Jumat, 23 Januari 2015

JAMITA MINGGU, 1 PEBRUARI 2015 - Markus 1:21-28





YESUS MENGAJAR DAN MENGUSIR ROH JAHAT
Markus 1:21-28

Minggu Septuagesima
Minggu, 1 Pebruari 2015



1.      Rabi!" Itulah sapaan pertama yang diucapkan orang kepada Yesus pada awal pelayanan-Nya. Sapaan itu dicatat di Yohanes 1:35- 38. Rabi adalah kata Ibrani dan Aram yang berarti guru. Orang menggunakan sapaan itu sebagai tanda dan sikap sangat menghor- mat. "Guru!" Sungguh tepat sapaan itu kepada Yesus, karena Dia memang seorang guru yang sangat dihormati. Biasanya kita menggambarkan Yesus dengan sebutan yang muluk dan abstrak, yaitu sebagai Tuhan, Juruselamat, Mesias, Putra Allah, Kepala Gereja atau lainnya. Itu tidak keliru. Tetapi keempat Kitab Injil menggambarkan Yesus dengan lebih konkret: Yesus ada­lah seorang guru. Itu sebabnya sebutan yang paling banyak digunakan di keempat Kitab Injil terhadap Yesus adalah rabi atau kata Yunaninya yaitu didaskalos. Sebutan didaskalos digunakan 42 kali dalam keempat Kitab Injil. Sebutan rabi 12 kali dan rabuni dua kali. Ketiga kata itu berarti guru. Yesus sendiri menyebut diri-Nya guru (Mat. 23:8, Mrk. 14:14).
2.      Pekerjaan Yesus sebagai guru terutama digambarkan oleh Mar- kus. Kitab Injil Markus secara dramatis memberi kesan seolah-olah Tuhan Yesus terus menerus mengajar. Yesus mengajar di sinagoge, di tepi danau, di jalan, di bukit, di pantai, di pinggir sumur, di mana- mana. Markus 6:6 mencatat, "Yesus beijalan keliling dari desa ke dcsa sambil mengajar". Markus juga mencatat bahwa pada suatu hari Yesus dicari kedua belas murid-Nya karena banyak orang se- dang menunggu untuk minta disembuhkan. Ternyata Yesus meno- lak permintaan itu dan berkata, "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberita- kan Injil, karena untuk itu Aku telah datang" (Mrk. 1:38). Memang ayat itu menggunakan kata kerja kerusso (= memberitakan, mewartakan) dan bukan didasko (=mengajar), namun kedua kata itu sering digunakan untuk arti yang sama, yaitu mengajar. Matius pun menggambarkan bahwa Yesus banyak mengajar. Dalam Matius 4:23 dicatat, "Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea, la mengajar dalam rumah-rumah ibadat."
3.      Mengajar adalah pekerjaan Tuhan Yesus yang utama. Memang la kerap kali berkhotbah, menyembuhkan orang sakit dan melakukan mujizat, namun kegiatan-Nya yang paling utama adalah meng­ajar. Apa yang disebut khotbah Tuhan Yesus sebenarnya bukanlah khotbah, melainkan pengajaran di mana pendengar boleh menginterupsi dengan pertanyaan atau sanggahan. Yesus sendiri sering menginterupsi pengajaran-Nya untuk bertanya dan menguji para pendengar. Judul "Khotbah di Bukit" dalam Matius 5-7 bukan dicantumkan oleh para pengarang Alkitab, melainkan tambahan oleh para editor kanon Alkitab di kemudian hari, sebab Alkitab bahasa asli tidak mempunyai judul bab. Sebenamya judul yang lebih tepat adalah "Pengajaran di Bukit", sebab di ayat pendahuluannya pun di­sebut: "Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar (didaskein) mereka"(Mat. 5:2).
4.      Bagaimana reaksi para murid mendengar pengajaran Yesus? Markus 1:22 mencatat: "Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab la mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa ..." Ungkapan "sebagai orang yang berkuasa" adalah terjemahan dari eksousian ekhoon yang lebih tepat diterjemahkan "sebagai orang yang berwibawa" atau "dengan berwibawa". Lalu dari mana Yesus mempunyai wibawa itu? Wibawa seseorang terletak dalam integritasnya, yaitu konsistensi antara kata dan perbuatan. Itulah justru kekuatan Yesus, seluruh hidup Yesus merupakan wujud dari perkataan-Nya. Ia mengajar dengan kehidup- an-Nya. Seluruh kehidupan-Nya adalah teladan. Lalu apakah isi kehidupan-Nya itu? Hidup-Nya bukan berisi usaha-usaha untuk mencapai keinginan-Nya, melainkan melaksanakan keinginan Allah Bapa. Yesus berkata "Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku" (Yoh. 7:16). Lalu Yesus segera melanjutkan bahwa Dia bukan hanya mengajarkan kehendak Allah, melainkan juga melakukannya: "Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri" (ay. 17).
5.      Sumber pengajaran Yesus adalah kehendak Allah. Itu sebabnya sebagai seorang guru secara teratur Yesus meminta masukan dan bahan-bahan untuk pengajaran-Nya. Untuk itu Yesus menciptakan waktu teduh dan tenang seorang diri untuk mendengarkan masuk­an dari Bapa-Nya (lihat Mat. 14:24). Sungguh menarik bahwa sapaan "Rabi!" bukan hanya sapaan pertama yang didengar Yesus pada awal pelayanan-Nya, melainkan juga sapaan pertama yang didengar-Nya setelah kebangkitan-Nya. Ketika seorang murid mengenali Yesus di subuh Paskah itu, ia lang- sung berseru kegirangan, "Rabuni!" (Yoh. 20:16). Yesus adalah guru. Dia guru kita. Dia guru yang kita kagumi. Dia berdiri di depan kita. Mata-Nya menatap mata kita. Lalu kita meng- hampiri Dia dan dengan rasa takjub kita menyapa, "Rabi! Rabuni!" "Guru! Guruku!"


Yogyakarta, Januari 2015


Pdt.Tuty Zastini Hutabarat,S.Th.
Yogyakarta
widgeo.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar