Ramli
SN Harahap *
1. Tahun ini merupakan Tahun Pemuda GKPA. Sebagai tahun pemuda
diharapkan para pemuda GKPA dapat memberikan sumbangsih pemikiran, karya,
tenaga untuk mengembangkan pelayanan di organisasi GKPA untuk menyikapi
perkembangan yang terjadi di tengah-tengah Gereja dan masyarakat.
2. Tantangan pemuda saat ini. Ditengah
arus kemajuan teknologi saat ini, tantangan pemuda GKPA adalah pertama, melawan “pengaruh sosial media” (sosmed) seperti: facebook, twitter, whats
app, line, dan lain-lain sebagainya. Pemuda bisa tahan dihadapan smart phone, note book, dan laptopnya
berjam-jam menikmati kebersamaannya dengan dunia maya. Pemuda sudah lebih
menghabiskan waktunya berhubungan dengan dunia maya dibandingkan dengan dunia
nyata. Kedua, menjadikan Facebook
sebagai “tuhan”. Saya takut pemuda sekarang sudah lebih menganggap face
book sebagai “tuhan” yang selalu setia menyertainya. Face book hadir di setiap
saat (maha hadir). Jika pemuda bermasalah, dia akan mencurahkan isi hatinya ke
face book. Jika sedang bête,
berkelahi dan galau, dia memberitahukannya ke face book. Bagi mereka face book
menjadi jawaban atas setiap persoalan hidupnya. Jika kita bandingkan intensitas
pemuda setiap hari, rata-rata pemuda menuliskan statusnya minimal 5 kali
sehari, 20 kali meng-like status
orang, 10 kali memberi komentar pada status orang, dan browsing status orang.
Artinya, waktunya habis dan disedot si face book itu. Padahal, untuk membaca
Firman Tuhan, dia hanya sekali sehari saja, itu pun kalau ingat. Yang sering
terjadi dia hanya mengisi Firman Tuhan dalam hidupnya hanya sekali seminggu
melalui khotbah di Gereja. Kondisi ini sangat mempengaruhi karakter dan sikap
serta perilaku pemuda. Ketiga, tidak
peduli kepada sesama dan lingkungan. Akibat keseriusannya berhubungan
dengan dunia maya, maka pemuda tidak memiliki rasa kepeduliannya lagi dengan
sesama manusia. Tubuh mereka bisa berdekatan, tetapi pikiran mereka saling
berjauhan. Di dalam satu rumah sudah jarang berbicara dan berkomunikasi dengan
baik, karena setiap orang sudah sibuk dengan smart phone-nya masing-masing. Mereka duduk bersama tetapi tidak
saling melihat dan memperhatikan lagi karena semua mata mereka tertuju kepada
si Hand Phone-nya. Orang yang terlalu asyik dengan dunia yang
diciptakannya sendiri sehingga tidak peduli dengan orang-orang disekitarnya.
Hal ini sering dilakukan orang yang kecanduan internet atau Facebook. Tidak
peduli dengan lingkungan sekitar, dunianya berubah menjadi dunia internet atau
facebook. Minimnya sosialisasi dengan lingkungan. Ini dampak dari terlalu sering dan terlalu lama bermain
internet atau facebook. Keempat, The Net Generation (Generasi Internet). Generasi internet telah memasuki budaya generasi
muda saat ini, dan membawa dampak positif dan negatif. Dampak
negatif dari adanya
Tekonologi Informasi adalah: (a) Derasnya arus informasi dan
telekomunikasi menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap
memudarnya nilai-nilai budaya asli bangsa kita. (b)
Mengurangi bahkan dapat menghilangkan ikatan batin dan moral yang biasanya
dekat dalam hubungan social antar masyarakat. Contoh: situs jejaring sosial
yang banyak bermunculan membuat orang tak memiliki kebutuhan untuk bertemu
langsung. (c) Semakin lemahnya kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di
masyarakat, seperti lunturnya sikap ramah-tamah, gotong royong dan
sopan-santun yang dipengaruhi oleh budaya barat, seperti perubahan cara
berpakaian, pemakaian yang dicampur-campur bahasa asing (bahasa juga salah satu
budaya bangsa), serta pergaulan yang bebas. (d) Pola interaksi antar manusia
yang berubah. Kehadiran komputer pada kebanyakan rumah tangga golongan menengah
ke atas telah merubah pola interaksi keluarga. Komputer yang disambungkan
dengan telepon telah membuka peluang bagi siapa saja untuk berhubungan dengan dunia
luar. Program internet relay chatting (IRC), internet, dan e-mail telah membuat
orang asyik dengan kehidupannya sendiri. Selain itu tersedianya berbagai warung
internet (warnet) telah memberi peluang kepada banyak orang yang tidak memiliki
komputer dan saluran internet sendiri untuk berkomunikasi dengan orang lain
melalui internet. Kini semakin banyak orang yang menghabiskan waktunya
sendirian dengan komputer. Melalui program internet relay chatting (IRC)
anak-anak bisa asyik mengobrol dengan teman dan orang asing kapan saja. Kelima, budaya popular. Dengan
semaraknya sinetron, film, dan musik hiburan, maka pemuda saat ini telah
dicekoki dengan budah populer. Budaya populer (populer culture) atau yang umum disingkat sebagai budaya pop mulai
merebak di kalangan masyarakat modern pada abad ke 20. Pengaruh zaman yang
memang tak terelakkan telah begitu kuat melanda negara-negara Barat di mana
keterbukaan dan kebebasan menjadi ciri sekaligus aspirasi masyarakatnya.
Seiring dengan arus deras globalisasi teknologi yang menyeruak ke seluruh
permukaan planet ini, maka perkembangan budaya zaman itu terimbas ke mana mana
dengan dampak yang sangat dahsyat. Kalangan remaja atau anak baru gede (ABG),
boleh di kata merupakan generasi yang paling cepat menyerap dan menerapkan
segala jenis produk perubahan karena mereka adalah kelompok lapisan masyarakat
yang paling terpengaruh langsung oleh budaya populer. Kita tak dapat menutup
mata terhadap pergeseran nilai-nilai budaya yang terus menerus terjadi akibat
perubahan zaman. Pembangunan di satu sisi menjanjikan perbaikan kondisi hidup,
tapi di sisi lain ia juga meninggalkan bahkan meningkatkan berbagai
permasalahan negatif yang tidak kurang seriusnya. Bahkan tidak jarang dampak
destruktifnya lebih cepat menyebar, lebih kuat dan lebih gawat dibandingkan
daya konstruktifnya.. Contoh yang paling aktual adalah maraknya peredaran
pil-pil "XTC" (baca Ecstacy) di kota-kota besar tanah air. Hampir
setiap hari kita membaca atau mendengar terungkapnya kasus berkaitan dengan pil
setan itu. Itu baru yang terbongkar, belum terhitung berapa lagi kasus yang tak
sempat terungkap. Alam budaya populer pada zaman ini ditandai dengan sejumlah
faham atau trend gaya atau nilai falsafah hidup berbentuk "isme"
seperti yang berikut: (a) Materialisme:
yang paling penting dalam hidup ini adalah memiliki kekayaan bendawi, aset atau
harta yang bersifat material, uang dan alat tukar sejenis. Maka orientasi dan
sukses hidup semata-mata diukur dengan standar kekayaan materi. (b) Eksistensialisme: yang terutama
hidup hanyalah untuk momen saat ini. Itulah yang dimiliki pada hari ini,
sehingga tak perlu repot-repot memikirkan kenangan masa lain maupun
mengantisipasi perkembangan masa depan. (c)
Individualisme: pribadi yang paling penting dalam hidup adalah diri sendiri.
Tak perlu dicampuri oleh orang lain. Karena itu egoisme mutlak perlu dibangun
agar diri mampu menyelesaikan segala sesuatu untuk kebaikan diri. (d) Hedonisme: yang harus menjadi
obsesi seumur hidup adalah bersenang senang menikmati hidup. Tujuan hidup
semata-mata adalah membahagiakan diri. Puaskanlah segala keinginan hati dengan
melampiaskan hawa nafsu. (e) Sekularisme:
Allah itu tidak penting karena hal agama sudah tidak relevan dalam menjawab
kebutuhan manusia pada hari ini. Yang terbaik adalah mengandalkan potensi diri
yang dianggap sudah dewasa dalam dunia ini. (f) Pragmatisme: Apa yang bisa diharapkan dan diterima adalah yang
bisa jalan; artinya manusia harus bisa memutuskan pilihannya atas
perkara-perkara atau metoda metoda hidup berfungsi. Semua kebajikan diukur dari
hasil akhirnya. (g) Moral relativisme:
Di dunia ini tidak ada hal yang absolut. Segala sesuatu itu tidak mutlak benar
maupun tidak mutlak salah. Karena itu hiduplah dengan sewajarnya, tak perlu
memperjuangkan apa yang dianggap paling benar. (h) Utopianisme: Pada dasarnya semua manusia itu baik. Dunia akan
menuju kepada keadaan yang semakin membaik. Hanya ciptakanlah lingkungan hidup
yang baik maka segala kejahatan akan pudar dan lenyap dengan sendirinya. (j) Fatalisme: Nasib hidup adalah
suratan takdir. Manusia tak akan bisa menghindar dari gilasan zaman. Diri
menjadi seperti apa adanya tidaklah terlepas dari perlakuan orang lain dalam
sistem masyarakat yang dominan membentuk hidup.
3.
Di situasi dan kondisi seperti ini, Pemuda
GKPA hendak bangkit dan bangun serta keluar dari persoalan itu. Aapakah yang
bisa dilakukan pemuda dalam menghadapi tantangan di atas? Pertama, Gerakan SMS Firman Tuhan. Setiap hari kita merenungkan dan
kirimkan Firman setiap hari kepada teman-teman. Mengimbangi kemahahadiran
facebook di kalangan pemuda, kita harus mengisi kegiatan yang lebih positif.
Pemuda mencoba merenungkan Firman Tuhan yang telah ditetapkan di Almanak GKPA,
lalu di membagikan Firman itu kepada rekan-rekan pemuda GKPA lainnya. Dengan
saling mengirimkan Firman Tuhan, maka pemuda GKPA bisa bangkit dan membantu
pelayanan di tengah-tengah Gereja. Kita percaya dengan memberitakan Firman
Tuhan melalui SMS maka pemuda GKPA telah ikut serta mengembangkan Kerajaan
Tuhan di dunia ini. Seorang pemuda GKPA minimal mengirimkan 10 sms kepada nomor
kontak sahabatnya. Gerakan sms ini akan memberikan manfaat bagi semua pemuda
GKPA untuk bertumbuh di dalam iman. Kedua,
Gerakan Peduli Sesama. Pemuda GKPA memelopori untuk saling peduli dengan
sesama teman. Daripada kita menghabiskan waktu memperhatikan si maya, lebih baik kita memperhatikan
teman-teman kita. Misalnya, pemuda GKPA setiap bulan membuat Gerakan Rp.
10.000,- untuk mengumpulkan dana beasiswa bagi pemuda GKPA yang membutuhkan
biaya sekolah dan studinya. Uang yang terkumpul ini akan diberikan kepada
anak-anak muda yang tidak memiliki dana untuk sekolah. Dengan kegiatan ini,
pemuda GKPA membangkitkan semangat belajar, dan membangkitkan rasa persaudaraan
yang kuat untuk memajukan dan mencerdaskan warga jemaat GKPA. Ketiga, Persekutuan Doa. Pemuda GKPA
membuat tim-tim doa. Setiap pemuda memiliki jam-jam doa baik di rumah maupun di
dalam persekutuan di Gereja. Pemuda memiliki teman doa yang saling mendoakan.
Doa sangat membantu menguatkan hati orang percaya. Keempat, Pendalaman Alkitab. Pendalaman Alkitab merupakan sarana
yang paling kuat untuk menghadapi tantangan zaman. Pemuda yang memiliki
pengetahuan Firman Tuhan yang baik dan benar akan bisa memilah mana yang baik
dan dan mana yang jahat. Pendalaman Alkitab ini bisa dilakukan dengan berbagai
metode seperti: ceramah, diskusi, seminar, dialog, dll. Kelima, mempertahankan budaya. Walau dunia sekarang menawarkan
budaya populer, tetapi pemuda GKPA harus memiliki prinsip hidup bahwa pemuda
GKPA harus tetap mempertahankan budaya Batak dan budaya kekristenan dalam
menghadapi kemajuan zaman. Budaya populer bisa saja ada di tengah-tengah kita,
tetapi kita tidak mau digoda dan jatuh dalam jeratnya. Kita perkuat budaya kita
dengan berbagai cara, seperti: melatih pemuda memakai bahasa daerah, memakai
pakaian daerah, mengkonsumsi makanan daerah, dan lain sebagainya. Kita harus
mencintai budaya kita daripada budaya luar.
4.
Tahun
Pemuda GKPA tidak hanya sebuah pesta dan perayaan yang hanya dilaksanakan
sekali dan tidak bekelanjutan. Usai pesta maka usailah semua kegiatan. Tahun
Pemuda bukan berarti hanya tahun ini saja pemuda mau berkarya tetapi pemuda
harus berkarya sepanjang hidup. Hindari pemuda yang berkarya seperti pisang,
yang setelah berbuah maka dia ditebang dan mati. Kongres bisa saja usai, namun
pemuda tidak akan berhenti berkarya walau kongres sudah usai dilaksanakan.
Pemuda GKPA harus bangkit menghadapi tantangan zaman ini. Bangkit berarti dia
berdiri dan berjalan melawan dengan karya nyata. Pemuda ikut aktif dalam menumbuhkan
dan mengembangkan Gereja dan pelayanan. GKPA bisa bertumbuh hingga saat ini
sangat besar ditopang oleh pemuda GKPA di berbagai tempat. Karena itu, marilah
pemuda GKPA tunjukkan kemampuanmu untuk membangun Tubuh Kristus di dunia ini
melalui GKPA.
* Penulis adalah pendeta GKPA yang sedang menjalani studi lanjutan
Program Pascasarjana Doktoral Teologi di UKDW Yogyakarta.
|
BLOG INI BERSIFAT TERBUKA UNTUK DIKOMENTARI DAN DIKRITISI DEMI KEMAJUAN WAWASAN BERPIKIR, DAN BERTEOLOGI MASA KINI
Jumat, 23 Januari 2015
TAHUN PEMUDA MEMBANGKITKAN PEMUDA GKPA MENGEMBANGKAN PELAYANAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar