Jumat, 23 Januari 2015

JAMITA MINGGU, 8 PEBRUARI 2015: Yesaya 40: 21-31

widgeo.net

1.        Kitab Yesaya 40:30-13 merupakan khotbah penghiburan bagi umat Israel yang dibuang ke Babel antara tahun 598 dan 582 SM. Di mana pada masa itu umat mengalami kekecewaan dan keputusasaan yang mendalam. Karena Tuhan yang mereka imani dari sejak dahulu kala ternyata telah dikalahkan oleh dewa Babel. Mereka merasa bahwa Tuhan telah mengabaikan, membiarkan dan meninggalkan umatNya di saat mengalami penderitaan dan penindasan yang dilakukan oleh para penguasa Babel.[1] Jika kita bandingkan oleh penulis kitab Yeremia 52:28-30 memberikan informasi, bahwa ada 4.600 orang Yehuda yang dibuang ke Babel. Kemungkinan yang dihitung hanyalah kaum pria. Karena itu, mungkin jumlah umat Tuhan yang ada di pembuangan di Babel mencapai sekitar 15-20 ribu orang. Babel berpusat di sungai Tigris dan Eufrat (yang kini lokasi tersebut ada di Irak).
2.        Kerja paksa (rodi) seolah telah menjadi rutinitas hidup sehari-hari umat Tuhan di Babel. Berbagai bentuk penyiksaan dan perlakuan kasar yang dilakukan para penguasa Babel seakan tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Ratapan menahan berbagai penderitaan dan perlakuan kasar telah mereka serukan kepada Tuhan. Namun Tuhan tak kunjung datang untuk menolong mereka. Klimaks dari kekecewaan dan keputusasaan pecah ketika mereka mempertanyakan tentang keberadaan Tuhan. Ekspresi kekecewaan dan keputusasaan itu terlihat jelas dalam Yesaya 40:27, yakni: “Hidupku tersembunyi dari Tuhan, dan hakku tidak diperhatikan Allahku”, Yes. 40:27.
3.        Dalam situasi dan kondisi yang tidak setabil itulah nabi, yang juga ikut dibuang ke Babel menyadari, bahwa pembuangan yang dialami umat Israel adalah karena ketidaksetiaan mereka kepada Tuhan. Sewaktu di Yerusalem, mereka sering mendua hati dan menghianati Tuhan dengan cara memberikan persembahan kepada para dewa di bukit-bukit pengorbanan. Dalam kesengsaraan yang dialami umat Israel, sang nabi yang tidak disebutkan namanya mengajak umat untuk menjadi pribadi yang kuat. Sang nabi mengajak umat untuk introspeksi diri masing-masing. Karena pembuangan yang mereka alami di Babel tidaklah lebih dari sebuah didikan Tuhan atas umat yang dikasihi-Nya. Karena itu ia selalu yakin, bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka seorang diri di dalam penderitaan itu. Melainkan, Tuhan selalu hadir dan menguatkan atau memberikan semangat baru kepada umat-Nya yang mulai putus asa dan tak berdaya (baca Yes. 40:29).
4.        Namun demikian, tidak semua umat menyadari kehadiran Tuhan dalam setiap penderitaan atau suka-duka yang mereka rasakan. Sehingga semangat hidup mereka melemah, cepat menyerah, putus asa, kecewa, dan bahkan telah meninggalkan Tuhan. Mereka itulah yang disebut, “orang-orang muda yang menjadi lelah dan lesu, dan taruna-taruna yang tersandung” pada ayat 30. Artinya, pengenalan mereka akan keberadaan Tuhan ternyata masih sangat dangkal (muda).
5.        Sebaliknya, mereka yang tetap setia menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru. Ini adalah anti klimaks yang meruntuhkan pernyataan bahwa “Tuhan itu tersembunyi” Yes.40:27. Dengan kata lain, hanya mereka yang tidak setia lah yang melihat, bahwa hukuman sebagai malapetaka yang mematikan. Tetapi tidak bagi mereka yang tetap setia. Karena umat yang tetap setia selalu melihat, bahwa di dalam setiap tantangan/ rintangan yang ada sebenarnya tersimpan kekuatan baru untuk menghadapi tantangan berikutnya. Karena itulah pada ayat 31 mereka diumpamakan sebagai “burung rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya”. Bahkan ditegaskan, bahwa mereka tidak akan menjadi lesu ketika berlari, dan tidak menjadi lelah saat berjalan. Semua itu adalah gambaran atas berkat-berkat yang diterima oleh orang-orang yang selalu setia kepada Tuhan. Walaupun sebenarnya hidup yang mereka jalani tidak mudah, melainkan berat, dan penuh dengan rintangan. Tetapi mereka yakin, bahwa Tuhan telah memberikan semangat juang dan mental seorang pemenang, yang tidak pernah menyerah saat menghadapi hidup yang sulit. Karena ia yakin, bahwa Tuhan selalu hadir dalam setiap langkah hidupnya.
6.        Bukankah hal serupa juga sering kita rasakan? Bakankah tidak jarang juga kita mempertanyakan keberadaan Tuhan dan meragukan kemahakuasaan-Nya di saat-saat sulit yang kita alami dalam hidup ini. Memang, semua itu adalah reaksi yang wajar dan manusiawi. Tetapi agak terlalu berlebihan jika kita harus mengukur kehendak Tuhan dengan kehendak manusia. Dengan kata lain, terimalah secara jujur, bahwa perjalanan hidup yang kita lalui bukanlah jalan yang mudah dan mulus. Melainkan ada banyak rintangan yang turut menghiasinya. Entah itu suka maupun duka, tangis maupun tawa, kesedihan maupun kebahagiaan, dan itulah hidup. Bahkan tak jarang kaki kita terantuk pada batu, terpeleset pada lubang, tergelincir dan jatuh karena kerikil-kerikil yang tajam dan tak terhindarkan. Yang paling parah lagi bila kita terbentur pada tembok.
7.        Akan tetapi, yang terpenting adalah apa yang harus kita lakukan saat menghadapinya? Apakah kita sudah siap menghadapinya? Atau apakah kita harus menyerah? Kita bisa saja menangis, meratap, mengeluh, marah-marah, dan yang lebih ekstrim lagi adalah nekat bunuh diri. Betapa tidak? Sering kita membaca surat kabar dengan berita-berita yang menyedihkan dan memilukan hati nurani. Beratnya beban hidup yang terus menekan dan menyumbat saluran pernapasan kita seolah menjadi alasan tunggal untuk mengakhiri semuanya dengan tragis. Seolah-olah tembok yang berdiri di depan kita terlalu kokoh untuk ditembus dan terlalu tinggi untuk dipanjat. Tebalnya kabut di depan sana seolah-oleh sama dengan tembok baja yang tak mungkin ditembus. Bukankah anggapan yang demikian yang ditanamkan oleh seorang pecundang atau penghianat? Tetapi tidak untuk seorang pemenang.
8.        Penulis kitab ini Yesaya 40:30-31 menggambarkan, bahwa seorang pemenang adalah seumpama rajawali yang terus naik terbang dengan kekuatan sayapnya. Dan itulah kekuatan yang diberikan Tuhan padanya untuk mengatasi setiap rintangan dan tantangan dalam hidupnya. Dengan kata lain, sebenarnya Tuhan telah memberikan kekuatan/ kemampuan kepada tiap-tiap orang untuk dapat mengatasi dan menaklukan setiap kesulitan, tantangan maupun rintangan dalam hidupnya. Penulis kitab Yesaya 40:30-13 sangat sadar bahwa hidup ini bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, melainkan sebuah rencana mulia dari Tuhan yang harus dijalani dengan kerja keras, dan semangat juang yang tinggi. Mengapa harus berjuang? Karena jalan hidup ini bukan jalan yang mudah. karena jika hidup ini menjadi mudah, maka sebenarnya kita tidak akan pernah mendapatkan apa-apa darinya, kecuali kekecewaan dan penyesalan.
9.        Penting untuk diketahui, bahwa kekecewaan dan penyesalan atas hidup sebenarnya hanya ada di dalam pribadi seorang pecundang/ pengecut. Dan itu adalah bukti ketidakyakinan mereka terhadap kemahakuasaan Tuhan. Padahal, jika kita yakin atas segala penyertaan-Nya, maka tak satupun sesuatu terjadi di luar pengamatan-Nya. Itulah sebabnya Tuhan ingin kita melakukan banyak hal penting secara dinamis dan yakin, bahwa di balik setiap kesulitan yang ada tersimpan suatu rencana Tuhan yang abadi. Saya selalu yakin, bahwa Tuhan tidak pernah memberikan berkatnya secara cuma-cuma untuk dinikmati seorang pemalas, kecuali kepada seorang pejuang dan rajin. Burung, semut dan binatang lainnya memang menuai dari hasil yang tidak mereka tanam, tetapi Tuhan tidak pernah menyodorkan makanan secara gratis di depan mereka. Melainkan mereka harus berjuang dan bekerja keras untuk mendapatkannya. Bahkan, mereka harus berhadapan dengan berbagai tantangan dan bahkan musuh yang siap memangsa mereka. Itulah harga sebuah perjuangan yang harus mereka bayar.
10.    Bukankah hal serupa juga berlaku bagi orang-orang yang percaya kepada Tuhan? Takut, kuatir dan gemetar adalah manusiawi, tetapi tidak berarti kita harus menghindar atau menyerah. Justru seharusnya di dalam ketakutan, kekuatiran dan kegemetaran itulah kesempatan kita memohon pertolongan dari Tuhan untuk menguatkan kita saat menghadapi berbagai rintangan hidup ini. Penulis kitab Yesaya mengatakan bahwa “orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru”, Yes. 40:31. Kata “menanti-nantikan” sama artinya dengan “kesetiaan pada Tuhan”. Itu adalah suatu pengharapan yang aktif dan dinamis bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan umat-Nya menghadapi segala kesulitan itu seorang diri. Melainkan terus menyertainya. Itulah jiwa dan mental yang memiliki seorang pemenang. Selalu ada harapan di balik ketiadaan harapan.
11.    Seorang pemenang selalu optimis dan yakin, bahwa pancing bukanlah alat satu-satunya untuk menangkap ikan di sungai/laut. Tetapi ada banyak cara dan alat lain yang dapat digunakan. Hanya saja tingkat kesulitannyalah yang berbeda. Itulah sebabnya mereka tidak pernah menyerah. Jiwa seorang pemenang selalu yakin, bahwa manusialah yang menutup pintu keberhasilan dan kebahagiaan hidupnya, bukan Tuhan. Mungkin, pintu depan, samping dan belakang tertutup rapat, tetapi sebenarnya tak terkunci. Kabut memang tebal di depan, tetapi itu bukan tembok baja yang tak dapat ditembus. Ada sebuah ungkapan berbunyi demikian: “The importan thing about a problem is not its solution, but the strenght we gain in finding solution.” Artinya, hal terpenting dari sebuah masalah bukanlah penyelesaiannya, tetapi kekuatan yang kita peroleh untuk mencari solusi. Satu hal lagi harus diingat, bahwa saat kita merasa tak ada harapan lagi, tetapi bagi Tuhan selalu ada harapan jika kita tetap percaya.
12.    Di satu sisi, musuh terkuat manusia bukan apa yang ada di luar dirinya, melainkan apa yang ada di dalam dirinya, yaitu: kemalasan, cepat menyerah, takut gagal, dan tidak yakin pada kekuatan yang telah Tuhan berikan padanya. Tetapi di sisi yang lain, sahabat dan kekuatan seorang pemenang sebenarnya juga ada pada dirinya, yakni: rajin, tekun, berani mencoba walaupun gagal, tidak gampang menyerah, dan selalu yakin atas kemampuan yang telah Tuhan berikan dalam hidupnya. Itulah senjata utama yang diberikan Tuhan kepada setiap orang yang percaya. Hanya saja tak semua orang dapat menggunakannya dengan baik, karena ia tidak pernah bertanya kepada Tuhan, apa gunanya dan bagaimana menggunakannya. Maka dari itu, relasi/ hubungan yang harmonis dan akrab bersama Tuhan adalah kunci utama manusia untuk membuka gembok-gembok pintu yang tertutup dengan rapat; jembatan penyebrangan dan jalan keluar yang tersembunyi bagi seorang pecundang.
13.    Banyak kisah dalam Alkitab yang menceritakan peristiwa kedatangan dan pertemuan dengan Tuhan Yesus mampu merubah kehidupan seseorang. Namun ada pula manusia yang berjumpa dengan Tuhan, tetapi tidak membawa pengaruh yang berarti dalam dirinya. Bukankah Tuhan terlalu besar untuk ditolak? Bukankah Tuhan terlalu besar untuk tidak menjadi sebuah inspirasi? Rasanya tidak mungkin bila Tuhan tidak dapat menjadi sebuah inspirasi. Namun, pada kenyataannya memang seperti itu. Tidak semua orang yang berjumpa dengan Tuhan mengalami perubahan, mereka hanya “memiliki” sedikit waktu untuk menghayati dan menumbuhkan hubungan dengan Allah. Sehingga banyak dari mereka yang hidupnya “datar-datar” saja, tidak merasakan perubahan apapun, tidak nampak kasih Allah dinyatakan bagi sesamannya. Dimana letak kekeliruannya? Apakah Tuhan bisa mengalami kegagalan juga? Ternyata kuncinya bukan pada perjumpaan tapi pada kesiapan hati untuk mengalami perubahan. Dengan perubahan itu maka hidup seseorang yang berjumpa dengan Tuhan memberi kekuatan.
14.    Bukan Tuhan yang gagal tapi manusia yang gagal memaknai perjumpaan dengan Tuhan. Manusialah yang mengeraskan hati dan tetap pada pendirian mereka. Mereka menganggap benar, yang memang membuat dirinya menjadi lelah, lemah, letih, lesu, bahkan lunglai. Orang Farisi dan Ahli Taurat contohnya. Mereka berjumpa dengan Yesus setiap hari, bahkan dalam setiap hari itu mereka dapat menemukan Yesus mengajar dengan penuh hikmat dan melakukan mujizat-mujizat, tapi apakah mereka berubah? Tidak. Alih-alih seorang perempuan Samaria yang baru pertama kali berjumpa dengan Yesus, ternyata dapat mengalami perubahan dalam seluruh hidupnya. Jadi bila kini kita belum mengalami perubahan, jangan cepat-cepat berkata: “Tuhan mujizatnya kurang nyata!” atau “ Tuhan berkatnya kurang banyak.” Tapi mari periksa dengan seksama kesiapan hati kita untuk berubah menjadi lebih baik, sehingga dari kelelahan, kemiskinan, keterpurukan, Tuhan berikan kekuatan.
15.    Kapan dan dalam peristiwa apakah pernah kita mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan? Perubahan apa pula kita alami ketika mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan Yesus? Apa yang menjadi jaminan bagi Israel bahwa janji pemulihan akan ditepati? Sekian lamanya Israel berada di pembuangan, terhina, dan tanpa daya. Bukankah ini merupakan bukti bahwa Allah mereka tidak berdaya melawan dewa bangsa Babel, yang menjajah mereka? Kalau dicermati dan mencoba mengalami ulang, ternyata pada peristiwa tersebut memberi kekuatan.
16.    Kelepasan dari pembuangan adalah bukti nyata bahwa sesungguhnya Allah Israel jauh lebih berkuasa dari-pada ilah-ilah bangsa kafir yang tak lebih daripada patung tuangan atau pahatan buatan manusia. Allah tidak dapat dibandingkan dengan apapun. Dia adalah Allah, Pencipta langit dan bumi. Benda-benda di langit pun adalah ciptaan-Nya, ay. 26. Segala sesuatu yang ada di alam ini adalah ciptaan-Nya, termasuk bangsa-bangsa besar seperti Babel. Bangsa Israel boleh merasa jeri dengan negara adikuasa seperti Babel, tetapi di mata Allah, Babel tak lebih daripada setetes air dalam timba atau sebutir debu pada neraca. Dalam sekejap, bila Allah menyatakan penghakiman-Nya, para penguasa dunia ini segera sirna, ay. 23-24.
17.    Allah yang adalah memberi kelepasan bagi Israel menjadi kekuatan. Selama 70 tahun yang membuat lelah hidup mereka Allah ubahkan. Allah seperti itulah yang memiliki Israel. Kalau begitu mengapa Israel merasa tidak diperhatikan Tuhan, ay. 27.  Pembuangan tidak membuktikan bahwa Allah tak berdaya. Pembuangan justru membuktikan bahwa Dia adalah Allah yang adil, yang membalaskan dosa dengan penghukuman. Allah tetap Allah yang kekal, yang kuasa-Nya tidak berubah, dan pengertian-Nya jauh melampaui akal manusia. Manakala Israel di pembuangan mengakui semua ini, mereka tidak perlu putus asa. Justru dengan berpaling kepada Dia dan mengakui sekali lagi kedaulatan-Nya, Israel akan dikuatkan dan diteguhkan. Mereka tidak akan kecewa mengharapkan Tuhan, ay. 31.
18.    Barangkali kita  sudah merasa sangat lelah secara emosi karena tidak ada tempat untuk berbagi. Permasalahan kita begitu besar sehingga mungkin kita yakin tak ada seorangpun dapat memahaminya. "Apakah Tuhan tidak melihat kalau aku diperlakukan dengan tidak adil?". Kita bertanya pada diri sendiri, "Apakah Tuhan tidak mengerti apa yang aku rasakan?". Kita semua, pada suatu waktu, akan mengalami keadaan seperti itu. Tetapi pada Yes. 40:27-31 menjanjikan kekuatan besar. Tuhan tidak pernah lelah! Bahkan, "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya", ay. 29. Sebagai tambahan, ayat 28 menjelaskan bahwa pengertian Tuhan tak dapat kita duga. Oleh karena itu kita dapat memiliki keyakinan bahwa Tuhan selalu mengerti pergumulan kita, serumit apa pun itu.
19.    Andaikan kekuatan dan pengertian Tuhan masih belum cukup, ay. 31 menceritakan kepada kita bahwa Ia bahkan menawarkan sesuatu yang lebih yaitu: bila kita mau menantikan Tuhan, Ia akan memberikan kita kekuatan baru sehingga kita dapat terbang seperti rajawali. Sungguh sangat menguatkan kita pada saat kita berada dalam keputusasaan yang dalam. Pada saat kita menghadapi kesulitan hidup, bayangkan kita bisa menerima kemampuan dari Tuhan untuk mengatasi segala kesulitan tersebut dengan anugerah dan kekuatan yang seumpama rajawali yang terbang tinggi. Kekuatan yang mengagumkan itu tersedia bagi setiap orang  pada hari ini juga jika mau menukar letih, lelah itu dengan pertolonganNya.
20.    Kepada kita tidak dipungut biaya apa pun untuk pertolongan tersebut. Cukup percayai Dia dan serahkan segala yang tampak tak ada harapan lagi kepadaNya. Ijinkan Dia memulihkan imanmuuntuk hari esok. Memasuki awal tahun ini, jangan menoleh kepada kegagalan-kegagala, jangan putus asa dengan keadaan sekarang. Lihatlah ke depan, di mana Tuhan menyediakan kekuatan maupun semangat baru untuk menghadapi tahun yang baru sudah dua bulan dijalani. Antusias. Kini timbul pertanyaan. Masalah apa yang sedang membuat hidup ini terkadang  meragukan Tuhan? Yesaya menyingkap adanya kekuatan yang sesungguhnya yang melampaui hidup dan kuasa manusia. Percayalah sekali lagi kepada Dia yang berdaulat di atas segala-galanya. Orang yang menantikan Tuhan tak akan kecewa. Mungkin Dia tidak menghapus semua beban berat itu. Namun yang pasti, Dia akan memberikan kekuatan-Nya pada kita  agar dapat bertahan dan menang! Dapat direnungkan bahwa upaya manusia menemukan Allah melalui alam semesta tidak pernah berhasil, karena Dia hanya menyatakan DiriNya secara sempurna melalui Yesus.
21.    Sekarang semakin jelas apa yang dikatakan oleh nabi Yesaya. Tahu, benar dan memaknai apa yang diberitakan mulanya. Kita semakin mengerti Allah adalah kekuatan kepada yang lelah dari sejak dasar bumi diletakkan, ay. 21. Supaya apa ? Tentunya menjadi pemenang seperti Rajawali yang terbang tinggi, kuat, kokoh, tahan, dan bertahan dari terpaan badai sekuat apapun itu. Maka ada harapan kita sebagai umat Tuhan yang telah dikuatkan dan tidak lelah lagi optimis akan menjadi kuat dan menjadi pemenang dengan 8 hal berikut:
a.    Lakukanlah banyak hal penting yang dapat kita lakukan, yang mendatangkan kebaikan bagi banyak orang. Rayakan dan nikmatilah hari-hari hidup ini dengan kasih yang tulus mesra bersama banyak orang yang kita kasihi, yang selalu menguatkan semangat kita saat hampir kendor, dan mengobati luka-luka batin kita, serta memberi pengharapan saat kita putus asa.
b.    Terimalah segala rintangan dan kesulitan hidup dengan pikiran yang positif. Yakinlah, bahwa semua itu terjadi bukan tanpa alasan, makna dan tujuan mulia atas hidup kita. Melainkan di dalamnya tersimpan suatu kekuatan baru, yang memampukan kita maju ke tahap kesulitan hidup berikutnya. Karena itu, jangan pernah meremehkan, mengabaikan, apalagi melupakan hal-hal kecil yang pernah terjadi dalam hidup kita. Sebab semuanya itu telah turut serta menghiasi perjalanan hidup kita.
c.    Tanamkanlah pemahaman, bahwa sebenarnya hidup ini bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, melainkan suatu rencana mulia yang telah dirancang dan diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang untuk terus diperjuangkan.
d.   Memiliki pengharapan yang teguh kepada Tuhan, karena hanya Dialah yang sanggup memampukan dan menguatkan kita untuk menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan hidup yang ada. Pengharapan itu melahirkan kesetiaan, yang terus menanti-nantikan TUHAN, dan kepada merekalah kekuatan baru itu diberikan. Sehingga mereka dapat mengatasi setiap kesulitan hidupnya. Karena itulah mereka diumpamakan seperti burung rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya. Bahkan ketika mereka berlari, namun tidak menjadi lesu, dan mereka berjalan, namun tidak menjadi lelah.
e.    Dengarkan suara-Nya melalui orang-orang yang dengan ketulusan hatinya mengasihi kita. Rasakan kelembutan belaian tangan-Nya melalui pertolongan banyak orang yang dengan rela mengorbankan banyak hal penting untuk hidup kita. Entah itu doa, uluran tangan, waktu, tenaga, pikiran, perasaan, atau moral maupun moril. Masih banyak lagi sarana yang dapat Tuhan pakai untuk menolong setiap orang yang percaya pada-Nya.
f.     Bersyukurlah atas banyak hal yang kita alami dalam hidup ini. Entah itu suka, maupun duka, tangis maupun tawa. Karena hanya dengan hati bersyukurlah segala beban hidup ini dapat ditanggung. Hati yang bersyukur adalah hati yang damai, dan kedamaian hati itu yang sering dijadikan Tuhan sebagai sara kesembuhan atas luka-luka batin kita, kekecewaan yang menekan hidup kita dan mengurangi segala beban hidup yang kita pikul. Melalui hati yang terus bersyukur juga Tuhan telah memberikan semangat hidup yang baru untuk kita bagikan kepada banyak orang.
g.    Jangan berdoa kepada Tuhan supaya hidup ini menjadi mudah. Tetapi berdoalah supaya kita menjadi pribadi yang lebih kuat untuk menghadapi segala bentuk kesulitan dan tantangan atas hidup kita. Mungkin di mata banyak orang segala kesulitan adalah musuh yang menakutkan, tetapi di mata seorang pemenang, semua itu adalah teman seperjuangan dalam menggapai impian yang mulia dari Tuhan.
h.    Jangan pernah menunda apalagi berhenti untuk melakukan kebaikan. Karena masih banyak orang yang membutuhkan pertolongan dan uluran tangan kita. Ingat! apa yang kita tabur itulah yang pasti kita tuai, Gal. 6: 7. Semua itu sangat membutuhkan kerja keras, semangat juang dan jiwa seorang pemenang. Kalau kita ingin menjalani hidup tanpa kerja keras, maka sebenarnya kita sama seperti seorang petani yang mengharapkan hasil panen besar tetapi ia sendiri tidak pernah menanam.

22.    Sekarang jika firman ini bertanya oleh Nabi Yesaya berucap, tidakkah kamu tahu? Jawablah, Tuhan sekarang aku sudah tahu. Tidakkah kamu dengar? Sudah aku dengar, ya Tuhan. Tidakkah diberitahukan kepadamu dari mulanya? Aku sudah mengimaninya. Tidakkah kamu mengerti dari sejak dasar bumi diletakkan? Sudah kurenungkan, kuhayati. Kuamalkan dan kuaminkan ya Tuhan. Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman! Disitulah aku hidup dan akan memperbaharui kekuatanku yang hanya oleh Yesus. Kekuatan kita jadi baru, bukan kekuatan sendiri, tetapi kekuatan dari Allah. Misalnya waktu Daud  menghadapi Goliat, Simson menghadapi singa atau musuh lain, ia menunggu Roh Kudus turun atasnya. juga Daniel, Elia, Elisa dan lain-lain. Bisa menunggu dan mendengar suara Tuhan dan taat, itu membuat kita menjadi luar biasa. Tuhan memberi kekuatan kepada yang lelah. Orang biasa menjadi luar biasa. Tuhan memberkati. Amin.


Pdt. Benni Maklianto Siregar, M.Th.
GKPA Palembang


[1]    Orang-orang buangan terdiri dari kaum bangsawan, ahli-ahli bangunan, orang-orang kaya, pintar/terpelajar, imam-imam dan pegawai tinggi umat Israel. Mereka memang diberi kebebasan untuk tinggal di sana, membuat rumah, berdagang, memelihara agama dan tradisi nenek moyang mereka. Tetapi mereka harus menjalankan kerja rodi/paksa oleh penguasa-penguasa Babel untuk membangun kota Babel. Tidak hanya sebatas kerja rodi, tetapi mereka juga sering mendapat perlakuan kasar dari para penguasa Babel. Bnd. Marie-Claire Barth, Tafsiran Alkitab: Kitab Nabi Yesaya Pasal 40-55, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983, 11.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar