Jumat, 21 November 2008

Bahan PA Lansia

”MENJAGA SEMANGAT AGAR TETAP DIPERBAHARUI” (Refr. Mazmur 92 : 15)

1. Kita menyadari bahwa karena faktor usia yang sudah lanjut terkadang semangat kita pun turun. Hari demi hari menjadi pergumulan yang harus dihadapi. Kesaksian Pemazmur dalam Mzm. 90:10 menggambarkan bahwa di samping semangat yang menurun, ada juga kebanggaan yang harus dijalani yaitu kesukaran dan penderitaan. Aneh memang. Dikatakan kebanggaan para lansia ialah kesukaran dan penderitaan. Inilah kenyataan yang harus dijalani. Tuhan tentunya tidak hanya menggambarkan kesukaran dan penderitaan itu saja, namun Dia pasti akan memberikan semangat baru dalam menjalani masa tua itu. Dalam pembahasan kali ini kita akan mencoba membincangkan dan mendiskusikan hal-hal apa saja yang dapat menjaga semangat kita pada masa tua ini agar kita dapat mampu menjalani hari-hari kita dengan semangat.

2. BELAJAR BERDOA PADA LANJUT USIA. Kita ingat tat kala anak-anak kita meninggalkan rumah untuk bekerja atau sekolah/kuliah, kita merasa tidak berdaya menahannya untuk tidak pergi, dan yang bisa kita lakukan adalah mendoakan mereka. Mendoakan mereka berarti dapat bersama mereka dengan tanpa hadir di sana. Ketika kita masih muda, kita menuntut bahwa kita berdoa seperti kita bekerja. Selain hanya berkata, “Mari kita berdoa”, kita juga melakukannya. Tetapi, sekarang kita bertambah tua dan mulai lamban, namun melakukan doa perenungan menjadi makin penting. Di balik pemandangan di depan kita, kita dapat memelihara kehidupan doa dan ibadah di dalam hati. Kita dapat “berdoa sejenak” di dalam hati untuk mereka yang kita kasihi serta untuk anak-anak Tuhan di seluruh dunia. Kita perlu senantiasa memohon seperti seorang janda pada perumpamaan Yesus dalam Lukas 18:1-8, yang terus-menerus mengajukan permohonannya hingga akhirnya didengarkan. Salah satu pelayanan para lanjut usia yang paling berharga yang dapat dilakukan adalah berdoa. Ketika masih muda, kita seperti para murid yang bertanya kepada Yesus, “Tuhan, ajarlah kami berdoa” (Luk.11:1), namun sekarang sebagai orang lanjut usia, doa kita adalah, “Tuhan, tolonglah agar kami tetap terus berdoa. Amin”.

3. MELAKUKAN APA YANG DAPAT KITA PERBUAT (Mrk.14:6,8). Seorang wanita yang semula aktif kini hidup tinggal di rumahnya saja. Ia tak punya kenderaan untuk pergi ke gereja. Ia tidak pergi ke gereja jika tidak ada orang yang ingat menjemputnya. Katanya, ia tidak mau bergantung pada orang lain. Namun, karena keluarganya tidak ada yang tinggal di sekitarnya, ia seakan terdampar tanpa ada pertolongan dari siapa pun. Terkadang ia tertekan, karena merasa sebagai “orang tahanan yang nyaman”. Ia sedih, sebab sumbangannya kepada gereja terlalu sedikit. Akan tetapi, wanita berusia 80 tahun ini selalu penuh humor dan gemar bermain piano. Dalam hatinya ia bertanya, “Apa yang dapat kuperbuat bagi Tuhan dan sesamaku pada usiaku yang lanjut ini?” Maka ia mulai berpikir bahwa ia memiliki bakat untuk menghibur dan main piano. Bila ia dijemput ke pertemuan lansia di gereja, ia menghibur tiap orang dengan lagu-lagu lamanya melalui permainan pianonya. Para lansia lainnya mengelilingi piano dan bernyanyi dengan suara parau. Inilah hal yang dapat diperbuatnya bagi Tuhan dan sesamanya. Jelaslah bagi kita bahwa dalam masa tua pun kita dapat berkarya untuk Kerajaan Allah dengan segala kemampuan kita. “Pada masa tua pun mereka masih berbuah…” (Mzm.92:15).

4. MAMPU MELIHAT BINTIK-BINTIK KEEMASAN DI ANTARA ABU (Rm.8:28). Pelajaran ketiga orang lanjut usia yakni “mampu melihat bintik-bintik keemasan di antara abu”. Istilihah ini berasal dari novel putra raja yang menghimpun seluruh miliknya menjelang kematiannya. Ia sedang membuat neraca keseimbangan atas seluruh hidupnya dengan memilih bintik-bintik keemasan (hal-hal menyenangkan) dari antara timbunan abu (kegagalan) dalam perjalanan hidupnya. Dia berpikir bahwa yang perlu diperhatikan ialah bintik-bintik keemasan saja sedangkan yang abu (kegagalan) tidak perlu. Tentang nilai sebuah pengalaman, Helen Hayes menulis: “Para lansia berlaku tidak adil jika tidak membagikan pengalaman mereka…” Menurut Thelma Rubie, “Saya tidak hidup dari waktu yang dipinjamkan, tetapi dari waktu yang diberikan”. Beberapa lansia menolak melihat masa lalunya, sebab merasa tidak mampu melengkapinya dengan baik. Umumnya kita telah melihat masa lalu itu. Apakah kita akan melakukan hal yang berbeda, jika pengalaman masa lampau itu terjadi sekarang? Saya ragu kita akan melakukan yang berbeda. Yang pasti ialah kita telah berbuat yang terbaik saat itu. Kita imani bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal yang mendatangkan kebaikan. Tuhan bukan berjanji akan selalu memberi kebahagiaan (keemasan), melainkan Tuhan berjanji akan selalu hadir untuk menguatkan kita mengatasi apa yang terjadi. Von Herkomer seorang seniman berbakat. Namun, salah satu karyanya cacat dan terbuang. Ia menyerah kalah, lalu tertidur. Saat terbangun, cahaya matahari menyinari karyanya, lalu ia berseru, “Wah, ternyata ini lebih indah dari yang saya bayangkan.” Demikianlah juga hidup kita. Ternyata ada bintik-bintik keemasan di antara abu (kegagalan) kita.

5. PARA CUCU MEMPERBAHARUI HIDUP KITA (Rut 4:15). Apakah yang dapat memulihkan jiwa kakek dan nenek? Sama seperti orang-orang lain, jiwa mereka mendambakan kehormatan, penghargaan pribadi dan penampilan di depan umum. Karena kenyataan usianya, para lanjut usia memerlukan penghargaan tersebut baik oleh masyarakat maupun anak cucunya. Dalam Kitab Rut digambarkan Naomi berturut-turut menderita kehilangan dalam hidupnya. Mula-mula suaminya Elimelekh yang meninggal di Moab. Sepuluh tahun kemudian kedua anaknya, Mahlom dan Kilyon, meninggal dunia. Kini, pada masa lanjut usianya, ia dihibur dengan kelahiran seorang cucu, Obed. Kata teman-temannya, “…dialah yang akan menyegarkan jiwamu dan memelihara engkau pada waktu rambutmu telah putih” (Rut 4:15). Menurut hukum perkawinan Israel, bagi seorang janda (Ul.25:5-6), bayi itu akan mengemban nama anaknya laki-laki dan itu merupakan kepastian jaminan kelangsungan keturunannya yang memperbarui hidupnya. Naomi merawat cucunya (Rut 4:6) dan kaum perempuan mengucapkan selamat sambil berkata, "Pada Naomi telah lahir seorang anak laki-laki" (Rut 4:17). Ucapan ini agak aneh, karena yang melahirkan adalah Rut. Pada sisi lain, cucu memiliki hal yang istimewa. Ketika Naomi menggendong Obed yang mungil, ia tidak hanya bergembira atas kepastian masa depan keluarganya, tetapi juga mengalami pembaruan hidup melalui kelahiran anak itu. Tidak aneh jika pemazmur berdoa: “Kiranya TUHAN memberkati engkau dari Sion, … dan melihat anak-anak dari anak-anakmu!…” (Mzm. 128:5-6). Cucu merupakan mujizat. Kejenakaan mereka menghibur kita; kehadiran mereka menimbulkan perasaan mendalam dan misterius, mereka memberi kegembiraan pada kekek-neneknya yang lanjut usia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar