa. Kemudian suatu
panggilan yang luar biasa datang dari Allah kepadanya untuk meninggalkan
kehidupan duniawi tersebut, dan memulai perjalanan menuju tanah perjanjian.
Lokasinya sama sekali tidak dijelaskan. Banyak orang mengetahui bahwa
perjalanan itu menempuh jarak 1.500 mil. Tanah itu adalah Kanaan, Israel
modern.
Adakalanya Allah menampakkan diri kepada Abraham, dan
mengulangi janjiNya dengan lebih terperinci. Janji-janji tersebut adalah dasar
dari Injil Kristus. Karenanya, sebagaimana Abraham mendapat panggilan dari
Allah, begitu juga yang dialami oleh orang-orang Kristen yang benar pada saat
ini. Yaitu untuk meninggalkan hal-hal yang bersifat sementara dalam hidup ini,
dan hidup dalam iman, sehubungan dengan janji-janji Allah, hidup dalam
firmanNya. Kita dapat membayangkan bagaimana Abraham mempertimbangkan
janji-janji tersebut selama perjalanannya. “Karena iman Abraham taat, ketika ia
dipanggil untuk berangkat (dari Ur) ke negeri (Kanaan) yang akan diterimanya
menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang
ia tujui”, Ibr. 11:8. Sebagaimana Janji-janji Allah diberikan pada waktu
pertama kali diberikan, demikian juga yang kita alami. Walaupun kita tidak tahu
dengan pasti, seperti apakah Kerajaan Allah itu, tapi dengan iman kepada firman
Allah, akan membuat kita berhasrat untuk mematuhinya.
Abraham bukanlah seorang pengembara yang
berkeliling-keliling karena tidak ada hal yang lebih baik untuk dikerjakan,
lalu memilih untuk menerima penggenapan janji-janji ini. Secara umu, latar
belakangnya tidak berbeda jauh dengan kita. Hal yang rumit ialah,
keputusan-keputusan yang menyebabkan hal-hal yang menyedihkan yang harus ia
hadapi, serupa dengan yang mungkin harus kita hadapi pada saat ini sebagai
konsekuensi dari menerima dan melaksanakan apapun sehubungan dengan janji-janji
Allah; dicemooh oleh rekan bisnis, diejek oleh orang-orang di sekitar kita,
dll. Hal-hal seperti ini mungkin dialami oleh Abraham. Hal yang memotivasinya
dalam menghadapi semua ini pasti sangat luar biasa. Dan satu-satunya hal yang
tersedia sebagai motivasi dalam menempuh perjalanannya yang panjang dan memakan
waktu bertahun-tahun adalah, hanya sekedar kata-kata dari janji tersebut. Dia
harus mengingat dan merenungkannya setiap hari untuk mengetahui maksud yang
sebenarnya dari janji yang telah diberikan kepadanya.
Dengan memperlihatkan iman yang sama, dan melakukannya. Kita
akan mendapat kehormatan seperti yang diterima Abraham; disebut sebagai yang
dikasihi Allah, Yes. 41:8, memperoleh pengetahuan dari Allah, Kej. 18:17, dan
pasti akan mendapatkan kehidupan abadi dalam Kerajaan Allah. Sekali lagi
menegaskan bahwa Injil Kristus didasari oleh janji-janji kepada Abraham. Supaya
kita dapat percaya dengan sungguh-sungguh pada ajaran Kristen, kita harus
mengetahui dengan pasti tentang janji-janji kepada Abraham. Tanpa melaklukan
hal demikian, maka iman yang kita miliki bukanlah iman. Karena itu, kita harus
membaca berulang kali dialog antara Allah dan Abraham dengan cermat.
Janji atas keturunannya melalui
Sarai merupakan penantian dan jawaban iman yang pasti bagiNya sehingga ia
menjadi Bapa orang beriman dan juga menjadi Bapa sejumlah besar bangsa-bangsa,
ay. 5-6. Penggenapan janji tentang keturunan
tersebut sangat tepat ditujukan kepada Yesus, dan yang kedua kepada mereka yang
berada ”di dalam Kristus”, yang juga diperhitungkan sebagai keturunan
Abraham;”Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati
engkau...dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat”, Kej. 12:2,3.
”Sebab seluruh negeri yang kau lihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada
keturunanmu untuk selama-lamanya dan Aku akan menjadikan keturunanmu seperti
debu tanah banyaknya, sehingga jika seandainya ada yang dapat menghitung debu
tanah, keturunanmupun akan dapat dihitung juga”, Kej. 13:15,16. ”Coba lihat ke
langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat
menghitungnya...Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu...Kepada keturunanmulah
Kuberikan negeri ini”, Kej. 15:5,18. ”Kepadamu dan kepada keturunanmu akan
Kuberikan negeri ini yang kau diami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah
Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya, dan Aku akan
menjadi Allah mereka”, Kej. 17:8. ”Maka Aku akan memberkati engkau
berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di
langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki
kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat
berkat, karena engkau mendengarkan firmanKu”,Kej. 22:17,18.
PEMAHAMAN DAN PENGEMBANGAN BERPIKIR
Pemahaman Abraham mengenai ”keturunan” semakin diperjelas; Pertama
dia hanya diberitahu bahwa suatu waktu ia akan memiliki keturunan dalam jumlah
yang luar biasa, dan melalui ”keturunannya” seluruh bumi akan diberkati. Kemudian
dia diberitahu bahwa dia akan memiliki keturunan yang akan mengikutsertakan
banyak orang. Orang-orang inilah yang akan menghabiskan kehidupan abadi mereka
bersama dia di tanah yang telah dia tempati, yaitu Kanaan. Dia diberitahu bahwa
keturunannya akan menjadi banyak seperti bintang-bintang di langit. Mungkin hal
ini diartikan oleh Abraham sebagai kerturunan dalam arti rohani,
(bintang-bintang di langit) dan sebanyak (debu tanah di bumi). Janji-janji
tersebut harus digarisbawahi dan ditambahkan sebagai jaminan bahwa orang-orang
yang akan menjadi bagian dari keturunan itu dapat memilki hubungan pribadi
dengan Allah, seperti Abraham.
Keturunan itu akan menang melawan musuh-musuhnya. Keturunannya
itu akan membawa ”berkat” bagi banyak orang di bumi. Di dalam Alkitab,
pemberkatan seringkali dihubungkan dengan pengampunan dosa. Dari segala berkat,
inilah berkat yang terbesar dari Allah yang maha pengasih, yang paling
didambakan. Karena inilah maka tetulis hal-hal seperti berikut ini,
”Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya”, Mzm. 32:1; ”cawan
pengucapan syukur”, I Kor. 10:16, yang mengartikan darah Kristus, yang
melaluinya pengampunan diberikan. Satu-satunya keturunan Abraham yang membawa
pengampunan bagi dosa-dosa dunia adalah Yesus. Perjanjian Baru, sewaktu
mengomentari tentang janji-janji kepada Abraham, mendukung hal ini; ”Tidak
dikatakan ”kepada keturunan-keturunannya” (dalam bentuk jamak) seolah-olah
dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: ”dan kepada keturunanmu” (dalam
bentuk tunggal), yaitu Yesus Kristus”, Gal. 3:16. ”...perjanjian yang telah
diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada
Abraham:”Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati. Dan bagi
kamulah pertama-tama Allah membangkitkan hambanya (keturunan perempuan itu) dan
mengutusnya kepada kamu, supaya ia memberkati kamu dengan memimpin kamu
masing-masing kembali dari segala kejahatanmu”, Kis. 3:25,26. Catatan yang
Alkitab berikan penjelasannya, bagaimana cara Petrus mengutip dan menafsirkan
Kejadian 22:18. Keturunan sama dengan Yesus dan Berkat sama dengan Pengampunan
dosa. Janji bahwa Yesus, keturunan itu, akan mengalahkan
musuh-musuhnya, semakin jelas dipahami jika hal ini direferensikan dengan
kemenanganNya atas dosa, musuh terbesar dari umat Allah dan juga Yesus. Sekarang
jelaslah sudah, bahwa elemen-elemen dasar dari Injil Kristen telah dipahami
oleh Abraham. Tapi, janji-janji yang penting ini hanyalah diberikan kepada
Abraham dan keturunannya, Yesus. Bagaimana dengan yang lain? Bahkan orang-orang
yang berasal dari garis keturunan Abraham tidak otomatis menjadi bagian dari
keturunannya, Yoh. 8:39; Rm. 9:7. Bagaimanapun juga, kita harus menjalin
hubungan yang akrab dengan Yesus, sehingga janji-janji kepada keturunan
tersebut juga dibagi bersama kita, yaitu dengan cara dibaptis di dalam nama
Yesus (Rm. 6:3-5). Kita sering membaca tentang pembaptisan di dalam namanya
(Kis. 2:38; 8:16; 10:48; 19:5). Galatia 3:27-29 menjelaskan tentang hal ini; ”Karena
kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini
tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani (bangsa lain), tidak ada hamba atau
orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah
satu di dalam Kristus (melalui pembaptisan). Dan jika kamu adalah milik
Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji
Allah”
Janji untuk hidup abadi di bumi dengan menerima ”berkat”
pengampunan melalui Yesus. Dengan dibaptis di dalam Kristus, keturunan itu,
maka kita dapat berbagi janji-janji yang dibuat untuknya. Karena itu Roma 8:17
menyebut kita ”ahli waris bersama Kristus.” Ingat, berkat tersebut diberikan
kepada orang-orang disegala penjuru bumi, melalui keturunan itu. Dan kleturunan
itu akan menjadi suatu kelompok yang terdiri dari orang-orang yang berasal dari
segala penjuru bumi, seperti pasir di tepi laut dan seperti bintang-bintang di
langit. Selanjutnya mereka berhak untuk menerima berkat yang pertama sehingga
mereka dapat menjadi bagian dari keturunan tersebut. Dan keturunan (dalam
bentuk tunggal) itu, ”kepadanya akan sujud menyembah semua orang” (banyak orang
Mzm. 22:30).
Kita dapat meringkaskan dua bagian dari janji-janji yang
diberikan kepada Abraham;
1.Tanah
Abraham dan keturunannya, Yesus, dan mereka yang berada di
dalamnya, akan menerima warisan Tanah Kanaan, yang kemudian akan diperluas ke
segala penjuru bumi. Dan mereka akan tinggal disana selamanya. Pada saat ini
mereka belum menerima janji itu, tetapi mereka pasti akan menerimanya pada saat
terakhir ketika Yesus datang kembali.
2.Keturunan
Hal ini terutama menunjuk kepada Yesus. Melalui dia,
dosa-dosa (musuh) dari umat manusia akan dikalahkan, sehingga berkat
pengampunan akan tersedia bagi semua orang. Dengan dibaptis di dalam nama
Yesus, kita akan menjadi bagian dari keturunan Abraham.
Kedua hal yang berurutan ini terdapat pada ajaran Perjanjian
Baru, dan, tidak mengejutkan, jika seringkali dicatat bahwa orang-orang yang
telah mendengarkan ajaran tersebut, lalu dibaptis. Ini adalah satu-satunya
jalan agar kita dapat menerima janji-janji tersebut. Sekarang kita dapat
mengerti, mengapa sebagai manusia lama yang dihadapkan pada kematian, Paulus
dapat menjelaskan bahwa harapannya adalah ”Pengharapan Israel”, Kis. 28:20.
Harapan orang Kristen sejati adalah harapan orang-orang Yahudi yang mula-mula.
Kristus mengomentari hal ini dengan berkata, ”keselamatan datang dari bangsa
Yahudi”, Yoh. 4:22, dan hal ini juga menegaskan betapa pentingnya untuk menjadi
orang Yahudi secara rohani, sehingga kita, melalui Kristus, dapat menerima
janji-janji keselamatan yang diberikan kepada nenek moyang bangsa Yahudi.
Seperti yang kita ketahui, bahwa orang kristen yang
mula-mula diajarkan:
1.”Hal-hal yang menyangkut tentang
Kerajaan Allah, dan
2.Nama Yesus Kristus” (Kis. 8:12)
Kedua hal ini dijelaskan kepada Abraham dengan tema yang
agak sedikit berbeda;
1.Janji tentang Tanah Perjanjian, dan
2.Janji tentang Keturunannya
Suatu catatan; ”hal-hal tersebut” (dalam bentuk jamak)
tentang Kerajaan dan Yesus, diringkaskan di dalam ”pemberitaan tentang
Kristus”, Kis. 8:5 bandingkan ayat 12. Banyak orang sering mengartikan hal ini
dengan; ”Yesus mengasihi engkau! Hanya dengan mengakui bahwa Dia mati untuk
engkau, maka engkau akan diselamatkan!” Padahal, kata ”Kristus”
dengan jelas sekali mengartikan ringkasan dari sejumlah pengajaran tentang
hal-hal yang berkenaan dengan Dia dan Kerajaan yang akan datang. Kabar baik
tentang Kerajaan yang diberitakan kepada Abraham mempunyai peran penting dalam
Pemberitaan Injil yang mula-mula.
Sewaktu berada di Korintus, Paulus selama tiga bulan
menerangkan dan meyakinkan hal-hal yang berkenaan dengan Kerajaan Allah, Kis.
19:8; kemudian di Efesus dia berkeliling ”memberitakan Kerajaan Allah”, Kis.
20:5, begitu juga dalam pernyataan terakhirnya di Roma, ”Ia menerangkan dan
memberi kesaksian kepada mereka tentang Kerajaan Allah; dan berdasarkan Hukum
Musa dan Kitab para Nabi Ia berusaha meyakinkan mereka tentang Yesus”, Kis.
28:23,31. Ada banyak sekali yang harus dijelaskan untuk menunjukkan dasar dari
Injil tentang Kerajaan dan Yesus, daripada hanya sekedar mengatakan ”Percaya
kepada Yesus.” Bahkan wahyu Allah kepada Abraham tidak sesingkat itu, tetapi
dijelaskan dengan terperinci. Dan hal-hal yang dijanjikan kepadanya adalah
dasar dari Injil Kristen yang benar.
Kami telah menjelaskan bahwa pembaptisan di dalam Yesus akan
membuat kita menjadi bagian dari keturunan tersebut, dan juga memungkinkan kita
untuk mewarisi janji-janji tersebut, Gal. 3:27-29 tetapi, hanya dengan
pembaptisan belumlah cukup agar kita memperoleh janji-janji keselamatan itu.
Kita harus tetap berada di dalam keturunan itu, yaitu Yesus, jika kita ingin
menerima janji-janji yang diberikan kepada keturunan itu. Oleh karena itu
pembaptisan hanyalah permulaan seperti start awal dalam lomba lari. Jangan
lupa, dengan menjadi keturunan Abraham, tidak mengartikan otomatis kita
diterima Allah. Seperti halnya bangsa Israel yang berasal dari garis keturunan
Abraham, walaupun begitu, tidak mengartikan bahwa mereka dapat diselamatkan
tanpa melalui pembaptisan dan hidup di dalam Kristus, dan mengikuti teladan
Abraham, Rm. 9:7,8; 4:13,14. Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi, ”Aku tahu
bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh
Aku...Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentunya kamu mengerjakan
pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham”, Yoh. 8:37,39, yaitu hidup dengan iman
kepada Allah dan Kristus, keturunan yang dijanjikan, Yoh. 6:29.
Keturunan itu harus mempunyai karakteristik seperti
leluhurnya. Karena itu jika kita ingin menjadi keturunan Abraham, maka kita
tidak hanya memberi diri untuk dibaptis, tapi juga memiliki iman yang teguh
akan janji-janji Allah seperti Abraham, oleh karena itu dia disebut ”Bapa semua
orang yang percaya...juga mengikuti jejak iman Abraham, Bapa leluhur kita Rm.
4:11,12. ”Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah
anak-anak Abraham”, Gal. 3:7.
Iman harus ditunjukkan melalui perbuatan, jika tidak, maka
dalam pandangan Allah hal tersebut bukanlah iman, Yak. 2:17. Seperti yang telah
kita pelajari, maka kita harus menunjukkan iman kita akan janji-janji ini,
pertama dengan dibaptis, sehingga kita dapat menerapkannya, Gal. 3:27-29. Jadi,
apakah anda benar-benar percaya pada janji-janji Allah? Pertanyaan ini harus
terus kita tanyakan kepada diri kita sendiri selama kita hidup.
KONKLUSI
Sekarang telah ditunjukkan bahwa janji-janji kepada Abraham
diringkaskan dalam Injil Kristus. Hal-hal penting lainnya dijanjikan Allah
kepada orang Yahudi di dalam konteks hukum Musa. Jika orang-orang Yahudi taat
kepada hukum tersebut, maka secara fisik mereka akan diberkati, Ul. 28. Tidak
ada hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kekal dalam janji-janji, atau
”perjanjian”ini. Jadi, kita telah melihat bahwa ada dua perjanjian yang telah
dibuat;
1.Kepada
Abraham dan keturunannya, menjanjikan pengampunan dan kehidupan abadi dalam
Kerajaan Allah pada saat Kristus datang kembali. Janji ini juga diberikan di
Taman Eden dan kepada Daud.
2.Kepada
orang-orang Yahudi pada jaman Musa, menjanjikan kedamaian dan kebahagiaan dalam
hidup, jika mereka patuh kepada hukum yang Allah berikan melalui Musa.
Allah menjanjikan pengampunan dan kehidupan abadoi di kerajaan,
kepada Abraham. Tapi hal ini hanya dapat terwujud melalui pengorbanan Yesus.
Karena inilah maka kematian Kristus di kayu salib disebut sebagai penegasan
atas janji-janji yang diberikan kepada Abraham, Gal. 3:17; Rm. 15:18; Dan.
9:27; II Kor. 1:20, dan darahnya disebut sebagai ”darah perjanjian baru”, Mat.
26:28. Untuk mengingat akan hal ini, Yesus memerintahkan kepada kita agar tetap
”mengambil cawan yang berisi anggur, yang merupakan simbolis dari darahnya,
untuk mengingatkan kita akan hal-hal ini”, lih. I Kor. 11:25; ”Cawan ini adalah
perjanjian baru oleh darahku”, Luk. 22:20. Tidak ada gunanya ”memecah-mecahkan
roti” untuk mengingat Yesus dan pekerjaannya, jika tidak memiliki pemahaman
tentang hal ini.
Pengorbanan Yesus membuat janji akan pengampunan dan
kehidupan abadi di dalam Kerajaan Allah dapat terwujud. Dengan demikian Ia
membenarkan perjanjian yang diberikan kepada Abraham. Dia aadalah ”jaminan dari
suatu perjanjian yang lebih kuat”, Ibr. 7:22. Di Ibrani 10:9 berbicara tentang
hal yang Yesus lakukan, ”yang pertama (perjanjian) ia hapuskan, supaya
menegakkan yang kedua.” Hal ini menunjukkan bahwa Yesus menegaskan janji-janji
yang telah diberikan kepada Abraham, dan menggenapinya melalui perjanjian yang
lain, yaitu perjanjian yang diberikan kepada Musa. Ayat-ayat ini sebelumnya
telah mengutip tentang Yesus, yang menegaskan adanya perjanjian baru melalui
kematiannya, yang secara tidak langsung menyatakan bahwa ada perjanjian lama
yang dijanjikan sebelumnya, Ibr. 8:13.
Walaupun perjanjian sehubungan dengan Kristus dibuat lebih
awal, tapi hal tersebut tidak sepenuhnya dilaksanakan hingga kematiannya. Oleh
karena itu disebut perjanjian ”baru.” Tujuan dari perjanjian ”lama” yang
diberikan kepada Musa adalah sebagai gambaran ke depan tentang pekerjaan Yesus,
dan untuk menerangkan pentingnya iman sehubungan dengan janji-janji mengenai
Kristus, Gal. 3:19,21. Sebaliknya, iman di dalam Kristus meneguhkan kebenaran
dari hukum yang diberikan kepada Musa, Rm. 3:31. Rasul Paulus menjelaskannya
dengan cara yang menarik; ”hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai
Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman”, Gal. 3:24. Untuk tujuan
inilah hukum yang diberikan melalui Musa dipelihara dan masih bermanfaat untuk
kita pelajari.Hal-hal ini tidak mudah untuk dipahami pada waktu pertama kali
dibaca. Untuk itu dapat meringkaskannya sebagai berikut;
Janji-janji sehubungan dengan Kristus yang diberikan kepada
Abraham terkuak lebar pada Perjanjian Baru. Janji-janji kepada Israel bersama
dengan hukum yang diberikan kepada Musa terdapat luas di Perjanjian Lama. Kematian
Kristus dikaitkan Perjanjian Lama berakhir Kol. 2:14-17, Perjanjian
Baru dimulai. Karena alasan inilah, maka hal-hal seperti menghormati hari
sabat, dan lain-lain, yang adalah bagian dari Perjanjian Lama, tidak diperlukan
lagi pada saat ini. Perjanjian Baru diberikan kepada Israel jasmani ketika
mereka bertobat dan menerima Kristus, Yer. 31:31,32; Rm. 9:26,27; Yeh. 16:62,
37:26, walaupun demikian, tentu saja, setiap orang Yahudi baik secara jasmani
maupun rohani yang sudah bertobat dan dibaptis dalam nama Yesus, dapat segera
memasuki Perjanjian Baru di mana tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dengan
bangsa-bangsa lain, Gal. 3:27-29.
Penghargaan yang tulus akan hal-hal ini, membuat kita menyadari
kepastian dari janji-janji Allah. Para penginjil Kristen yang mula-mula dituduh
secara tidak adil, karena tidak mengajarkan hal-hal yang baik. Paulus
menjawabnya dengan mengatakan, bahwa karena penegasan Allah akan janji-janjinya
melalui peristiwa kematian Kristus, maka harapan yang mereka bicarakan bukanlah
sesuatu yang datang dan pergi begitu saja, tetapi betul-betul suatu penawaran
yang pasti; ”Demi Allah yang setia, janji (pengajaran) ini kepada kita bukanlah
serentak ”ya” dan ”tidak”, tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada ”ya”. Sebab
Kristus adalah ”ya” bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita
mengatakan ”Amin” untuk memuliakan Allah”, II Kor. 1:17-20. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar