Jumat, 23 Januari 2015

Hatorangan ni Sibasaon Minggu, 29 Maret 2015 : Mazmur 69:1 - 20

widgeo.net


Pendahuluan
Di dalam dunia kita menyaksikan dan mengalami sendiri berbagai penderitaan. Ada penderitaan yang terjadi karena seseorang melakukan kesalahan dan dosa, namun ada pula orang yang menderita justru karena membela dan melakukan kebenaran. Sesuatu yang janggal? Tidak juga. Di mana kebenaran ditegakkan, di situ pula kejahatan menghadang. Pengalaman seperti itu dialami oieh pemazmur. Ia menyatakan bahwa karena Allah ia telah menanggung cela, dan cintanya bagi rumah Allah menghanguskan dirinya. Kesesakan yang menyerbu hidup pemazmur digambarkan dengan sangat dahsyat, bak orang yang tenggelam ke dalam sheol (dunia orang mati). Ia terasing dari hidupnya sendiri dan berada dalam ketidakberdayaan ketika marabahaya melingkupinya. Ada juga orang-orang yang begitu membenci dia tanpa alasan dan ingin menghabisi nyawanya, dan ia pun "mati" secara sosial karena dikucilkan dari masyarakat serta keluarganya sendiri.

Di sini seorang yang sangat putus asa sedang meratapi keadaannya. Penindasan atas dirinya dipandang sebagai akibat dari keyakinan agamanya. Dengan menggebu-gebu dia memohon pembalasan terhadap para penganiayanya. Keadaan pikirannya yang cemas telah membuat suasana kejiwaannya sering berubah. Tetapi, keputusasaannya berubah menjadi kemenangan dan keluhannya menjadi puji-pujian, sesudah dia menyuarakan segala perasaan di dalam batinnya.

Penjelasan Teks
a.      Ayat 1-6
Keluhannya yang Pokok. Selamatkanlah aku ... aku tenggelam ke dalam rawa yang dalam. Melalui sebuah frasa singkat pemazmur berseru meminta pertolongan, lalu dia menggambarkan keadaannya. Kata-kata air, rawa, air yang dalam, dan gelombang pasang, dipakai untuk memperlihatkan penderitaannya yang amat sangat Musuh-musuhnya banyak, penuh kebencian dan sangat kuat. Dia sungguh memperhatikan agar cela yang menimpanya tidak merugikan orang-orang saleh lainnya, yang melihat dirinya sebagai contoh.

b.     Ayat 7-12
Sebab yang Pokok. Sebab oleh karena Engkaulah. Kesetiaannya, kesungguhannya, dan semangat militannyalah yang telah membuat dia menderita. Kelihatannya dia telah berjuang menentang bentuk-bentuk ekspresi keagamaan yang liberal dan populer pada zamannya. Karena itu semua, dia menjadi sasaran olok-olok masyarakat dan lelucon para pemabuk.   
c.      Ayat 13 – 18
Permohonan yang Makin lntensif. Aku berdoa kepada-Mu. Melalui permohonan singkat dan cepat dia meminta kelepasan dan pembenaran. Keluhannya yang terdahulu diulangi, tetapi menjadi hal yang kurang penting dibanding permohonannya agar segera ditolong.

d.   Ayat 19-20
Kutuk yang Tajam. Tumpahkanlah amarah-Mu ke atas mereka. Permohonan-permohonan agar Allah melakukan pembalasan ini didasarkan pada ikut sertanya Allah dalam kemarahan sengit pemazmur. Mereka adalah musuh-musuh Allah, juga musuh-musuhnya. Kemarahan yang sengit ini mencapai puncaknya pada seruan agar mereka dihapuskan dari buku kehidupan (bdg. Kel 32:32; Flp 4:3; Why 13:8; 20:15). Para penulis lnjil mungkin mengenal betul ayat Mzm 69:21 ketika mereka melukiskan kesengsaraan Kristus (Mat 27:34; Mrk 15:23; Yoh 19:29).

Penutup
Penderitaan, dalam terang Alkitab adalah senjata Allah menangguhkan iman (lih. Roma 5:3-5; 1 Pet 1:6-7). Dalam hal pemazmur, penderitaan membuat dia rindu akan pemulihan rohani yang bukan untuk kepentingan sendiri, tetapi kepentingan orang lain. Ia mengharapkan pelepasan supaya orang beriman lainnya tidak tawar hati. Namun berkat terindah dari menanggung cela karena Allah ialah penegasan iman kepada perkenan Allah, kasih setia-Nya, dan pertolongan-Nya. Irama sumbang para pengejeknya kini menyingkir menjadi latarbelakang yang tak berarti. Orang yang menderita ini masuk ke dalam hadirat kasih anugerah Allah yang ajaib. Kepada Allah, ia mempertaruhkan kasusnya. Dari Allah, ia beroleh peluputan yang mengalir semata dari anugerah perjanjian Allah yang terpercaya! Ketika kita melihat ke dalam kehidupan pemazmur, apakah kita dapat memahami perasaan dan situasi yang sedang dialaminya? Mazmur ini merupakan kekuatan bagi mereka yang rela menderita bagi Allah, namun akan terasa sangat asing bagi mereka yang tidak pernah menyadari bahwa mencintai Allah adalah sebuah perjuangan yang berat

Bila kita telah memiliki empati terhadap kondisi pemazmur, barulah kita dapat memohon bersamanya kepada Allah, untuk dibebaskan dari musuh-musuh kebenaran. Kita diajak untuk mengamini kasih setia Allah bagi orang-orang yang menantikan dan mencari Dia. Dengan demikian, orang-orang yang mengasihi Tuhan dan menderita bagi-Nya paling tidak perlu belajar dua hal dari pemazmur. Pertama, Mengakui ketidakberdayaan dirinya dalam menghadapi penderitaan karena mencintai Tuhan dan kedua, Mengingat rakhmat Tuhan yang senantiasa memberikan penebusan bagi mereka yang dalam kesesakan.

Pdt. Sofian M. Pane, S.Th


Tidak ada komentar:

Posting Komentar