1. Jika seorang percaya
(Kristen) didorong dan diperintahkan untuk memberitakan Injil namun malas,
biasanya alasan yang sering kita dengar adalah:
a.
Hal itu bukan tugas saya, melainkan tugas pendeta, penginjil, dan
hamba Tuhan saja
b.
Saya tidak sekolah Alkitab di Seminari sehingga tidak punya
pengetahuan tentang Alkitab
c.
Saya sibuk dan hanya ingin menjadi jemaat biasa saja
d.
Saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan, anak istri lalu menginjil
ke pedalaman atau tempat lain
e.
Saya tidak terpanggil untuk itu lagi pula tidak ada gaji menetap
yang maksimal ke masa depan
f.
Saya tidak berbakat untuk menginjil atau tidak punya karunia
penginjilan, dan lain-lain
Ada banyak alasan yang
dapat kita berikan supaya tidak memberitakan Injil, namun jika membaca Firman
Tuhan di atas maka kita perlu memberitakan Injil.
2.
Motivasi atau dorongan Rasul Paulus memberitakan Injil adalah
keyakinan yang kokoh. Keyakinan yang kokoh itu upahnya adalah kekuatan Allah
yang menyelamatkan. Itulah yang dilakukan Rasul Paulus memberitakan Injil, Rm.
1:16 dan bagaimanakah ia memandang pemberitakan Injil yang disampaikannya di
ay. 16-17. Sikap yang dimiliki Rasul Paulus ini sangat benar sehingga Injil
dapat diberitakan menurut
ay. 18-19. Dinamika dan sikapnya juga di dalam memberitakan Injil sangat kokoh
dan bersinergi terlihat dari caranya ia mengatasi kesulitan dalam memberitakan
Injil tersebut, 20-23. Jika saudara dan
saya memahami Injil sebagai kekuatan Allah, rasa tanggung jawab untuk
memberitakannya seperti yang Paulus miliki, tentunya fokus kepada komitmen
memberitakan Injil dan menjadi saksi bagi-Nya.
3.
Pemberitaan Injil
tidak dapat dipisahkan dari hati yang dipenuhi dengan kasih Kristus. Kasih
Kristuslah yang mula-mula telah merangkul kita, sehingga dalam kobaran kasih
ilahi itulah yang juga memampukan kita untuk rela berkorban merangkul orang lain dengan tulus, menerima mereka
apa adanya. Kegagalan kita mengasihi dengan tulus dan penuh kesabaran dan
pengampunan menjadi faktor utama kegagalan kita mengubahkan orang lain. Karena
itu melakukan kobaran kasih kepada yang lain, kepada segala mahluk, Mrk. 16:
15, adalah memberitakan Injil Sukacita.
4. Kalau
demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil
tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil. 1
Korintus 9 : 18. Tiap minggu, seorang perangkai bunga menyiapkan rangkaian
bunga untuk di pajang di altar. Gereja hanya memberinya dana sedikit. Tidak
jarang ia harus menombok demi mendapat bunga terbaik. Tak heran, rangkaian
bunganya selalu tanpa elegan dan berselerah tinggi. Dari sudut bisnis ia rugi.
Dengan dana minim, buat apa bersusah payah? Namun, baginya ini sebuah
pengabdian, bukan pekerjaan. Rangkaian bungannya adalah persembahan, bukan
sekedar barang jualan.
5. Dalam
bekerja, umumnya orang mementingkan hak. Kerja keras harus dibayar dengan upah
yang pantas dan aneka fasilitas. Pengambdian lebih dari itu. Melibatkan
loyalitas dan pengorbanan. Rasul Paulus contohnya. Ketika memberitakan Injil,
ia tidak mau bergantung kepada orang lain, meski biasanya jemaat mendukung
penghidupan para rasul. Uang yang menjadi haknya tidak di ambil karena ia tidak
mau membebani jemaat. Akibatnya ia harus berjualan tenda sebagai usaha
sampingan. Repot, Namun, semua itu di jalani dengan sukacita. Sedikitpun tidak
merasa di terpaksa. Paulus tidak hitung-hitungan karena ia memandang pekerjaannya
adalah pengabdian.
6. Pada
zaman modern ini, Kata "mengabdi" kian menjadi uang. Para pebisnis
berusaha mendapat untung maksimal dengan upaya minimal. Karyawan kerap menuntut
kenaikan upah dan fasilitas, tetapi bekerja tanpa loyalitas. Pelayanan di gereja
pun kerap dilakukan orang ala kadarnya, tanpa pengorbanan. Andai kita memandang
pekerjaan itu sebagai kesempatan dan berkat, seperti Paulus, pasti cara kita
bekerja akab berbeda. Dengan sepenuh hati. seperti untuk Tuhan, bukan untuk
manusia. Pekerjaan yang di lakukan sepenuh hati, Memberi kepuasan lebih dari
sekedar menerima gaji.
7. Beberapa nasihat supaya
kita dapat melakukan pekerjaan memberitakan Injil untuk memenangkan jiwa dengan bijaksana yaitu:
a.
Jangan bertanya kepada orang itu apakah ia sudah selamat
b.
Jangan mengatakan kepadanya bahwa ia mestinya bertobat atau ia
akan pergi ke neraka
c.
Berilah kepadanya Firman Tuhan, maka oleh kuasa Firman Tuhan ia
akan bertobat
d.
Berlakulah dan berbicaralah dengan sopan santun dan lemah lembut,
jadilah cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati
e.
Jangalah berdebat atau bertengkar, jawablah pertanyaannya dengan
Firman Tuhan
f.
Tunjukkan kepadanya ketetapan dan keyakinan hatimu, tetapi jangan
memaksa
g. Kalau ada sesuatu
pertanyaan yang engkau tak dapat menjawabnya, akuilah kesulitan itu. Jangan mau menang sendiri saja,
jangan sombong.
8. Untuk
menjadi penginjil itu berarti menjadi seorang pemenang jiwa yang berhasil, Baca: Roma 8:35-39, 12:11, 2
Tesalonika 3:10, 1 Korintus 1:30. Ada banyak orang yang bersaksi tentang
Kristus dengan menyebarkan traktat-traktat dan mengundang jiwa-jiwa datang pada
Tuhan, tetapi sedikit sekali yang berhasil sekali dalam pekerjaannya. Apakah
sebabnya? Sebabnya mereka tidak memiliki sifat yang tertentu yang harus ada
pada seorang pemenang jiwa. Marilah kita periksa apa yang Firman Tuhan
katakan tentang hal ini:
a. Seorang jiwa bukan saja mesti
bersaksi tentang Kristus, tetapi ia harus memiliki Kristus dalam kehidupannya
sendiri
b. Seorang pemenang jiwa harus
berkemenangan jiwa dan berkelimpahan kasih Kristus (Roma 8:35-39)
c. Seorang pemenang jiwa harus
mempunyai hikmat Allah (1 Korintus 1:30)
d. Seorang pemenang jiwa harus waspada
senantiasa dan rajin dalam pelayanan pekerjaan (2 Tesalonika 3:10, Roma 12:11)
Maka perlu direnungkan, Adakah saudara dan saya selama ini telah menjadi alat-Nya
yang efektif? Rindukah kita dipakai Allah untuk menjangkau jiwa-jiwa?
9.
Ada banyak kesalahan yang dibuat dalam pekerjaan memenangkan jiwa.
Sudah terbukti bahwa seringkali jiwa-jiwa yang kita ajak bicara tidak menerima
kesaksian atau undangan kita, oleh karena sikap kita yang salah. Ada waktu pula
kita terlalu tergesa-gesa sehingga menjalankan paksaan terhadap jiwa-jiwa itu.
Beberapa nasihat dan petunjuk yang harus diperhatikan dan dijalankan oleh
tiap-tiap pemenang.
a.
Bilamana jiwa itu kita mau menangkan sedang berbicara dengan lain
orang atau sedang repot dengan suatu pekerjaannya, janganlah mengganggu
pekerjaanya
b.
Sebelum mendatangi seorang jiwa pandanglah kepada Tuhan, berdoalah
minta pimpinan dan pertolongan Roh Kudus, supaya Tuhan menerangi jalanmu
c.
Sedapat mungkin bicaralah dengan seorang jiwa pada suatu tempat
yang tidak terganggu
d.
Setelah engkau saksikan keselamatan yang ada di dalam Yesus
Kristus kepada seorang jiwa, berdoalah di dalam hatimu supaya Roh Kudus
yakinkan jiwa itu tentang kebenaran yang engkau telah kabarkan (Yohanes
16:7-11)
Nasihat dan beberapa petunjuk yang harus
diperhatikan dan dijalankan oleh tiap-tiap pemenang jiwa:
a.
Ajaklah jiwa-jiwa itu selalu meminta Tuhan Yesus Kristus sebagai
Juruselamat dan Tuhannya (Yohanes 1:12, ROma 10:9-10). Katakanlah hidup kekal
itulah yang ia perlukan (Yohanes 14:6)
b.
Jika saatnya belum datang untuk membawa dia kepada Kristus,
janganlah memaksa dia
c.
Dalam menghadapi tiap-tiap jiwa, bilamana kita tidak berhasil
untuk memenangkan dia, selidikilah sebab-sebab kegagalan kita.
d.
Selalu berlaku manis budi, hormat, sopan santun dan lemah lembut
terhadap semua orang yang belum kenal kepada Tuhan (Roma 12:18)
10. Menurut Kisah Rasul 1:8, setiap orang percaya dapat
menjadi saksi bagi Kristus. Saudara akan menjadi saksi-Nya sampai ke ujung
bumi. Kalau dikatakan ujung bumi itu berarti tempat di mana kita sekarang ini
sekarang berdiri, tinggal, hidup, bekerja dan beraktivitas. Sehingga ada terjadi dinamika kehidupan jemaat dalam kehidupan rohaninya,
juga mengalami sambutan dengan keraguan yang sama. Namun baiklah kita melihat
ke dalam kehidupan nyata dalam misi Kristen di tengah pemberitaan Injil ke
dalam maupun ke luar. Istilah lebar, panjang, tinggi dan dalam mengemuka dalam
pemberitaan Injil pada awal abad pertama hingga abad pertengahan. John Stott
memberi komentar yang menarik tentang hal ini: “Kasih Kristus demikian lebar
sehingga meliputi semua etnis manusia, demikian panjang sehingga bertahan
hingga kekekalan, demikian dalam sehingga menjangkau orang yang paling berdosa,
demikian tinggi sehingga meninggikannya ke surga”. Inilah konsep awal dan move
on cara ke-Kristenan dalam pemberitaan Injil. Segala sesuatu ini aku lakukan
karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya. Amin.
Pdt. Benni
Maklianto Siregar, M.Th.
GKPA Palembang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar