Jumat, 21 November 2008

Bahan Sermon Parhobas

”NYANYIAN KEMENANGAN”

( Wahyu 12 : 10 – 12 )

1. Sampai sekarang, masih banyak orang Kisten mempercayai bahwa kitab yang paling membingungkan dalam Alkitab adalah Kitab Wahyu. Mengapa? Karena gaya bahasa yang dipakai Yohanes sungguh sangat dalam maknanya sarat dengan banyak pertanyaan dan misteri. Termasuk pasal 12 ini menceritakan tentang, “Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan …. sedang mengandung dan di hadapannya ada seekor ular naga yang hendak memakan anak yang baru lahir itu ” (12:1dyb). Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi naga itu tidak dapat bertahan; akhirnya mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya (12:7-9). Dengan membaca sepintas kitab Wahyu ini, maka banyak orang yang salah mengerti dan salah memahami akan makna dan maksud wahyu ini dituliskan. Wahyu berarti sebuah penyingkapan. Dalam bahasa Yunani dikenal dengan apokalipsis (apokalipsis ) yang berarti penyingkapan atau penyataan.·

2. Ada beberapa pemahaman yang sering dipakai untuk mengerti apa sebenarnya Wahyu itu.Pertama, wahyu itu adalah Preteris, maksudnya semua yang diberitakan kitab Wahyu sebenarnya untuk memberitakan apa yang sudah terjadi dahulu pada masa Yohanes. Sehingga peristiwa ini sudah berlalu, tetapi harus diingat bahwa yang telah terjadi itu menjadi peringatan, atau nasihat bagi manusia yang hidup zaman sekarang agar tetap hidup di jalan kebenaran. Kedua, wahyu dipandang secara Sejarah, artinya peristiwa ini sudah terjadi pada zaman Yohanes, namun masih terus berlanjut terjadi hingga akhir zaman. Ketiga, wahyu dipahami sebagai peristiwa Futuris, artinya seluruh berita kitab Wahyu belum pernah terjadi tetapi masih akan terjadi pada masa yang akan datang mendekat pada akhir zaman. Keempat, wahyu dipahami sebagai Poetis, artinya seluruh isi kitab Wahyu diyakini sebagai karya sastra. Namun yang jelas kita pahami adalah seluruh kitab Wahyu Yohanes ini bertujuan untuk mengingatkan, menasihatkan, mengisyaratkan peristiwa yang telah terjadi, yang sedang terjadi dan yang akan terjadi. Dengan demikian Yohanes mau membantu orang Kristen di setiap zaman untuk menghadapi segala peristiwa yang terjadi.

3. Untuk memudahkan kita memahami pasal 12 ini, ada baiknya kita memahami “alur cerita”nya. Pada ay.1, dikatakan tentang: “Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya”. Kata berselubungkan menggambarkan kemuliaan, kebenaran orang yang percaya (bd.7:9; 19:8,13). Seorang perempuan berselubungkan matahari mengisyaratkan jemaat dan anggota jemaat yang memancarkan kemuliaan Yesus (bd.1:16). Pada ay.2 digambarkan keluhan dan penderitaan mau melahirkan yang bermaksud agar jemaat dan warga jemaat tabah dalam menghadapi segala penderitaan. Kata seekor naga merah padam yang besar, menggambarkan perbuatan yang kejam dan jahat dari Iblis yang hendak menerkam musuhnya (bd. Mzm.74:13,14; 89:9; Yes.27:1; Yoh.8:44). Naga besar ini hendak memakan anak perempuan itu dan bahkan perempuan itu sendiri. Hal ini menggambarkan bahwa Iblis hendak menghancurkan seluruh jemaat dan warga jemaatnya. Namun rencana itu semua digagalkan oleh malaikat Tuhan Mikhael.

4. Melalui teks Wahyu 12:10-12 ini, merupakan nasihat dan pelajaran yang cukup berharga bagi kehidupan jemaat dan warga jemaat masa kini asa tetap setia hidup dalam ketabahan yang tahan uji – menahan segala sesuatunya hingga akhirnya (Yak.1:12; 1Kor.15:58) dan di dalam iman yang murni yang berpengharapan yang hidup di dalam setiap perjalanan hidup jemaat dan warga jemaatnya. Kemenangan Kristus telah nyata. Itulah sebabnya pesan ayat 10 sungguh berarti bagi kita, "Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya,…” Setelah Kristus dimuliakan dan diurapi maka Iblispun dijatuhkan ke bumi. Mengapa Iblis dijatuhkan? karena Iblis selalu mendakwa orang-orang percaya, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. Iblis mendakwa orang percaya di hadapan Allah hanya untuk keuuntungan pribadi (bd.Ayb 1:6-11; Za.3:1). Kendati pun Iblis begitu gencar mencari-cari kesalahan-kesalahan orang percaya itu agar kena hukuman Allah, tetapi orang percaya itu tetap dipihak yang menang. Karena mereka mengalahkan Iblis dengan darah Anak Domba (ay.11). Orang yang percaya yang setia di bumi mengalahkan Iblis dengan jalan dibebaskan dari kuasanya oleh darah Anak Domba, dengan membulatkan tekad untuk membela Kristus dan dengan menunjukkan kerelaan untuk melayani Kristus tanpa pamrih. Dalam perjuangan seperti itulah yang mengakibatkan banyak orang yang percaya mengalami penderitaan hingga akhir hidupnya. Mereka terus berperang melawan kegeraman Iblis yang siap siaga menerkam orang percaya ketika mereka lengah. Iblis menyadari bahwa ia akan dibinasakan dalam waktu sangat singkat. Waktu yang sangat singkat menunjuk kepada masa kesengsaraan. Geramnya yang dahsyat, mengakibatkan penderitaan bagi orang kudus di mana-mana (ay.12).

5. Teks ini sangat relevan ketika kita menghadapi masa-masa sulit dalam hidup kita. Karena dengan memahami dan menyadari keberadaan musuh-musuh kita maka kita akan benar-benar siap di setiap waktu untuk bertarung dan berperang dengannya. Hanya orang yang yang setia kepada iman yang benar kepada Yesuslah yang memperoleh kemenangan dalam pertarungan hidup di dunia ini. Setiap hari kita akan berjumpa dengan banyak pendakwa-pendakwa di bumi ini. Sifat pendakwa-pendakwa ini bisa saja menyusupi kehidupan kita secara pribadi ataupun kelompok dan bahkan gereja. Pendakwa-pendakwa ini selalu berusaha mencari kesalahan-kesalahan orang lain agar mereka dijatuhkan hukuman sesuai dengan hukum yang berlaku. Para pendakwa-pendakwa ini tidak pernah senang jika melihat keberhasilan dan kemampuan orang lain. Mereka akan selalu berusaha menggagalkan apa yang baik dan berusaha agar keinginan yang jelek dan jahatlah yang terjadi. Sifat pendakwa-pendakwa seperti ini haruslah kita hindari dari kehidupan kita sehari-hari baik secara pribadi, kelompok maupun gereja. Marilah kita bukan mencari kesalahan orang lain, melainkan memperbaiki kesalahan orang lain. Marilah kita hidup bukan untuk memakan dan menghancurkan keberhasilan dan kemampuan orang lain, melainkan merangkul dan bekerja sama dengannnya agar pelayanan kita semakin baik. Mencari seribu kesalahan adalah lebih mudah daripada memperbaiki satu kesalahan orang lain. Kita baru bisa bernyanyi dengan nyaring jika kita semua mengalami kemenangan bersama. Namun nyanyian kemenangan satu orang tidaklah begitu menggema. Karenanya marilah kita membangun sebuah nyanyian kemenangan besar bagi kemuliaan Allah Bapa sebab kita telah sama-sama dimenangkan oleh Darah Anak Domba Allah. Dengan demikian tidak ada lagi alasan bagi kita untuk mendakwa orang lain, sebab kita telah sama-sama dimenangkan oleh darah Anak Domba Allah yang sama. Amin!

1. BEAM No. 19:1-2

2. BEAM No. 233:1-2

Ramli SN Harahap

Fidei’07



· Harus kita bedakan apokaliptisme dengan eskatologi. Untuk memahami hal ini perlu harus diketahui lebih dulu apa itu eskatologi dan apokaliptisisme? Eskatologi berasal dari kata eskhaton yang artinya ‘akhir’ (end). Dalam pengertian umum eskatologi dipahami sebagai akhir dunia ini. Bagi orang Kristen dan Yahudi eskatologi dipahami sebagai puncak bukan penghentian: akhir dari ceritanya adalah pemenuhan rencana Allah bagi manusia. Apokaliptisme adalah satu jenis dari eskatologi. Sehingga seluruh apokaliptisme adalah eskatologi, tetapi setiap eskatologi bukanlah apokaliptik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar