Jumat, 21 November 2008

Bahan PA Lansia

“LARILAH, SELAMATKAN JIWAMU DARI MURKA ALLAH!”

“Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap.” (Kejadian 19:17)

Gambar 5: ORANG-ORANG ISRAEL MELARIKAN DIRI DARI HADAPAN ORANG AILarilah, selamatkan jiwamu! Ini adalah seruan malaikat setelah menuntun Lot bersama keluarganya keluar dari kota di mana Lot tinggal. Perintah yang tegas ini diberikan karena sebelumnya Lot sudah mendengar bahwa Sodom dan Gomora akan segera dibinasakan, namun Lot berlambat-lambat (Kej.19:16) untuk segera meninggalkan kota itu. Lot sudah mendengar berita pembinasaan kota itu langsung dari malaikat dan Lot sebenarnya percaya bahwa hal itu akan benar-benar terjadi (Kej.19:14), namun Lot tidak segera lari meninggalkan kota itu, hingga akhirnya tangan Lot, istri dan kedua anaknya dipegang oleh dua malaikat itu dan menuntunnya ke luar kota. Lot masih berat meninggalkan kotanya, rumahnya, hartanya dan berbagai kesenangan duniawi yang ditawarkan oleh kota itu. Sehingga kedua malaikat itu berkata: “Larilah, selamatkanlah nyawamu…” (Kej.19:17).

Itulah gambaran manusia berdosa. Manusia begitu menikmati semua kesia-siaan yang ditawarkan dunia ini. Manusia merasa berat meninggalkan kota kebinasaannya. Bahkan manusia justru menghina, menertawakan dan bahkan mengutuki orang lain yang bergegas meninggalkan kota kebinasaan itu dan yang memutuskan untuk meninggalkan dosanya demi beroleh keselamatannya. Seperti itu jugalah keluarga Lot yang begitu berat meninggalkan Sodom dan Gomora, walaupun mereka tahu persis bahwa kota itu akan segera dibinasakan oleh api dari Sorga. Ayat ini, seruan bagi Lot dan keluarganya untuk segera lari menyelamatkan jiwa mereka. Ayat ini juga yang mengajak kita untuk lari menyelamatkan jiwa kita, karena murka Allah sedang membara bagaikan api yang akan segera membinasakan kita dan dunia yang penuh dosa ini.

Bagaimana caranya agar kita terhindar atau selamat dari murka Allah itu?

I. Larilah Kepada Kristus, Selamatkanlah Jiwamu! “Larilah, selamatkanlah nyawamu….” (Kej. 19:17).

Gambar 16: PERAPIAN YANG MENYALA-NYALA

Api murka Allah sudah membara di atas kota Sodom dan Gomora. Dalam hitungan menit api itu menyambar dan membakar habis semua mahkluk hidup dan semua benda yang ada di kota itu. Tidak ada lagi jalan keluar untuk menyelamatkan diri. Tak ada satu nyawapun yang akan selamat dari sambaran api yang diturunkan dari Sorga itu, kecuali jika mereka segera keluar dari kota itu dan lari jauh-jauh dari perbatasan kota menuju pegunungan. Namun hanya Lot dan istri beserta kedua anaknya yang keluar dari kota itu, sementara yang lain tidak. Bahkan jika Lot dan keluarganya masih ada di perbatasan kota dan tidak segera lari ke pegunungan, sambaran atau panasanya api itu bisa saja menghanguskan mereka. Oleh sebab itu malaikat itu berkata: “Larilah, selamatkanlah nyawamu …” (Kej. 19:17).

Hal ini merupakan gambaran orang berdosa yang berada di kota Kebinasaan itu, yang berada dalam kehidupan duniawi ini yang tidak mau bertobat dari dosa-dosanya, namun malah semakin menumpuk dosa-dosanya seperti orang Sodom dan Gomora, bahkan menterwakan berita kebenaran yang disampaikan Lot (Kej.19:14). Mereka tidak menyadari bahwa api murka Allah sudah bergayut di atas kota mereka dan akan segera melalap habis dan membinasakan mereka semua dalam sekejap.

Sebenarnya murka Allah itu telah mengancam kita. Jika Tuhan tidak menopang, pastilah murka Allah itu sudah menyambar kita. Jika Tuhan masih tidak membiarkan itu menyambar kita, itu artinya Tuhan masih memberikan kepada kita kesempatanuntuk lari dari kota Kebinasaan yakni kehidupan keduniawia ini. Bagaikan dua malaikat yang menuntun Lot keluar dari kota Sodom-Gomora dan meminta mereka segera lari untuk menyelamatkan diri, begitu jugalah Allah sedang memegang tangan kita, menuntun keluar dari keduniawian kita ketika mendengar, membaca dan merenungka Firman Tuhan. Oleh sebab itu, Tuhan saat ini berkata: “Larilah kepada Kristus, selamatkanlah dirimu!” Hanya di dalam Dia yang adalah Juruselamat dan gunung batu, kita akan benar-benar selamat dari murka Allah yang dahsyat.

Yang menyedihkan, walaupun Tuhan sudah berkali-kali memperingatkan manusia, manusia seperti tidak menyadari bahaya murka Allah yang dahsyat itu. Harus kita sadari bahwa Tuhan menempatkan orang berdosa di atas tempat yang licin (Mzm. 73:18). (1) Mereka terancam oleh kehancuran, karena senantiasa terancam jatuh tergelincir dan hancur binasa; (2) Mereka terancam oleh kehancuran yang bisa terjadi setiap saat; (3) Mereka dapat jatuh oleh karena dirinya sendiri, tanpa harus dijatuhkan oleh orang lain, karena licinnya tempat di mana mereka berdiri; dan (4) Jikalaupun mereka belum jatuh, itu karena Allah masih memberi kesempatan kepada mereka untuk bertobat. Sehingga tatkala mereka bertobat, Tuhan akan mengangkat mereka dari tempat yang licin itu, sehingga mereka tidak jatuh dan binasa. Oleh sebab itu, larilah segera kepada Kristus, sang gunung batu perlindungan. Selamatkanlah dirimu dengan percaya kepada Dia sang Juruselamat. Dia adalah jalan yang disedikan Allah untuk terhindar dari murka-Nya yang dahsyat. Larilah segera, selamatkanlah jiwamu, sebelum semuanya menjadi sangat terlambat dan binasa dalam ketidakbertobatan kita.

II. Jangan Pernah Menoleh Ke Belakang. “Larilah,... janganlah menoleh ke belakang, ...” (Kej.19:17).

Malaikat itu berkata kepada keluarga Lot, “Larilah,... janganlah menoleh ke belakang“. Kita tentu masih ingat apa yang terjadi pada diri istri Lot ketika ia menoleh ke belakang, ia menjadi tiang garam. Ketika mereka lari menjauh dari kota itu, Sodom-Gomora dilalap api. Tidak ada yang tersisa di sana. Tidak ada apapun yang berarti di belakang mereka. Hanya kebinasaanlah yang tersisa. Hanya murka Allahlah yang menyala-nyala menghanguskan dan membinasakan kota itu. Menengok ke belakang sama dengan memandang kebinasaan. Menengok ke belakang sama dengan menantang murka Allah, karena sebelumnya Allah sudah memperingatkan agar mereka tidak pernah menengok ke belakang.

Istri Lot adalah gambaran dari orang berdosa yang sudah mengalami kebangunan jiwanya, namun belum masuk ke dalam pertobatan. Ia tahu tentang murka Allah, ia tahu segala sesuatu yang di dunia ini sia-sia, bahkan ia percaya firman Allah, namun ia belum dengan sepenuhnya percaya ke dalam Kristus sendiri, sehingga ia masih melihat bahwa ada sesuatu di dunia masih berharga bahkan lebih berharga dari keselamatan jiwanya di dalam Kristus itu sendiri. Oleh sebab itu, Yesus memberikan peringatan kepada mereka, “Ingatlah akan isteri Lot! “Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya” (Lukas 17:32-33).

Jika kita sudah berlari kepada Kristus untuk menyelamatkan jiwa, lakukan itu sampai kita benar-benar masuk ke dalam diri-Nya. Jangan pernah menoleh ke belakang. Fokuskan pandangan kita hanya kepada Dia saja. Jika kita berusaha mencukupkan keinginan daging, maka sampai kapan pun hal itu tidak akan pernah cukup. Orang yang tamak tidak akan pernah merasa cukup seberapapun banyaknya uangnya. Orang ambisius tidak akan pernah merasa cukup dengan gengsi yang telah ia capai. Orang-orang yang hanya memikirkan hal-hal yang sensual tidak akan pernah dapat dipuaskan. Secara menyeluruh hidup mereka menginginkan hal-hal kedagingan (Rm.13;14), dan memenuhi keinginan-keinginannya (Ef.2:3).

Kita harus tetap komit dan memegang teguh pertobatan kita (Why. 3:11) jangan menoleh lagi ke belakang. Anugerah pertobatan akan mengubah semua keinginan kita. Jiwa kita selalu haus akan Yesus, dan berseru seperti Daud, “Jiwaku haus kepada-Mu seperti tanah yang tandus” (Mzm.143:6). Tidak ada sesuatupun yang indah di belakang kita dibandingkan dengan semua yang kita peroleh di depan sana, ketika telah menemukan diri kita berada dalam Kristus. Di belakang kita hanya ada murka Allah yang dahsyat, yang membinasakan, yang menghanguskan dan begitu mengerikan. Jangan menoleh ke belakang dan menantang murka Allah yang begitu mengerikan.

Rumah Sorgawi menunggu setiap kita yang percaya pada-Nya. Marilah kita pulang kepada Bapa untuk memperoleh kebahagiaan, untuk menikmati perjamuan Anak Domba, dan jangan kembali ke dunia yang akan dibinasakan. Renungkan dan resapilah lagu ini, Sungguh lembut Tuhan Yesus memanggil (KJ.353:1 – 2):

Sungguh lembut Tuhan Yesus memanggil, memanggil aku dan kau

Lihatlah Dia prihatin menunggu, menunggu aku dan kau

Refr..: Hai mari datanglah, kau yang lelah, mari datanglah

Sungguh lembut Tuhan Yesus memanggil, “ Kau yang sesat, marilah”.

Janganlah ragu, Tuhanmu mengajak, mengajak aku dan kau

Jangan enggan menerima kasih-Nya, terhadap aku dan kau (Refr..)

Dengan lemah lembut, Tuhan Yesus memanggil, “Hai, orang berdosa, pulanglah!” Jangan menoleh ke belakang, dunia dan kota Kebinasaan itu atau apalagi kembali ke sana. Sebenarnya jika kita menyadarinya, sekalipun kita begitu mencintai dunia, namun bumi ini muak dengan kita. Maka pulanglah ke rumah Bapa. Sambutlah panggilan Yesus. Datanglah kepada Dia. Bertobatlah dan terimalah Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi kita.

III. Janganlah berhenti di Lembah Dosa, namun larilah ke gunung Batu yang Teguh, yaitu Kristus. “Larilah,…janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap.” (Kej. 19:17)

Kejadian 19: 25-28 menjelaskan bahwa bukan hanya Sodom dan Gomora yang dilalap api, bahkan juga Lembah Yordan. “Ketika Abraham pagi-pagi pergi ke tempat ia berdiri di hadapan TUHAN itu, dan memandang ke arah Sodom dan Gomora serta ke seluruh tanah Lembah Yordan, maka dilihatnyalah asap dari bumi membubung ke atas sebagai asap dari dapur peleburan”. Berhenti di Lembah Yordan sama dengan membiarkan diri terbakar api murka Allah. Oleh sebab itu, Tuhan memerintahkan Lot dan keluarganya untuk lari ke pegunungan.

Sebelum seseorang benar-benar mengalami pertobatan sejati, biasanya ia harus melewati tiga kondisi (status/state), yaitu status duniawi (natural state), status bangun (awakening state) dan status pertobatan (the state of conversion).

Pertama, Manusia dalam status duniawinya. “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani” (IKor.2:14). Itulah kondisi kita jika belum mengalami pertobatan secara batiniah (inward). Kita disebut “manusia duniawi” karena itu adalah kondisi alami dari setiap orang. Kita dilahirkan dalam situasi ini. Kita pada dasarnya adalah “orang-orang yang harus dimurkai” (Ef.2:3). Setiap orang yang tidak pernah mengalami pertobatan batiniah, ada dalam “status duniawi.” Manusia, dalam kondisi duniawinya dan ketidakbertobatannya menolak Yesus Kristus. Kita mungkin berkata bahwa saya percaya kepada Yesus, namun dari hati yang paling dalam (inner heart) sesungguhnya kita menolak Dia.

Kedua, Manusia dalam status terbangun. Artinya kita terbangun dari ide-ide yang salah yang pernah kita miliki ketika masih dalam status duniawi. Alkitab berkata, Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu." (Ef.5:14). Apa artinya? a) Kita terbangun dari pikiran-pikiran yang sia-sia tanpa Kristus. Orang-orang ini menyadari fakta bahwa mereka akan mati. Karena itu maka segala pikiran yang sia-sia segera dibuang dan diganti dengan pikiran yang serius tentang pikiran yang berguna dan bermanfaat. b) Kita juga akan terbangun untuk melihat dosa yang begitu kejam yang telah kita perbuat. Kita akan memikirkan dosa-dosa besar yang pernah kita lakukan. Kita akan berpikir tentang fakta bahwa Allah tahu tentang semua dosa itu, dan itu semua telah dicatat dalam buku-buku-Nya di Sorga (bnd. Why.20:12-15). Kita akan merasa jijik dan malu terhadap dosa-dosa kita sendiri ketika kita telah bangun. c) Kita juga akan berpikir tentang hati kita yang penuh dengan dosa ketika kita bangun. Pikiran ini juga akan masuk ke dalam pikiran kita: “Hatiku penuh dengan dosa dan sangat jauh dari Tuhan.” Kita akan merasa ngeri ketika memikirkan diri kita yang penuh dengan dosa, hati kita yang tidak ada kasih kepada Tuhan, dan doa-doa kita yang kering. Kita akan menyadari bahwa orang dengan hati yang penuh dosa seperti itu tidak memiliki pengharapan. Kita akan melihat betapa jahat dan bersalahnya kita dalam pemandangan Allah yang mahakudus. Kita akan melihat bahwa tidak ada jalan keluar untuk lari dari murka Allah dan penghakiman-Nya. Kita akan memahami bahwa kita layak untuk dihukum oleh Tuhan ketika kita mulai bangun! Kita akan berkata seperti John Newton, penulis lagu Amazing Grace” – “Ajaib benar anugerah” ("O Lord, How Vile am I" by John Newton, 1725-1807[KJ.40])

Ajaib benar anugerah pembaru hidupku

‘Ku hilang, buta, bercela ; olehnya ‘ku sembuh

Ketika insaf, ‘ku cemas, sekarang ; ‘ku lega

Syukur, bebanku t’lah lepas, berkat anugerah

Ketiga adalah manusia dalam status bertobat. Pertobatan itu memiliki empat sifat pertobatan (‘nature of conversion’ ), yaitu perubahan pikiran (“change of mind), perubahan hati (chage of heart), perubahan hidup (change of life) dan perubahan kepura-puraan (change of affections).” Kita akan dipenuhi dengan pikiran tentang Dia yang telah bangkit dari kematian dan naik ke Sorga, duduk di sebelah kanan Allah. Pikiran kita akan tertuju kepada Kristus di Sorga. Kita akan disucikan dari dosa-dosa kita oleh Darah-Nya. Dan kemudian kita akan bertobat.

Janganlah berhenti di Lembah Yordan! Janganlah berhenti dalam kesalahfahaman kita akan pertobatan kita sendiri. Di mana kita mungkin merasa telah bertobat, merasa telah diselamatkan, namun pada kenyataannya kita masih dalam lembah duniawi, lembah terbangun dan sesungguhnya belum sampai kepada Gunung Batu perlindungan. Biarlah hidup kita akhirnya sampai pada Gunung Batu Perlindungan kekal itu di dalam Kristus Yesus. Amin!

Ramli SN Harahap fidei/gladys 25072008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar