YESUS MENGAJAR DAN MENGUSIR ROH JAHAT
Markus 1:21-28
Minggu Septuagesima
Minggu, 1 Pebruari
2015
1.
Rabi!" Itulah sapaan pertama yang
diucapkan orang kepada Yesus pada awal pelayanan-Nya. Sapaan itu dicatat di
Yohanes 1:35- 38. Rabi
adalah kata Ibrani dan Aram yang berarti guru. Orang menggunakan sapaan itu sebagai tanda dan
sikap sangat menghor- mat. "Guru!" Sungguh tepat sapaan itu kepada Yesus, karena Dia memang seorang guru yang
sangat dihormati. Biasanya kita menggambarkan Yesus dengan
sebutan yang muluk dan abstrak, yaitu sebagai Tuhan, Juruselamat, Mesias, Putra
Allah, Kepala Gereja atau lainnya. Itu tidak keliru. Tetapi keempat Kitab Injil
menggambarkan Yesus dengan lebih konkret: Yesus adalah seorang guru. Itu
sebabnya sebutan yang paling banyak digunakan di keempat Kitab Injil terhadap
Yesus adalah rabi
atau kata Yunaninya yaitu didaskalos.
Sebutan didaskalos
digunakan 42 kali dalam keempat Kitab Injil. Sebutan rabi 12 kali dan rabuni dua kali. Ketiga kata itu berarti guru. Yesus
sendiri menyebut diri-Nya guru (Mat. 23:8, Mrk. 14:14).
2.
Pekerjaan Yesus sebagai guru terutama
digambarkan oleh Mar- kus. Kitab Injil Markus secara dramatis memberi kesan
seolah-olah Tuhan Yesus terus menerus mengajar. Yesus mengajar di sinagoge, di
tepi danau, di jalan, di bukit, di pantai, di pinggir sumur, di mana- mana.
Markus 6:6 mencatat, "Yesus beijalan keliling dari desa ke dcsa sambil
mengajar". Markus juga mencatat bahwa pada suatu hari Yesus dicari kedua belas
murid-Nya karena banyak orang se- dang menunggu untuk minta disembuhkan.
Ternyata Yesus meno- lak permintaan itu dan berkata, "Marilah kita pergi
ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku
memberita- kan Injil, karena untuk itu Aku telah datang" (Mrk. 1:38).
Memang ayat itu menggunakan kata kerja kerusso (= memberitakan, mewartakan) dan bukan didasko (=mengajar),
namun kedua kata itu sering digunakan untuk arti yang sama, yaitu mengajar. Matius pun menggambarkan bahwa Yesus
banyak mengajar. Dalam Matius 4:23 dicatat, "Yesus pun berkeliling di
seluruh Galilea, la mengajar dalam rumah-rumah ibadat."
3.
Mengajar adalah pekerjaan
Tuhan Yesus yang utama. Memang la kerap kali berkhotbah, menyembuhkan orang
sakit dan melakukan mujizat, namun kegiatan-Nya yang paling utama adalah mengajar.
Apa yang disebut khotbah Tuhan Yesus sebenarnya bukanlah khotbah, melainkan
pengajaran di mana pendengar boleh menginterupsi dengan pertanyaan atau
sanggahan. Yesus sendiri sering menginterupsi
pengajaran-Nya untuk bertanya dan menguji para pendengar. Judul "Khotbah
di Bukit" dalam Matius 5-7 bukan dicantumkan oleh para pengarang Alkitab,
melainkan tambahan oleh para editor kanon Alkitab di kemudian hari, sebab
Alkitab bahasa asli tidak mempunyai judul bab. Sebenamya judul yang lebih tepat
adalah "Pengajaran di Bukit", sebab di ayat pendahuluannya pun disebut:
"Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar (didaskein) mereka"(Mat. 5:2).
4.
Bagaimana reaksi para murid mendengar
pengajaran Yesus? Markus 1:22 mencatat: "Mereka takjub mendengar
pengajaran-Nya, sebab la mengajar mereka sebagai
orang yang berkuasa ..." Ungkapan "sebagai orang yang berkuasa"
adalah terjemahan dari eksousian
ekhoon yang lebih tepat diterjemahkan "sebagai orang yang
berwibawa" atau "dengan berwibawa". Lalu
dari mana Yesus mempunyai wibawa itu? Wibawa seseorang terletak dalam
integritasnya, yaitu konsistensi antara kata dan perbuatan. Itulah justru
kekuatan Yesus, seluruh hidup Yesus merupakan wujud dari perkataan-Nya. Ia
mengajar dengan kehidup- an-Nya. Seluruh kehidupan-Nya adalah teladan. Lalu
apakah isi kehidupan-Nya itu? Hidup-Nya bukan berisi usaha-usaha untuk mencapai
keinginan-Nya, melainkan melaksanakan keinginan Allah Bapa. Yesus berkata
"Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah
mengutus Aku" (Yoh. 7:16). Lalu Yesus segera melanjutkan bahwa Dia bukan
hanya mengajarkan kehendak Allah, melainkan juga melakukannya:
"Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini
berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri" (ay. 17).
5.
Sumber pengajaran Yesus adalah kehendak
Allah. Itu sebabnya sebagai seorang guru secara teratur Yesus meminta masukan
dan bahan-bahan untuk pengajaran-Nya. Untuk itu Yesus menciptakan waktu teduh
dan tenang seorang diri untuk mendengarkan masukan dari Bapa-Nya (lihat Mat.
14:24). Sungguh menarik bahwa sapaan
"Rabi!" bukan hanya sapaan pertama yang didengar Yesus pada awal
pelayanan-Nya, melainkan juga sapaan pertama yang didengar-Nya setelah
kebangkitan-Nya. Ketika seorang murid mengenali Yesus di subuh Paskah itu, ia
lang- sung berseru kegirangan, "Rabuni!" (Yoh. 20:16). Yesus adalah guru. Dia guru kita. Dia
guru yang kita kagumi. Dia berdiri di depan kita. Mata-Nya menatap mata kita.
Lalu kita meng- hampiri Dia dan dengan rasa takjub kita menyapa, "Rabi!
Rabuni!" "Guru! Guruku!"
Yogyakarta, Januari 2015
Pdt.Tuty Zastini
Hutabarat,S.Th.
Yogyakarta
|
BLOG INI BERSIFAT TERBUKA UNTUK DIKOMENTARI DAN DIKRITISI DEMI KEMAJUAN WAWASAN BERPIKIR, DAN BERTEOLOGI MASA KINI
Jumat, 23 Januari 2015
JAMITA MINGGU, 1 PEBRUARI 2015 - Markus 1:21-28
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar