Jumat, 23 Januari 2015

Hatorangan ni Sibasaon Minggu : 1 Maret 2015: Kejadian 17: 1-7+ 15-16




PENDAHULUAN

Mengapakah Abraham disebut sebagai bapa orang beriman? Jikalau kita perhatikan maka ada banyak hal yang Abraham lakukan yang justru menunjukkan bahwa ia tidak beriman, di mana Kej. 12 merupakan salah satunya. Tetapi Alkitab tetap menyebutnya sebagai bapa orang beriman. Abraham sama seperti kita yang juga memiliki pergumulan-pergumulan iman. Kej 12 menjadi titik berengkat pasti yang merupakan langkah pertama Abraham setelah ia mendapatkan janji Allah. Abraham mendapatkan janji Tuhan di saat ia berusia 75, tahun, ay. 1; dan janji itu baru digenapi setelah ia berusia 100 tahun lebih. Jangka waktu yang panjang ini memperlihatkan bahwa Abraham memang patut diberi label sebagai bapa orang beriman, walaupun di dalam jangka waktu ini terdapat banyak jatuh bangun di dalam perjalanan imannya, termasuk ketika ia berdusta dua kali tentang status isterinya. Apa yang kita pelajari tentang Abraham merupakan pelajaran pertama juga bagi Abraham tentang bagaimana hidup di dalam pergumulan iman. Tuhan berkata bahwa Abraham akan diberkati dan selanjutnya ia mendirikan mezbah bagi Tuhan di antara Betel dan Ai. Setelah semuanya ini maka ia berangkat ke tanah Negeb. Ini merupakan suatu catatan yang penting sekali.

Dikatakan bahwa setelah itu kelaparan timbul dan Abraham mengungsi ke Mesir. Bukankah ini merupakan hal yang wajar dilakukan oleh seorang kepala rumah tangga karena ia tidak mau keluarganya menjadi kelaparan? Karena ia tahu bahwa di Mesir pasti ada kelimpahan maka bukankah tidak salah jikalau ia kemudian pindah ke sana? Kita berpikir Abraham tidak salah namun masalahnya tidak terletak pada hal kelaparannya. Masalahnya adalah di saat ia menyuruh Sarai untuk mengaku sebagai adiknya dan bukannya sebagai isterinya. Di sini kita melihat bahwa alasan utamanya adalah karena ia takut kehilangan isterinya yang berarti ia akan pula kehilangan keturunan yang dijanjikan. Pergumulan iman Abraham mulai muncul di sini. Abraham mulai mengalami fakta yang riil di depan dan kemudian mulai berkompromi dengan apa yang Tuhan tidak inginkan. Orang-orang yang melihat rombongan Abraham masuk berdecak kagum di saat melihat kecantikan Sarai. Punggawa-punggawa Firaun kemudian melaporkan kepada Firaun tentang kecantikan perempuan yang berusia 65 tahun ini dan Firaun langsung mengambil Sarai sebagai isterinya. Ketika Firaun sudah memutuskan untuk mengambil Sarai maka Tuhan langsung campur tangan dan memporak-porandakan rencana Firaun. Tuhan tidak mengijinkan Firaun mengambil Sarai walaupun ia berusaha setengah mati untuk mengambilnya. Akhirnya Tuhan menimpakan tulah yang hebat bagi Firaun. Semua ini seharusnya telah menjadi tanda bagi Abraham akan betapa ia tidak mempercayai Tuhan. Boleh saja kita berpikir bahwa kegagalan ini mungkin merupakan hal yang wajar karena ini merupakan langkah pertama Abraham di dalam memasuki pergumulan iman karena jikalau kita melihat latar belakang Abraham maka ia tidaklah berasal dari keluarga yang telah percaya, tetapi dari keluarga yang menyembah berhala. Bahkan Alkitab mengatakan bahwa Terah adalah penyembah berhala. Dengan latar belakang keluarga semacam ini, tentulah pola ibadah Abraham juga merupakan pola ibadah penyembahan berhala, hingga kemudian Tuhan menyatakan diri kepadanya. Tetapi Abraham ternyata tidak dapat begitu saja berubah. Apa yang Abraham lakukan tidak mencerminkan bahwa Abraham percaya kepada Allah yang berkata akan memberkati dia. Mungkin ia berpikir bahwa Allah tidak jauh berbeda dengan apa yang disembah oleh Terah. Ini merupakan dinamika iman yang muncul, yang membuat Abraham berkali-kali membuat jalan pintas.

DASAR PEMAHAMAN DAN PENJELASANNYA
Janji-janji kepada Abraham memiliki dua tema dasar, yaitu: Hal-hal mengenai keturunan Abraham (keturunan yang istimewa), dan Hal-hal mengenai tanah yang dijanjikan kepada Abraham. Tetapi yang akan dijelaskan pada penjelasan Epistel Bacaan minggu ini adalah bagian pertama. Sebenarnya janji-janji ini telah dikomentari dalam Perjanjian Baru, dan dengan kebijaksanaan yang kita miliki, marilah kita perhatikan bagaimana Alkitab menjelaskan hal tersebut. Kita akan menggabungkan pengajaran dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru untuk mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai perjanjian yang dibuat kepada Abraham.

Abraham berasal dari Ur, suatu kota yang makmur, yang sekarang ini adalah Irak. Ilmu purbakala modern menunjukkan bahwa tingkat peradaban yang tinggi telah dicapai pada jaman Abraham. Ada sistem perbankan, fasilitas umum dan prasarananya. Abraham tinggal di kota ini, dialah yang akan kita ketahui selanjutnya, disebut sebagai Bapa segala bangsa. Kemudian suatu panggilan yang luar biasa datang dari Allah kepadanya untuk meninggalkan kehidupan duniawi tersebut, dan memulai perjalanan menuju tanah perjanjian. Lokasinya sama sekali tidak dijelaskan. Banyak orang mengetahui bahwa perjalanan itu menempuh jarak 1.500 mil. Tanah itu adalah Kanaan, Israel modern.

Adakalanya Allah menampakkan diri kepada Abraham, dan mengulangi janjiNya dengan lebih terperinci. Janji-janji tersebut adalah dasar dari Injil Kristus. Karenanya, sebagaimana Abraham mendapat panggilan dari Allah, begitu juga yang dialami oleh orang-orang Kristen yang benar pada saat ini. Yaitu untuk meninggalkan hal-hal yang bersifat sementara dalam hidup ini, dan hidup dalam iman, sehubungan dengan janji-janji Allah, hidup dalam firmanNya. Kita dapat membayangkan bagaimana Abraham mempertimbangkan janji-janji tersebut selama perjalanannya. “Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat (dari Ur) ke negeri (Kanaan) yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui”, Ibr. 11:8. Sebagaimana Janji-janji Allah diberikan pada waktu pertama kali diberikan, demikian juga yang kita alami. Walaupun kita tidak tahu dengan pasti, seperti apakah Kerajaan Allah itu, tapi dengan iman kepada firman Allah, akan membuat kita berhasrat untuk mematuhinya.

Abraham bukanlah seorang pengembara yang berkeliling-keliling karena tidak ada hal yang lebih baik untuk dikerjakan, lalu memilih untuk menerima penggenapan janji-janji ini. Secara umu, latar belakangnya tidak berbeda jauh dengan kita. Hal yang rumit ialah, keputusan-keputusan yang menyebabkan hal-hal yang menyedihkan yang harus ia hadapi, serupa dengan yang mungkin harus kita hadapi pada saat ini sebagai konsekuensi dari menerima dan melaksanakan apapun sehubungan dengan janji-janji Allah; dicemooh oleh rekan bisnis, diejek oleh orang-orang di sekitar kita, dll. Hal-hal seperti ini mungkin dialami oleh Abraham. Hal yang memotivasinya dalam menghadapi semua ini pasti sangat luar biasa. Dan satu-satunya hal yang tersedia sebagai motivasi dalam menempuh perjalanannya yang panjang dan memakan waktu bertahun-tahun adalah, hanya sekedar kata-kata dari janji tersebut. Dia harus mengingat dan merenungkannya setiap hari untuk mengetahui maksud yang sebenarnya dari janji yang telah diberikan kepadanya.

Dengan memperlihatkan iman yang sama, dan melakukannya. Kita akan mendapat kehormatan seperti yang diterima Abraham; disebut sebagai yang dikasihi Allah, Yes. 41:8, memperoleh pengetahuan dari Allah, Kej. 18:17, dan pasti akan mendapatkan kehidupan abadi dalam Kerajaan Allah. Sekali lagi menegaskan bahwa Injil Kristus didasari oleh janji-janji kepada Abraham. Supaya kita dapat percaya dengan sungguh-sungguh pada ajaran Kristen, kita harus mengetahui dengan pasti tentang janji-janji kepada Abraham. Tanpa melaklukan hal demikian, maka iman yang kita miliki bukanlah iman. Karena itu, kita harus membaca berulang kali dialog antara Allah dan Abraham dengan cermat.

Janji atas keturunannya melalui Sarai merupakan penantian dan jawaban iman yang pasti bagiNya sehingga ia menjadi Bapa orang beriman dan juga menjadi Bapa sejumlah besar bangsa-bangsa, ay. 5-6. Penggenapan janji tentang keturunan tersebut sangat tepat ditujukan kepada Yesus, dan yang kedua kepada mereka yang berada ”di dalam Kristus”, yang juga diperhitungkan sebagai keturunan Abraham;”Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau...dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat”, Kej. 12:2,3. ”Sebab seluruh negeri yang kau lihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya dan Aku akan menjadikan keturunanmu seperti debu tanah banyaknya, sehingga jika seandainya ada yang dapat menghitung debu tanah, keturunanmupun akan dapat dihitung juga”, Kej. 13:15,16. ”Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya...Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu...Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini”, Kej. 15:5,18. ”Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kau diami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya, dan Aku akan menjadi Allah mereka”, Kej. 17:8. ”Maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firmanKu”,Kej. 22:17,18.

PEMAHAMAN DAN PENGEMBANGAN BERPIKIR

Pemahaman Abraham mengenai ”keturunan” semakin diperjelas; Pertama dia hanya diberitahu bahwa suatu waktu ia akan memiliki keturunan dalam jumlah yang luar biasa, dan melalui ”keturunannya” seluruh bumi akan diberkati. Kemudian dia diberitahu bahwa dia akan memiliki keturunan yang akan mengikutsertakan banyak orang. Orang-orang inilah yang akan menghabiskan kehidupan abadi mereka bersama dia di tanah yang telah dia tempati, yaitu Kanaan. Dia diberitahu bahwa keturunannya akan menjadi banyak seperti bintang-bintang di langit. Mungkin hal ini diartikan oleh Abraham sebagai kerturunan dalam arti rohani, (bintang-bintang di langit) dan sebanyak (debu tanah di bumi). Janji-janji tersebut harus digarisbawahi dan ditambahkan sebagai jaminan bahwa orang-orang yang akan menjadi bagian dari keturunan itu dapat memilki hubungan pribadi dengan Allah, seperti Abraham.

Keturunan itu akan menang melawan musuh-musuhnya. Keturunannya itu akan membawa ”berkat” bagi banyak orang di bumi. Di dalam Alkitab, pemberkatan seringkali dihubungkan dengan pengampunan dosa. Dari segala berkat, inilah berkat yang terbesar dari Allah yang maha pengasih, yang paling didambakan. Karena inilah maka tetulis hal-hal seperti berikut ini, ”Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya”, Mzm. 32:1; ”cawan pengucapan syukur”, I Kor. 10:16, yang mengartikan darah Kristus, yang melaluinya pengampunan diberikan. Satu-satunya keturunan Abraham yang membawa pengampunan bagi dosa-dosa dunia adalah Yesus. Perjanjian Baru, sewaktu mengomentari tentang janji-janji kepada Abraham, mendukung hal ini; ”Tidak dikatakan ”kepada keturunan-keturunannya” (dalam bentuk jamak) seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: ”dan kepada keturunanmu” (dalam bentuk tunggal), yaitu Yesus Kristus”, Gal. 3:16. ”...perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham:”Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati. Dan bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan hambanya (keturunan perempuan itu) dan mengutusnya kepada kamu, supaya ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu”, Kis. 3:25,26. Catatan yang Alkitab berikan penjelasannya, bagaimana cara Petrus mengutip dan menafsirkan Kejadian 22:18. Keturunan sama dengan Yesus dan Berkat sama dengan Pengampunan dosa. Janji bahwa Yesus, keturunan itu, akan mengalahkan musuh-musuhnya, semakin jelas dipahami jika hal ini direferensikan dengan kemenanganNya atas dosa, musuh terbesar dari umat Allah dan juga Yesus. Sekarang jelaslah sudah, bahwa elemen-elemen dasar dari Injil Kristen telah dipahami oleh Abraham. Tapi, janji-janji yang penting ini hanyalah diberikan kepada Abraham dan keturunannya, Yesus. Bagaimana dengan yang lain? Bahkan orang-orang yang berasal dari garis keturunan Abraham tidak otomatis menjadi bagian dari keturunannya, Yoh. 8:39; Rm. 9:7. Bagaimanapun juga, kita harus menjalin hubungan yang akrab dengan Yesus, sehingga janji-janji kepada keturunan tersebut juga dibagi bersama kita, yaitu dengan cara dibaptis di dalam nama Yesus (Rm. 6:3-5). Kita sering membaca tentang pembaptisan di dalam namanya (Kis. 2:38; 8:16; 10:48; 19:5). Galatia 3:27-29 menjelaskan tentang hal ini; ”Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani (bangsa lain), tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus (melalui pembaptisan). Dan jika kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah”

Janji untuk hidup abadi di bumi dengan menerima ”berkat” pengampunan melalui Yesus. Dengan dibaptis di dalam Kristus, keturunan itu, maka kita dapat berbagi janji-janji yang dibuat untuknya. Karena itu Roma 8:17 menyebut kita ”ahli waris bersama Kristus.” Ingat, berkat tersebut diberikan kepada orang-orang disegala penjuru bumi, melalui keturunan itu. Dan kleturunan itu akan menjadi suatu kelompok yang terdiri dari orang-orang yang berasal dari segala penjuru bumi, seperti pasir di tepi laut dan seperti bintang-bintang di langit. Selanjutnya mereka berhak untuk menerima berkat yang pertama sehingga mereka dapat menjadi bagian dari keturunan tersebut. Dan keturunan (dalam bentuk tunggal) itu, ”kepadanya akan sujud menyembah semua orang” (banyak orang Mzm. 22:30).

Kita dapat meringkaskan dua bagian dari janji-janji yang diberikan kepada Abraham;

1.      Tanah
Abraham dan keturunannya, Yesus, dan mereka yang berada di dalamnya, akan menerima warisan Tanah Kanaan, yang kemudian akan diperluas ke segala penjuru bumi. Dan mereka akan tinggal disana selamanya. Pada saat ini mereka belum menerima janji itu, tetapi mereka pasti akan menerimanya pada saat terakhir ketika Yesus datang kembali.



2.      Keturunan
Hal ini terutama menunjuk kepada Yesus. Melalui dia, dosa-dosa (musuh) dari umat manusia akan dikalahkan, sehingga berkat pengampunan akan tersedia bagi semua orang. Dengan dibaptis di dalam nama Yesus, kita akan menjadi bagian dari keturunan Abraham.

Kedua hal yang berurutan ini terdapat pada ajaran Perjanjian Baru, dan, tidak mengejutkan, jika seringkali dicatat bahwa orang-orang yang telah mendengarkan ajaran tersebut, lalu dibaptis. Ini adalah satu-satunya jalan agar kita dapat menerima janji-janji tersebut. Sekarang kita dapat mengerti, mengapa sebagai manusia lama yang dihadapkan pada kematian, Paulus dapat menjelaskan bahwa harapannya adalah ”Pengharapan Israel”, Kis. 28:20. Harapan orang Kristen sejati adalah harapan orang-orang Yahudi yang mula-mula. Kristus mengomentari hal ini dengan berkata, ”keselamatan datang dari bangsa Yahudi”, Yoh. 4:22, dan hal ini juga menegaskan betapa pentingnya untuk menjadi orang Yahudi secara rohani, sehingga kita, melalui Kristus, dapat menerima janji-janji keselamatan yang diberikan kepada nenek moyang bangsa Yahudi.

Seperti yang kita ketahui, bahwa orang kristen yang mula-mula diajarkan:
1.      ”Hal-hal yang menyangkut tentang Kerajaan Allah, dan
2.      Nama Yesus Kristus” (Kis. 8:12)
Kedua hal ini dijelaskan kepada Abraham dengan tema yang agak sedikit berbeda;

1.      Janji tentang Tanah Perjanjian, dan
2.      Janji tentang Keturunannya

Suatu catatan; ”hal-hal tersebut” (dalam bentuk jamak) tentang Kerajaan dan Yesus, diringkaskan di dalam ”pemberitaan tentang Kristus”, Kis. 8:5 bandingkan ayat 12. Banyak orang sering mengartikan hal ini dengan; ”Yesus mengasihi engkau! Hanya dengan mengakui bahwa Dia mati untuk engkau, maka engkau akan diselamatkan!”  Padahal, kata ”Kristus” dengan jelas sekali mengartikan ringkasan dari sejumlah pengajaran tentang hal-hal yang berkenaan dengan Dia dan Kerajaan yang akan datang. Kabar baik tentang Kerajaan yang diberitakan kepada Abraham mempunyai peran penting dalam Pemberitaan Injil yang mula-mula.

Sewaktu berada di Korintus, Paulus selama tiga bulan menerangkan dan meyakinkan hal-hal yang berkenaan dengan Kerajaan Allah, Kis. 19:8; kemudian di Efesus dia berkeliling ”memberitakan Kerajaan Allah”, Kis. 20:5, begitu juga dalam pernyataan terakhirnya di Roma, ”Ia menerangkan dan memberi kesaksian kepada mereka tentang Kerajaan Allah; dan berdasarkan Hukum Musa dan Kitab para Nabi Ia berusaha meyakinkan mereka tentang Yesus”, Kis. 28:23,31. Ada banyak sekali yang harus dijelaskan untuk menunjukkan dasar dari Injil tentang Kerajaan dan Yesus, daripada hanya sekedar mengatakan ”Percaya kepada Yesus.” Bahkan wahyu Allah kepada Abraham tidak sesingkat itu, tetapi dijelaskan dengan terperinci. Dan hal-hal yang dijanjikan kepadanya adalah dasar dari Injil Kristen yang benar.

Kami telah menjelaskan bahwa pembaptisan di dalam Yesus akan membuat kita menjadi bagian dari keturunan tersebut, dan juga memungkinkan kita untuk mewarisi janji-janji tersebut, Gal. 3:27-29 tetapi, hanya dengan pembaptisan belumlah cukup agar kita memperoleh janji-janji keselamatan itu. Kita harus tetap berada di dalam keturunan itu, yaitu Yesus, jika kita ingin menerima janji-janji yang diberikan kepada keturunan itu. Oleh karena itu pembaptisan hanyalah permulaan seperti start awal dalam lomba lari. Jangan lupa, dengan menjadi keturunan Abraham, tidak mengartikan otomatis kita diterima Allah. Seperti halnya bangsa Israel yang berasal dari garis keturunan Abraham, walaupun begitu, tidak mengartikan bahwa mereka dapat diselamatkan tanpa melalui pembaptisan dan hidup di dalam Kristus, dan mengikuti teladan Abraham, Rm. 9:7,8; 4:13,14. Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi, ”Aku tahu bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku...Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentunya kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham”, Yoh. 8:37,39, yaitu hidup dengan iman kepada Allah dan Kristus, keturunan yang dijanjikan, Yoh. 6:29.

Keturunan itu harus mempunyai karakteristik seperti leluhurnya. Karena itu jika kita ingin menjadi keturunan Abraham, maka kita tidak hanya memberi diri untuk dibaptis, tapi juga memiliki iman yang teguh akan janji-janji Allah seperti Abraham, oleh karena itu dia disebut ”Bapa semua orang yang percaya...juga mengikuti jejak iman Abraham, Bapa leluhur kita Rm. 4:11,12. ”Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham”, Gal. 3:7.

Iman harus ditunjukkan melalui perbuatan, jika tidak, maka dalam pandangan Allah hal tersebut bukanlah iman, Yak. 2:17. Seperti yang telah kita pelajari, maka kita harus menunjukkan iman kita akan janji-janji ini, pertama dengan dibaptis, sehingga kita dapat menerapkannya, Gal. 3:27-29. Jadi, apakah anda benar-benar percaya pada janji-janji Allah? Pertanyaan ini harus terus kita tanyakan kepada diri kita sendiri selama kita hidup.

KONKLUSI

Sekarang telah ditunjukkan bahwa janji-janji kepada Abraham diringkaskan dalam Injil Kristus. Hal-hal penting lainnya dijanjikan Allah kepada orang Yahudi di dalam konteks hukum Musa. Jika orang-orang Yahudi taat kepada hukum tersebut, maka secara fisik mereka akan diberkati, Ul. 28. Tidak ada hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kekal dalam janji-janji, atau ”perjanjian”ini. Jadi, kita telah melihat bahwa ada dua perjanjian yang telah dibuat;

1.        Kepada Abraham dan keturunannya, menjanjikan pengampunan dan kehidupan abadi dalam Kerajaan Allah pada saat Kristus datang kembali. Janji ini juga diberikan di Taman Eden dan kepada Daud.
2.        Kepada orang-orang Yahudi pada jaman Musa, menjanjikan kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup, jika mereka patuh kepada hukum yang Allah berikan melalui Musa.

Allah menjanjikan pengampunan dan kehidupan abadoi di kerajaan, kepada Abraham. Tapi hal ini hanya dapat terwujud melalui pengorbanan Yesus. Karena inilah maka kematian Kristus di kayu salib disebut sebagai penegasan atas janji-janji yang diberikan kepada Abraham, Gal. 3:17; Rm. 15:18; Dan. 9:27; II Kor. 1:20, dan darahnya disebut sebagai ”darah perjanjian baru”, Mat. 26:28. Untuk mengingat akan hal ini, Yesus memerintahkan kepada kita agar tetap ”mengambil cawan yang berisi anggur, yang merupakan simbolis dari darahnya, untuk mengingatkan kita akan hal-hal ini”, lih. I Kor. 11:25; ”Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darahku”, Luk. 22:20. Tidak ada gunanya ”memecah-mecahkan roti” untuk mengingat Yesus dan pekerjaannya, jika tidak memiliki pemahaman tentang hal ini.

Pengorbanan Yesus membuat janji akan pengampunan dan kehidupan abadi di dalam Kerajaan Allah dapat terwujud. Dengan demikian Ia membenarkan perjanjian yang diberikan kepada Abraham. Dia aadalah ”jaminan dari suatu perjanjian yang lebih kuat”, Ibr. 7:22. Di Ibrani 10:9 berbicara tentang hal yang Yesus lakukan, ”yang pertama (perjanjian) ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua.” Hal ini menunjukkan bahwa Yesus menegaskan janji-janji yang telah diberikan kepada Abraham, dan menggenapinya melalui perjanjian yang lain, yaitu perjanjian yang diberikan kepada Musa. Ayat-ayat ini sebelumnya telah mengutip tentang Yesus, yang menegaskan adanya perjanjian baru melalui kematiannya, yang secara tidak langsung menyatakan bahwa ada perjanjian lama yang dijanjikan sebelumnya, Ibr. 8:13.

Walaupun perjanjian sehubungan dengan Kristus dibuat lebih awal, tapi hal tersebut tidak sepenuhnya dilaksanakan hingga kematiannya. Oleh karena itu disebut perjanjian ”baru.” Tujuan dari perjanjian ”lama” yang diberikan kepada Musa adalah sebagai gambaran ke depan tentang pekerjaan Yesus, dan untuk menerangkan pentingnya iman sehubungan dengan janji-janji mengenai Kristus, Gal. 3:19,21. Sebaliknya, iman di dalam Kristus meneguhkan kebenaran dari hukum yang diberikan kepada Musa, Rm. 3:31. Rasul Paulus menjelaskannya dengan cara yang menarik; ”hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman”, Gal. 3:24. Untuk tujuan inilah hukum yang diberikan melalui Musa dipelihara dan masih bermanfaat untuk kita pelajari.Hal-hal ini tidak mudah untuk dipahami pada waktu pertama kali dibaca. Untuk itu dapat meringkaskannya sebagai berikut;

Janji-janji sehubungan dengan Kristus yang diberikan kepada Abraham terkuak lebar pada Perjanjian Baru. Janji-janji kepada Israel bersama dengan hukum yang diberikan kepada Musa terdapat luas di Perjanjian Lama. Kematian Kristus  dikaitkan Perjanjian Lama berakhir Kol. 2:14-17, Perjanjian Baru dimulai. Karena alasan inilah, maka hal-hal seperti menghormati hari sabat, dan lain-lain, yang adalah bagian dari Perjanjian Lama, tidak diperlukan lagi pada saat ini. Perjanjian Baru diberikan kepada Israel jasmani ketika mereka bertobat dan menerima Kristus, Yer. 31:31,32; Rm. 9:26,27; Yeh. 16:62, 37:26, walaupun demikian, tentu saja, setiap orang Yahudi baik secara jasmani maupun rohani yang sudah bertobat dan dibaptis dalam nama Yesus, dapat segera memasuki Perjanjian Baru di mana tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dengan bangsa-bangsa lain, Gal. 3:27-29.

Penghargaan yang tulus akan hal-hal ini, membuat kita menyadari kepastian dari janji-janji Allah. Para penginjil Kristen yang mula-mula dituduh secara tidak adil, karena tidak mengajarkan hal-hal yang baik. Paulus menjawabnya dengan mengatakan, bahwa karena penegasan Allah akan janji-janjinya melalui peristiwa kematian Kristus, maka harapan yang mereka bicarakan bukanlah sesuatu yang datang dan pergi begitu saja, tetapi betul-betul suatu penawaran yang pasti; ”Demi Allah yang setia, janji (pengajaran) ini kepada kita bukanlah serentak ”ya” dan ”tidak”, tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada ”ya”. Sebab Kristus adalah ”ya” bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan ”Amin” untuk memuliakan Allah”, II Kor. 1:17-20. Amin.

Pdt. Benni Maklianto Siregar, M.Th.
GKPA Palembangwidgeo.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar