Jumat, 23 Januari 2015

Hatorangan ni Sibasaon Minggu 8 Pebruari 2015 : 1 Korintus 9: 16-23

widgeo.net


Hatorangan ni Sibasaon

TUHAN MEMBERI KEKUATAN
KEPADA YANG LELAH


                    Jamita : Yesaya 40: 21-31                            Sibasaon : 1 Korintus 9: 16-23
                     Minggu 8 Pebruari 2015                                      Minggu Sexagesma








1.      Jika seorang percaya (Kristen) didorong dan diperintahkan untuk memberitakan Injil namun malas, biasanya alasan yang sering kita dengar adalah:
a.       Hal itu bukan tugas saya, melainkan tugas pendeta, penginjil, dan hamba Tuhan saja
b.      Saya tidak sekolah Alkitab di Seminari sehingga tidak punya pengetahuan tentang Alkitab
c.       Saya sibuk dan hanya ingin menjadi jemaat biasa saja
d.      Saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan, anak istri lalu menginjil ke pedalaman atau tempat lain
e.       Saya tidak terpanggil untuk itu lagi pula tidak ada gaji menetap yang maksimal ke masa depan
f.       Saya tidak berbakat untuk menginjil atau tidak punya karunia penginjilan, dan lain-lain
Ada banyak alasan yang dapat kita berikan supaya tidak memberitakan Injil, namun jika membaca Firman Tuhan di atas maka kita perlu memberitakan Injil.
2.      Motivasi atau dorongan Rasul Paulus memberitakan Injil adalah keyakinan yang kokoh. Keyakinan yang kokoh itu upahnya adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Itulah yang dilakukan Rasul Paulus memberitakan Injil, Rm. 1:16 dan bagaimanakah ia memandang pemberitakan Injil yang disampaikannya di ay. 16-17. Sikap yang dimiliki Rasul Paulus ini sangat benar sehingga Injil dapat diberitakan menurut ay. 18-19. Dinamika dan sikapnya juga di dalam memberitakan Injil sangat kokoh dan bersinergi terlihat dari caranya ia mengatasi kesulitan dalam memberitakan Injil tersebut,  20-23. Jika saudara dan saya memahami Injil sebagai kekuatan Allah, rasa tanggung jawab untuk memberitakannya seperti yang Paulus miliki, tentunya fokus kepada komitmen memberitakan Injil dan menjadi saksi bagi-Nya.
3.      Pemberitaan Injil tidak dapat dipisahkan dari hati yang dipenuhi dengan kasih Kristus. Kasih Kristuslah yang mula-mula telah merangkul kita, sehingga dalam kobaran kasih ilahi itulah yang juga memampukan kita untuk rela berkorban merangkul orang lain dengan tulus, menerima mereka apa adanya. Kegagalan kita mengasihi dengan tulus dan penuh kesabaran dan pengampunan menjadi faktor utama kegagalan kita mengubahkan orang lain. Karena itu melakukan kobaran kasih kepada yang lain, kepada segala mahluk, Mrk. 16: 15, adalah memberitakan Injil Sukacita.
4.      Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil. 1 Korintus 9 : 18. Tiap minggu, seorang perangkai bunga menyiapkan rangkaian bunga untuk di pajang di altar. Gereja hanya memberinya dana sedikit. Tidak jarang ia harus menombok demi mendapat bunga terbaik. Tak heran, rangkaian bunganya selalu tanpa elegan dan berselerah tinggi. Dari sudut bisnis ia rugi. Dengan dana minim, buat apa bersusah payah? Namun, baginya ini sebuah pengabdian, bukan pekerjaan. Rangkaian bungannya adalah persembahan, bukan sekedar barang jualan.

5.      Dalam bekerja, umumnya orang mementingkan hak. Kerja keras harus dibayar dengan upah yang pantas dan aneka fasilitas. Pengambdian lebih dari itu. Melibatkan loyalitas dan pengorbanan. Rasul Paulus contohnya. Ketika memberitakan Injil, ia tidak mau bergantung kepada orang lain, meski biasanya jemaat mendukung penghidupan para rasul. Uang yang menjadi haknya tidak di ambil karena ia tidak mau membebani jemaat. Akibatnya ia harus berjualan tenda sebagai usaha sampingan. Repot, Namun, semua itu di jalani dengan sukacita. Sedikitpun tidak merasa di terpaksa. Paulus tidak hitung-hitungan karena ia memandang pekerjaannya adalah pengabdian.
6.      Pada zaman modern ini, Kata "mengabdi" kian menjadi uang. Para pebisnis berusaha mendapat untung maksimal dengan upaya minimal. Karyawan kerap menuntut kenaikan upah dan fasilitas, tetapi bekerja tanpa loyalitas. Pelayanan di gereja pun kerap dilakukan orang ala kadarnya, tanpa pengorbanan. Andai kita memandang pekerjaan itu sebagai kesempatan dan berkat, seperti Paulus, pasti cara kita bekerja akab berbeda. Dengan sepenuh hati. seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia. Pekerjaan yang di lakukan sepenuh hati, Memberi kepuasan lebih dari sekedar menerima gaji.
7.      Beberapa nasihat supaya kita dapat melakukan pekerjaan memberitakan Injil untuk  memenangkan jiwa dengan bijaksana yaitu:
a.       Jangan bertanya kepada orang itu apakah ia sudah selamat
b.      Jangan mengatakan kepadanya bahwa ia mestinya bertobat atau ia akan pergi ke neraka
c.       Berilah kepadanya Firman Tuhan, maka oleh kuasa Firman Tuhan ia akan bertobat
d.      Berlakulah dan berbicaralah dengan sopan santun dan lemah lembut, jadilah cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati
e.       Jangalah berdebat atau bertengkar, jawablah pertanyaannya dengan Firman Tuhan
f.       Tunjukkan kepadanya ketetapan dan keyakinan hatimu, tetapi jangan memaksa
g.      Kalau ada sesuatu pertanyaan yang engkau tak dapat menjawabnya, akuilah kesulitan itu. Jangan mau menang sendiri saja, jangan sombong.
8.      Untuk menjadi penginjil itu berarti menjadi seorang pemenang jiwa yang berhasil, Baca: Roma 8:35-39, 12:11, 2 Tesalonika 3:10, 1 Korintus 1:30. Ada banyak orang yang bersaksi tentang Kristus dengan menyebarkan traktat-traktat dan mengundang jiwa-jiwa datang pada Tuhan, tetapi sedikit sekali yang berhasil sekali dalam pekerjaannya. Apakah sebabnya? Sebabnya mereka tidak memiliki sifat yang tertentu yang harus ada pada seorang pemenang jiwa. Marilah kita periksa apa yang Firman Tuhan katakan tentang hal ini:
a.       Seorang jiwa bukan saja mesti bersaksi tentang Kristus, tetapi ia harus memiliki Kristus dalam kehidupannya sendiri
b.      Seorang pemenang jiwa harus berkemenangan jiwa dan berkelimpahan kasih Kristus (Roma 8:35-39)
c.       Seorang pemenang jiwa harus mempunyai hikmat Allah (1 Korintus 1:30)
d.      Seorang pemenang jiwa harus waspada senantiasa dan rajin dalam pelayanan pekerjaan (2 Tesalonika 3:10, Roma 12:11)

Maka perlu direnungkan, Adakah saudara dan saya selama ini telah menjadi alat-Nya yang efektif? Rindukah kita  dipakai Allah untuk menjangkau jiwa-jiwa?

9.      Ada banyak kesalahan yang dibuat dalam pekerjaan memenangkan jiwa. Sudah terbukti bahwa seringkali jiwa-jiwa yang kita ajak bicara tidak menerima kesaksian atau undangan kita, oleh karena sikap kita yang salah. Ada waktu pula kita terlalu tergesa-gesa sehingga menjalankan paksaan terhadap jiwa-jiwa itu. Beberapa nasihat dan petunjuk yang harus diperhatikan dan dijalankan oleh tiap-tiap pemenang.

a.       Bilamana jiwa itu kita mau menangkan sedang berbicara dengan lain orang atau sedang repot dengan suatu pekerjaannya, janganlah mengganggu pekerjaanya
b.      Sebelum mendatangi seorang jiwa pandanglah kepada Tuhan, berdoalah minta pimpinan dan pertolongan Roh Kudus, supaya Tuhan menerangi jalanmu
c.       Sedapat mungkin bicaralah dengan seorang jiwa pada suatu tempat yang tidak terganggu
d.      Setelah engkau saksikan keselamatan yang ada di dalam Yesus Kristus kepada seorang jiwa, berdoalah di dalam hatimu supaya Roh Kudus yakinkan jiwa itu tentang kebenaran yang engkau telah kabarkan (Yohanes 16:7-11)

Nasihat dan beberapa petunjuk yang harus diperhatikan dan dijalankan oleh tiap-tiap pemenang jiwa:

a.       Ajaklah jiwa-jiwa itu selalu meminta Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhannya (Yohanes 1:12, ROma 10:9-10). Katakanlah hidup kekal itulah yang ia perlukan (Yohanes 14:6)
b.      Jika saatnya belum datang untuk membawa dia kepada Kristus, janganlah memaksa dia
c.       Dalam menghadapi tiap-tiap jiwa, bilamana kita tidak berhasil untuk memenangkan dia, selidikilah sebab-sebab kegagalan kita.
d.      Selalu berlaku manis budi, hormat, sopan santun dan lemah lembut terhadap semua orang yang belum kenal kepada Tuhan (Roma 12:18)

10.  Menurut Kisah Rasul 1:8, setiap orang percaya dapat menjadi saksi bagi Kristus. Saudara akan menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi. Kalau dikatakan ujung bumi itu berarti tempat di mana kita sekarang ini sekarang berdiri, tinggal, hidup, bekerja dan beraktivitas. Sehingga ada terjadi dinamika kehidupan jemaat dalam kehidupan rohaninya, juga mengalami sambutan dengan keraguan yang sama. Namun baiklah kita melihat ke dalam kehidupan nyata dalam misi Kristen di tengah pemberitaan Injil ke dalam maupun ke luar. Istilah lebar, panjang, tinggi dan dalam mengemuka dalam pemberitaan Injil pada awal abad pertama hingga abad pertengahan. John Stott memberi komentar yang menarik tentang hal ini: “Kasih Kristus demikian lebar sehingga meliputi semua etnis manusia, demikian panjang sehingga bertahan hingga kekekalan, demikian dalam sehingga menjangkau orang yang paling berdosa, demikian tinggi sehingga meninggikannya ke surga”. Inilah konsep awal dan move on cara ke-Kristenan dalam pemberitaan Injil. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya. Amin.

Pdt. Benni Maklianto Siregar, M.Th.
GKPA Palembang











Tidak ada komentar:

Posting Komentar