1.
Kitab Yesaya 40:30-13 merupakan khotbah
penghiburan bagi umat Israel yang dibuang ke Babel antara tahun 598 dan 582 SM.
Di mana pada masa itu umat mengalami kekecewaan dan keputusasaan yang mendalam.
Karena Tuhan yang mereka imani dari sejak dahulu kala ternyata telah dikalahkan
oleh dewa Babel. Mereka merasa bahwa Tuhan telah mengabaikan, membiarkan dan
meninggalkan umatNya di saat mengalami penderitaan dan penindasan yang
dilakukan oleh para penguasa Babel.[1]
Jika kita bandingkan oleh penulis kitab Yeremia 52:28-30 memberikan informasi,
bahwa ada 4.600 orang Yehuda yang dibuang ke Babel. Kemungkinan yang dihitung
hanyalah kaum pria. Karena itu, mungkin jumlah umat Tuhan yang ada di
pembuangan di Babel mencapai sekitar 15-20 ribu orang. Babel berpusat di sungai
Tigris dan Eufrat (yang kini lokasi
tersebut ada di Irak).
2.
Kerja paksa (rodi) seolah telah menjadi
rutinitas hidup sehari-hari umat Tuhan di Babel. Berbagai bentuk penyiksaan dan
perlakuan kasar yang dilakukan para penguasa Babel seakan tak terpisahkan dari
kehidupan mereka. Ratapan menahan berbagai penderitaan dan perlakuan kasar
telah mereka serukan kepada Tuhan. Namun Tuhan tak kunjung datang untuk
menolong mereka. Klimaks dari kekecewaan dan keputusasaan pecah ketika mereka
mempertanyakan tentang keberadaan Tuhan. Ekspresi kekecewaan dan keputusasaan
itu terlihat jelas dalam Yesaya 40:27, yakni: “Hidupku tersembunyi dari Tuhan, dan hakku tidak diperhatikan Allahku”,
Yes. 40:27.
3.
Dalam situasi dan kondisi yang tidak setabil
itulah nabi, yang juga ikut dibuang ke Babel menyadari, bahwa pembuangan yang
dialami umat Israel adalah karena ketidaksetiaan mereka kepada Tuhan. Sewaktu
di Yerusalem, mereka sering mendua hati dan menghianati Tuhan dengan cara
memberikan persembahan kepada para dewa di bukit-bukit pengorbanan. Dalam
kesengsaraan yang dialami umat Israel, sang nabi yang tidak disebutkan namanya
mengajak umat untuk menjadi pribadi yang kuat. Sang nabi mengajak umat untuk
introspeksi diri masing-masing. Karena pembuangan yang mereka alami di Babel
tidaklah lebih dari sebuah didikan Tuhan atas umat yang dikasihi-Nya. Karena
itu ia selalu yakin, bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka seorang diri
di dalam penderitaan itu. Melainkan, Tuhan selalu hadir dan menguatkan atau
memberikan semangat baru kepada umat-Nya yang mulai putus asa dan tak berdaya
(baca Yes. 40:29).
4.
Namun demikian, tidak semua umat menyadari
kehadiran Tuhan dalam setiap penderitaan atau suka-duka yang mereka rasakan.
Sehingga semangat hidup mereka melemah, cepat menyerah, putus asa, kecewa, dan
bahkan telah meninggalkan Tuhan. Mereka itulah yang disebut, “orang-orang
muda yang menjadi lelah dan lesu, dan taruna-taruna yang tersandung”
pada ayat 30. Artinya, pengenalan mereka akan keberadaan Tuhan ternyata masih
sangat dangkal (muda).
5.
Sebaliknya, mereka yang tetap setia
menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru. Ini adalah anti klimaks yang
meruntuhkan pernyataan bahwa “Tuhan itu tersembunyi” Yes.40:27. Dengan kata
lain, hanya mereka yang tidak setia lah yang melihat, bahwa hukuman sebagai
malapetaka yang mematikan. Tetapi tidak bagi mereka yang tetap setia. Karena
umat yang tetap setia selalu melihat, bahwa di dalam setiap tantangan/
rintangan yang ada sebenarnya tersimpan kekuatan baru untuk menghadapi
tantangan berikutnya. Karena itulah pada ayat 31 mereka diumpamakan sebagai “burung rajawali yang naik terbang dengan
kekuatan sayapnya”. Bahkan ditegaskan, bahwa mereka tidak akan menjadi lesu
ketika berlari, dan tidak menjadi lelah saat berjalan. Semua itu adalah
gambaran atas berkat-berkat yang diterima oleh orang-orang yang selalu setia
kepada Tuhan. Walaupun sebenarnya hidup yang mereka jalani tidak mudah,
melainkan berat, dan penuh dengan rintangan. Tetapi mereka yakin, bahwa Tuhan
telah memberikan semangat juang dan mental seorang pemenang, yang tidak pernah
menyerah saat menghadapi hidup yang sulit. Karena ia yakin, bahwa Tuhan selalu
hadir dalam setiap langkah hidupnya.
6.
Bukankah hal serupa juga sering kita rasakan?
Bakankah tidak jarang juga kita mempertanyakan keberadaan Tuhan dan meragukan
kemahakuasaan-Nya di saat-saat sulit yang kita alami dalam hidup ini. Memang,
semua itu adalah reaksi yang wajar dan manusiawi. Tetapi agak terlalu
berlebihan jika kita harus mengukur kehendak Tuhan dengan kehendak manusia.
Dengan kata lain, terimalah secara jujur, bahwa perjalanan hidup yang kita
lalui bukanlah jalan yang mudah dan mulus. Melainkan ada banyak rintangan yang
turut menghiasinya. Entah itu suka maupun duka, tangis maupun tawa, kesedihan
maupun kebahagiaan, dan itulah hidup. Bahkan tak jarang kaki kita terantuk pada
batu, terpeleset pada lubang, tergelincir dan jatuh karena kerikil-kerikil yang
tajam dan tak terhindarkan. Yang paling parah lagi bila kita terbentur pada
tembok.
7.
Akan tetapi, yang terpenting adalah apa yang
harus kita lakukan saat menghadapinya? Apakah kita sudah siap menghadapinya?
Atau apakah kita harus menyerah? Kita bisa saja menangis, meratap, mengeluh,
marah-marah, dan yang lebih ekstrim lagi adalah nekat bunuh diri. Betapa tidak?
Sering kita membaca surat kabar dengan berita-berita yang menyedihkan dan
memilukan hati nurani. Beratnya beban hidup yang terus menekan dan menyumbat
saluran pernapasan kita seolah menjadi alasan tunggal untuk mengakhiri semuanya
dengan tragis. Seolah-olah tembok yang berdiri di depan kita terlalu kokoh
untuk ditembus dan terlalu tinggi untuk dipanjat. Tebalnya kabut di depan sana
seolah-oleh sama dengan tembok baja yang tak mungkin ditembus. Bukankah
anggapan yang demikian yang ditanamkan oleh seorang pecundang atau penghianat?
Tetapi tidak untuk seorang pemenang.
8.
Penulis kitab ini Yesaya 40:30-31 menggambarkan,
bahwa seorang pemenang adalah seumpama rajawali yang terus naik terbang dengan
kekuatan sayapnya. Dan itulah kekuatan yang diberikan Tuhan padanya untuk
mengatasi setiap rintangan dan tantangan dalam hidupnya. Dengan kata lain,
sebenarnya Tuhan telah memberikan kekuatan/ kemampuan kepada tiap-tiap orang
untuk dapat mengatasi dan menaklukan setiap kesulitan, tantangan maupun
rintangan dalam hidupnya. Penulis kitab Yesaya 40:30-13 sangat sadar bahwa
hidup ini bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, melainkan sebuah
rencana mulia dari Tuhan yang harus dijalani dengan kerja keras, dan semangat
juang yang tinggi. Mengapa harus berjuang? Karena jalan hidup ini bukan jalan
yang mudah. karena jika hidup ini menjadi mudah, maka sebenarnya kita tidak
akan pernah mendapatkan apa-apa darinya, kecuali kekecewaan dan penyesalan.
9.
Penting untuk diketahui, bahwa kekecewaan dan
penyesalan atas hidup sebenarnya hanya ada di dalam pribadi seorang pecundang/
pengecut. Dan itu adalah bukti ketidakyakinan mereka terhadap kemahakuasaan
Tuhan. Padahal, jika kita yakin atas segala penyertaan-Nya, maka tak satupun
sesuatu terjadi di luar pengamatan-Nya. Itulah sebabnya Tuhan ingin kita
melakukan banyak hal penting secara dinamis dan yakin, bahwa di balik setiap
kesulitan yang ada tersimpan suatu rencana Tuhan yang abadi. Saya selalu yakin,
bahwa Tuhan tidak pernah memberikan berkatnya secara cuma-cuma untuk dinikmati
seorang pemalas, kecuali kepada seorang pejuang dan rajin. Burung, semut dan
binatang lainnya memang menuai dari hasil yang tidak mereka tanam, tetapi Tuhan
tidak pernah menyodorkan makanan secara gratis di depan mereka. Melainkan
mereka harus berjuang dan bekerja keras untuk mendapatkannya. Bahkan, mereka
harus berhadapan dengan berbagai tantangan dan bahkan musuh yang siap memangsa
mereka. Itulah harga sebuah perjuangan yang harus mereka bayar.
10.
Bukankah hal serupa juga berlaku bagi
orang-orang yang percaya kepada Tuhan? Takut, kuatir dan gemetar adalah
manusiawi, tetapi tidak berarti kita harus menghindar atau menyerah. Justru
seharusnya di dalam ketakutan, kekuatiran dan kegemetaran itulah kesempatan
kita memohon pertolongan dari Tuhan untuk menguatkan kita saat menghadapi
berbagai rintangan hidup ini. Penulis kitab Yesaya mengatakan bahwa “orang-orang yang
menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru”, Yes. 40:31. Kata “menanti-nantikan” sama artinya dengan “kesetiaan pada Tuhan”. Itu adalah suatu
pengharapan yang aktif dan dinamis bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan umat-Nya
menghadapi segala kesulitan itu seorang diri. Melainkan terus menyertainya.
Itulah jiwa dan mental yang memiliki seorang pemenang. Selalu ada harapan di
balik ketiadaan harapan.
11.
Seorang pemenang selalu optimis dan yakin,
bahwa pancing bukanlah alat satu-satunya untuk menangkap ikan di sungai/laut.
Tetapi ada banyak cara dan alat lain yang dapat digunakan. Hanya saja tingkat
kesulitannyalah yang berbeda. Itulah sebabnya mereka tidak pernah menyerah.
Jiwa seorang pemenang selalu yakin, bahwa manusialah yang menutup pintu
keberhasilan dan kebahagiaan hidupnya, bukan Tuhan. Mungkin, pintu depan,
samping dan belakang tertutup rapat, tetapi sebenarnya tak terkunci. Kabut
memang tebal di depan, tetapi itu bukan tembok baja yang tak dapat ditembus.
Ada sebuah ungkapan berbunyi demikian: “The
importan thing about a problem is not its solution, but the strenght we gain in
finding solution.” Artinya, hal terpenting dari sebuah masalah bukanlah
penyelesaiannya, tetapi kekuatan yang kita peroleh untuk mencari solusi. Satu
hal lagi harus diingat, bahwa saat kita merasa tak ada harapan lagi, tetapi
bagi Tuhan selalu ada harapan jika kita tetap percaya.
12.
Di satu sisi, musuh terkuat manusia bukan apa
yang ada di luar dirinya, melainkan apa yang ada di dalam dirinya, yaitu:
kemalasan, cepat menyerah, takut gagal, dan tidak yakin pada kekuatan yang
telah Tuhan berikan padanya. Tetapi di sisi yang lain, sahabat dan kekuatan
seorang pemenang sebenarnya juga ada pada dirinya, yakni: rajin, tekun, berani
mencoba walaupun gagal, tidak gampang menyerah, dan selalu yakin atas kemampuan
yang telah Tuhan berikan dalam hidupnya. Itulah senjata utama yang diberikan
Tuhan kepada setiap orang yang percaya. Hanya saja tak semua orang dapat
menggunakannya dengan baik, karena ia tidak pernah bertanya kepada Tuhan, apa
gunanya dan bagaimana menggunakannya. Maka dari itu, relasi/ hubungan yang
harmonis dan akrab bersama Tuhan adalah kunci utama manusia untuk membuka
gembok-gembok pintu yang tertutup dengan rapat; jembatan penyebrangan dan jalan
keluar yang tersembunyi bagi seorang pecundang.
13.
Banyak
kisah dalam Alkitab yang menceritakan peristiwa kedatangan dan pertemuan dengan
Tuhan Yesus mampu merubah kehidupan seseorang. Namun ada pula manusia yang
berjumpa dengan Tuhan, tetapi tidak membawa pengaruh yang berarti dalam
dirinya. Bukankah Tuhan terlalu besar untuk ditolak? Bukankah Tuhan terlalu
besar untuk tidak menjadi sebuah inspirasi? Rasanya tidak mungkin bila Tuhan
tidak dapat menjadi sebuah inspirasi. Namun, pada kenyataannya memang seperti
itu. Tidak semua orang yang berjumpa dengan Tuhan mengalami perubahan, mereka
hanya “memiliki” sedikit waktu untuk menghayati dan menumbuhkan hubungan dengan
Allah. Sehingga banyak dari mereka yang hidupnya “datar-datar” saja, tidak
merasakan perubahan apapun, tidak nampak kasih Allah dinyatakan bagi
sesamannya. Dimana letak kekeliruannya? Apakah Tuhan bisa mengalami kegagalan
juga? Ternyata kuncinya bukan pada perjumpaan tapi pada kesiapan hati untuk mengalami
perubahan. Dengan perubahan itu maka hidup seseorang yang berjumpa dengan Tuhan
memberi kekuatan.
14.
Bukan
Tuhan yang gagal tapi manusia yang gagal memaknai perjumpaan dengan Tuhan. Manusialah
yang mengeraskan hati dan tetap pada pendirian mereka. Mereka menganggap benar,
yang memang membuat dirinya menjadi lelah, lemah, letih, lesu, bahkan lunglai.
Orang Farisi dan Ahli Taurat contohnya. Mereka berjumpa dengan Yesus setiap
hari, bahkan dalam setiap hari itu mereka dapat menemukan Yesus mengajar dengan
penuh hikmat dan melakukan mujizat-mujizat, tapi apakah mereka berubah? Tidak.
Alih-alih seorang perempuan Samaria yang baru pertama kali berjumpa dengan
Yesus, ternyata dapat mengalami perubahan dalam seluruh hidupnya. Jadi bila
kini kita belum mengalami perubahan, jangan cepat-cepat berkata: “Tuhan
mujizatnya kurang nyata!” atau “ Tuhan berkatnya kurang banyak.” Tapi mari
periksa dengan seksama kesiapan hati kita untuk berubah menjadi lebih baik,
sehingga dari kelelahan, kemiskinan, keterpurukan, Tuhan berikan kekuatan.
15.
Kapan
dan dalam peristiwa apakah pernah kita mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan?
Perubahan apa pula kita alami ketika mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan
Yesus? Apa
yang menjadi jaminan bagi Israel bahwa janji pemulihan akan ditepati? Sekian
lamanya Israel berada di pembuangan, terhina, dan tanpa daya. Bukankah ini
merupakan bukti bahwa Allah mereka tidak berdaya melawan dewa bangsa Babel,
yang menjajah mereka? Kalau dicermati dan mencoba mengalami ulang, ternyata
pada peristiwa tersebut memberi kekuatan.
16.
Kelepasan dari pembuangan adalah bukti nyata
bahwa sesungguhnya Allah Israel jauh lebih berkuasa dari-pada ilah-ilah bangsa
kafir yang tak lebih daripada patung tuangan atau pahatan buatan manusia. Allah
tidak dapat dibandingkan dengan apapun. Dia adalah Allah, Pencipta langit dan
bumi. Benda-benda di langit pun adalah ciptaan-Nya, ay. 26. Segala sesuatu yang
ada di alam ini adalah ciptaan-Nya, termasuk bangsa-bangsa besar seperti Babel.
Bangsa Israel boleh merasa jeri dengan negara adikuasa seperti Babel, tetapi di
mata Allah, Babel tak lebih daripada setetes air dalam timba atau sebutir debu
pada neraca. Dalam sekejap, bila Allah menyatakan penghakiman-Nya, para penguasa
dunia ini segera sirna, ay. 23-24.
17.
Allah yang adalah memberi kelepasan bagi
Israel menjadi kekuatan. Selama 70 tahun yang membuat lelah hidup mereka Allah
ubahkan. Allah seperti itulah yang memiliki Israel. Kalau begitu mengapa Israel
merasa tidak diperhatikan Tuhan, ay. 27. Pembuangan tidak membuktikan bahwa Allah tak
berdaya. Pembuangan justru membuktikan bahwa Dia adalah Allah yang adil, yang
membalaskan dosa dengan penghukuman. Allah tetap Allah yang kekal, yang
kuasa-Nya tidak berubah, dan pengertian-Nya jauh melampaui akal manusia.
Manakala Israel di pembuangan mengakui semua ini, mereka tidak perlu putus asa.
Justru dengan berpaling kepada Dia dan mengakui sekali lagi kedaulatan-Nya,
Israel akan dikuatkan dan diteguhkan. Mereka tidak akan kecewa mengharapkan
Tuhan, ay. 31.
18.
Barangkali kita sudah merasa sangat lelah secara emosi karena
tidak ada tempat untuk berbagi. Permasalahan kita begitu besar sehingga mungkin
kita yakin tak ada seorangpun dapat memahaminya. "Apakah Tuhan tidak
melihat kalau aku diperlakukan dengan tidak adil?". Kita bertanya pada
diri sendiri, "Apakah Tuhan tidak mengerti apa yang aku rasakan?". Kita
semua, pada suatu waktu, akan mengalami keadaan seperti itu. Tetapi pada Yes.
40:27-31 menjanjikan kekuatan besar. Tuhan tidak pernah lelah! Bahkan,
"Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang
tiada berdaya", ay. 29. Sebagai tambahan, ayat 28 menjelaskan bahwa
pengertian Tuhan tak dapat kita duga. Oleh karena itu kita dapat memiliki
keyakinan bahwa Tuhan selalu mengerti pergumulan kita, serumit apa pun itu.
19.
Andaikan kekuatan dan
pengertian Tuhan masih belum cukup, ay. 31 menceritakan kepada kita bahwa Ia
bahkan menawarkan sesuatu yang lebih yaitu: bila kita mau menantikan Tuhan, Ia
akan memberikan kita kekuatan baru sehingga kita dapat terbang seperti
rajawali. Sungguh sangat menguatkan kita pada saat kita berada dalam keputusasaan
yang dalam. Pada saat kita menghadapi kesulitan hidup, bayangkan kita bisa
menerima kemampuan dari Tuhan untuk mengatasi segala kesulitan tersebut dengan
anugerah dan kekuatan yang seumpama rajawali yang terbang tinggi. Kekuatan yang
mengagumkan itu tersedia bagi setiap orang pada hari ini juga jika mau menukar letih,
lelah itu dengan pertolonganNya.
20.
Kepada kita tidak dipungut
biaya apa pun untuk pertolongan tersebut. Cukup percayai Dia dan serahkan
segala yang tampak tak ada harapan lagi kepadaNya. Ijinkan Dia memulihkan
imanmuuntuk hari esok. Memasuki awal tahun ini, jangan menoleh kepada
kegagalan-kegagala, jangan putus asa dengan keadaan sekarang. Lihatlah ke
depan, di mana Tuhan menyediakan kekuatan maupun semangat baru untuk menghadapi
tahun yang baru sudah dua bulan dijalani. Antusias. Kini timbul pertanyaan. Masalah
apa yang sedang membuat hidup ini terkadang meragukan Tuhan? Yesaya menyingkap adanya
kekuatan yang sesungguhnya yang melampaui hidup dan kuasa manusia. Percayalah
sekali lagi kepada Dia yang berdaulat di atas segala-galanya. Orang yang
menantikan Tuhan tak akan kecewa. Mungkin Dia tidak menghapus semua beban berat
itu. Namun yang pasti, Dia akan memberikan kekuatan-Nya pada kita agar dapat bertahan dan menang! Dapat
direnungkan bahwa upaya manusia menemukan Allah melalui alam semesta tidak
pernah berhasil, karena Dia hanya menyatakan DiriNya secara sempurna melalui
Yesus.
21.
Sekarang semakin jelas apa yang dikatakan
oleh nabi Yesaya. Tahu, benar dan memaknai apa yang diberitakan mulanya. Kita semakin mengerti Allah adalah
kekuatan kepada yang lelah dari sejak dasar bumi diletakkan, ay. 21. Supaya apa
? Tentunya menjadi pemenang seperti Rajawali yang terbang tinggi, kuat, kokoh,
tahan, dan bertahan dari terpaan badai sekuat apapun itu. Maka ada harapan kita
sebagai umat Tuhan yang telah dikuatkan dan tidak lelah lagi optimis akan menjadi
kuat dan menjadi pemenang dengan 8 hal berikut:
a.
Lakukanlah banyak hal penting yang dapat kita
lakukan, yang mendatangkan kebaikan bagi banyak orang. Rayakan dan nikmatilah
hari-hari hidup ini dengan kasih yang tulus mesra bersama banyak orang yang
kita kasihi, yang selalu menguatkan semangat kita saat hampir kendor, dan
mengobati luka-luka batin kita, serta memberi pengharapan saat kita putus asa.
b.
Terimalah segala rintangan dan kesulitan
hidup dengan pikiran yang positif. Yakinlah, bahwa semua itu terjadi bukan
tanpa alasan, makna dan tujuan mulia atas hidup kita. Melainkan di dalamnya
tersimpan suatu kekuatan baru, yang memampukan kita maju ke tahap kesulitan
hidup berikutnya. Karena itu, jangan pernah meremehkan, mengabaikan, apalagi
melupakan hal-hal kecil yang pernah terjadi dalam hidup kita. Sebab semuanya
itu telah turut serta menghiasi perjalanan hidup kita.
c.
Tanamkanlah pemahaman, bahwa sebenarnya hidup
ini bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, melainkan suatu rencana
mulia yang telah dirancang dan diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang untuk
terus diperjuangkan.
d.
Memiliki pengharapan yang teguh kepada Tuhan,
karena hanya Dialah yang sanggup memampukan dan menguatkan kita untuk
menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan hidup yang ada. Pengharapan itu
melahirkan kesetiaan, yang terus menanti-nantikan
TUHAN, dan kepada merekalah kekuatan baru itu diberikan. Sehingga mereka dapat
mengatasi setiap kesulitan hidupnya. Karena itulah mereka diumpamakan seperti
burung rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya. Bahkan ketika
mereka berlari, namun tidak menjadi lesu, dan mereka berjalan, namun tidak
menjadi lelah.
e.
Dengarkan suara-Nya melalui orang-orang yang
dengan ketulusan hatinya mengasihi kita. Rasakan kelembutan belaian tangan-Nya
melalui pertolongan banyak orang yang dengan rela mengorbankan banyak hal
penting untuk hidup kita. Entah itu doa, uluran tangan, waktu, tenaga, pikiran,
perasaan, atau moral maupun moril. Masih banyak lagi sarana yang dapat Tuhan
pakai untuk menolong setiap orang yang percaya pada-Nya.
f.
Bersyukurlah atas banyak hal yang kita alami
dalam hidup ini. Entah itu suka, maupun duka, tangis maupun tawa. Karena hanya
dengan hati bersyukurlah segala beban hidup ini dapat ditanggung. Hati yang
bersyukur adalah hati yang damai, dan kedamaian hati itu yang sering dijadikan
Tuhan sebagai sara kesembuhan atas luka-luka batin kita, kekecewaan yang
menekan hidup kita dan mengurangi segala beban hidup yang kita pikul. Melalui
hati yang terus bersyukur juga Tuhan telah memberikan semangat hidup yang baru
untuk kita bagikan kepada banyak orang.
g.
Jangan berdoa kepada Tuhan supaya hidup ini
menjadi mudah. Tetapi berdoalah supaya kita menjadi pribadi yang lebih kuat
untuk menghadapi segala bentuk kesulitan dan tantangan atas hidup kita. Mungkin
di mata banyak orang segala kesulitan adalah musuh yang menakutkan, tetapi di
mata seorang pemenang, semua itu adalah teman seperjuangan dalam menggapai
impian yang mulia dari Tuhan.
h.
Jangan pernah menunda apalagi berhenti untuk
melakukan kebaikan. Karena masih banyak orang yang membutuhkan pertolongan dan
uluran tangan kita. Ingat! apa yang kita tabur itulah yang pasti kita tuai,
Gal. 6: 7. Semua itu sangat membutuhkan kerja keras, semangat juang dan jiwa
seorang pemenang. Kalau kita ingin menjalani hidup tanpa kerja keras, maka
sebenarnya kita sama seperti seorang petani yang mengharapkan hasil panen besar
tetapi ia sendiri tidak pernah menanam.
22.
Sekarang jika firman ini bertanya oleh Nabi
Yesaya berucap, tidakkah kamu tahu? Jawablah, Tuhan sekarang aku sudah
tahu. Tidakkah kamu dengar? Sudah aku dengar, ya Tuhan. Tidakkah
diberitahukan kepadamu dari mulanya? Aku sudah mengimaninya. Tidakkah kamu mengerti dari sejak dasar bumi diletakkan? Sudah
kurenungkan, kuhayati. Kuamalkan dan kuaminkan ya
Tuhan. Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti
belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti
kemah kediaman! Disitulah aku hidup dan akan memperbaharui kekuatanku yang hanya oleh
Yesus. Kekuatan
kita jadi baru, bukan kekuatan sendiri, tetapi kekuatan dari Allah. Misalnya
waktu Daud menghadapi
Goliat, Simson menghadapi singa
atau musuh lain, ia menunggu Roh Kudus turun atasnya. juga Daniel, Elia, Elisa
dan lain-lain. Bisa
menunggu dan mendengar suara Tuhan dan taat, itu membuat kita menjadi luar
biasa. Tuhan memberi kekuatan kepada yang
lelah. Orang biasa menjadi luar biasa. Tuhan memberkati. Amin.
Pdt.
Benni Maklianto Siregar, M.Th.
GKPA
Palembang
[1] Orang-orang buangan terdiri dari kaum bangsawan, ahli-ahli bangunan,
orang-orang kaya, pintar/terpelajar, imam-imam dan pegawai tinggi umat Israel.
Mereka memang diberi kebebasan untuk tinggal di sana, membuat rumah, berdagang,
memelihara agama dan tradisi nenek moyang mereka. Tetapi mereka harus
menjalankan kerja rodi/paksa oleh penguasa-penguasa Babel untuk membangun kota
Babel. Tidak hanya sebatas kerja rodi, tetapi mereka juga sering mendapat
perlakuan kasar dari para penguasa Babel. Bnd. Marie-Claire Barth, Tafsiran Alkitab: Kitab Nabi Yesaya Pasal
40-55, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983, 11.
|
BLOG INI BERSIFAT TERBUKA UNTUK DIKOMENTARI DAN DIKRITISI DEMI KEMAJUAN WAWASAN BERPIKIR, DAN BERTEOLOGI MASA KINI
Jumat, 23 Januari 2015
JAMITA MINGGU, 8 PEBRUARI 2015: Yesaya 40: 21-31
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar