Jumat, 21 November 2008

Bahan Pembinaan Sintua

PERAN KELUARGA SINTUA DALAM

MENDUKUNG PELAKSANAAN TUGAS HASINTUAN DI GKPA!

(1 Tesalonika 5:12-13)

Pendahuluan

Harus diakui bahwa keluarga adalah penopang utama dalam melaksanakan tugas tohonan hasintuaon di dalam Gereja. Tanpa dukungan keluarga, pelayanan Sintua di tengah Gereja tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu, tema pembahasan kita malam ini adalah sangat relevan dalam rangka memperbaiki pelayanan GKPA secara umum dan GKPA Depok secara khusus. Mengapa topik ini kita bahas malam ini? Apakah karena para Sintua di GKPA Depok sudah tidak lagi melaksanakan tugas hasintuaonnya dengan baik? Atau karena Sintua itu sendiri tidak tahu apa tugas dan tanggung jawabnya di tengah Gereja dan Warga Jemaat. Atau karena kinerja atau sistem pelayanan di GKPA Depok yang tidak tertata dengan baik. Atau karena para keluarga Sintua tidak mendukung Suami/Isterinya yang menjadi Sintua di GKPA Depok. Banyak alasan mungkin yang melatarbelakangi tema ini kita bahas malam ini. Namun apa pun yang melatarbelakangi tema ini, bagi kita sekarang, melalui pembinaan Sintua dan Keluarga Sintua GKPA Depok ini, maka terciptalan pelayanan para Sintua GKPA Depok yang semakin mantap dan luar biasa demi kemuliaan bagi nama Tuhan dan membawa damai sejahtera bagi manusia dan warga Jemaat.

SINTUA GKPA DALAM PELAYANANNYA

Untuk dapat melihat sejauh mana peran keluarga Sintua dalam mendukung pelaksanaan tugas hasintuaon di GKPA ini, maka terlebih dahulu kita melihat apa sebenarnya tugas-tugas para Sintua di GKPA dan bagaimakah mereka seharusnya bersikap dan bertingkah laku di dalam pelayanan Jemaat ini.

Sebelum kita membahas tugas hasintuaon itu, mari kita melihat dulu tugas pelayanan Gereja secara menyeluruh. Pelayanan gereja tentu tidak hanya pelayanan Mimbar (khotbah, evanggelisasi ) dan sermonial (Ibadah/sakramen), Penatalayanan Administrasi dan Keuangan/manajemen gereja, tetapi sangat luas dan menyangkut bidang (masalah) Pelayanan Persekutuan (koinonia) jemaat secara kategorial yang berkaitan dengan kehidupan pribadi, keluarga yang terkait dengan kehidupan rohani, mental, sosial-ekonomi, bahkan juga terkait karena masalah budaya - masyarakat dan politik dimana gereja kita berada/sekitar jemaat. Pelayanan gereja juga Menyangkut Pelayanan yang berkaitan dengan Pelayanan Marturia; pekabaran injil ke dalam dan ke luar, musik dan Pelyanan Diakonia Gereja di tengah dunia ini untuk kalangan jemaat itu sendiri dan di luar jemaat juga.

Text Box: Keterangan : K = Koinonia D = Diakonia M = Marturia R = Rohan, J = Jasmani I = IntelektualJemaat hidup dan berada di tengah-tengah dunia; dunia yang terkait dengan kebutuhan fisik (pangan - sandang, papan), kebutuhan sosial (dihargai - dihormati - dikasihi - disayangi) dan kebutuhan rohani (aktualisasi diri, tenang, aman, damai sejahtera). Mau tidak mau jemaat berada dan bahkan mungkin mengalami 4 S (Susah, Sakit, Stress dan Stroke) sebelum Stop . . . . berakhir.

Gereja dalam tritugas panggilanya sebagai Pelayan/Sintua Gereja kepada “warga jemaat/Gereja”, sebagai Tubuh Kristus (Persekutuan orang percaya), yang melayani (dalam arti teologis); melindungi, menjaga, memelihara, memberi makan, membangun, membina, memberi nilai kwalitas dan kwantitas jemaat secara rohani dan jasmani, sebagaimana Allah menggembalakan umatNya (Maz 23, Yehezkiel 34, Joh 10).

Panggilan gereja (orang percaya/pelayan): seperti yang dipraktekkan Tuhan Yesus Kristus pada masa hidupnya (Yoh 10, Yoh 21:15-17): mengajar, berkhotbah, menyembuhkan, menghibur, melayani, memberi makan, mengunjungi dari desa ke desa, mengunjungi kota ke kota, kunjungan dari rumah ke rumah dan rumah ibadat, mendelegasikan tugas (pemuridan), menasehati dengan berbagai metode dan cara edukatif dan persuasive (teaching, Preaching, konseling dan Healing ).

Pelayan/Sintua Gereja adalah Pelayan (murid-murid/diamanatkan kepada yang diutus) memberlakukan seperti yang dilakukan Yesus. Dasar atau motivasi pelayanan adalah Kasih Allah dan mengasihi manusia. Melakukan tugas dan pelayanan dengan kerendahan hati, tulus dan sukacita, tidak terpaksa/dipaksakan atau dengan motivasi lain (dihormati/dihargai/prestise, dll). Setulus hati mau terpanggil untuk kerajaan/kehendak Allah, sekalipun ada kerikil-kerikil, hambatan, tantangan, cemohan, kritik/celaan yang merendahkan/meremehkan jiwa kita. Ingat motto: Aku PELTU (Pelayan Tuhan) tentu bukan soal harga diri sebagai pejabat, orang terhormat. Bertitik tolak dari hal yang saya utarakan ini kita akan membahas PERAN KELUARGA SINTUA DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN TUGAS HASINTUAON DI GKPA.

TUGAS SINTUA BERDASARKAN ALKITAB

Dalam kesaksian Alkitab PL dan PB – secara teologis menjadi dasar pengakuan Iman Percaya kita – yaitu: bahwa Majelis Jemaat/Gereja adalah Pelayan-pelayan Gereja, dan kita percayai bahwa: Tiap-tiap orang Kristen terpanggil menjadi saksi Kristus. Dan untuk menunaikan pekerjaan-pekerjaan di tengah-tengah Gereja, Allah memanggil di dalam Gereja, pelayan-pelayan sesuai dengan tugas Kristus yang tiga itu : Nabi, Imam dan Raja (1 Kor. 12 : 28). Jabatan-jabatan Pelayanan (sesuai dengan aturan-peraturan Gereja yang dianut) dan menjadi tanggung jawabnya itu ialah :

1. Memberitakan Injil.

2. Melayani Sakramen.

3. Menggembalakan/pembinaan warga jemaat: anak sekolah minggu, remaja, pemuda, kaum wanita dan bapak.

4. Menjaga kemurnian ajaran, melakukan tuntunan jiwa, melawan ajaran-ajaran yang sesat.

5. Melakukan pekerjaan diakonia.

Di dalam Perjanjian Baru tugas penatua dikelompokkan dengan tiga hal:

Pertama, melayani secara pastoral, ini mencerminkan situasi awal kehidupan orang Israel sebagai kelompok pengembara sambil membawa ternaknya. Oleh sebab itu gambaran umat sebagai domba dan Allah (serta para pemimpin) sebagai gembala merupakan gambaran yang cukup menonjol dan sekaligus mengungkapkan realita kehidupan yang penuh tantangan sehingga kita memerlukan kepemimpinan yang bersifat sebagai gembala ( Maz 23, Joh 10, Yehezkiel 34 ). Paulus mengatakan kepada para penatua di Efesus: “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan domba, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri” (Kisah Para Rasul 20: 28). Istilah penilik di sini tidak sama dengan memeriksa (inspeksi !) melainkan untuk menekankan pekerjaan yang bersifat menolong atau menyatakan kepedulian terhadap orang yang menderita, yang dilayani/digembalakan.

Kedua, adalah memimpin jemaat. Pengertian memimpin disini adalah seperti memimpin (mengepalai) keluarga (oikonomos). Oleh sebab itulah Paulus rnemakai istilah “pengatur rumah Allah” untuk tugas kepemimpinan penatua di jemaat (Titus 1: 7; lihat, 1 Timotius 3: 4-5; 5: 17; 1 Tesalonika 5: 12). Kehidupan jemaat adalah suatu persekutuan yang saling mempedulikan ibarat suatu keluarga, keluarga Allah (familia Dei), di mana ada kepemimpinan yang melayani, yang bertujuan menciptakan kesejahterian semua anggota keluarganya. Dalam konteks lain jemaat sering dilukiskan sebagai tubuh: memiliki banyak anggota tetapi tetap di dalam kesatuan ( Rom 12, I Korintus 12). Oleh karena itu pertumbuhan jemaat akan nampak dan hidup apabila para penetua mempedulikan kehidupan anggota jemaatnya/gereja.

Ketiga, Sebagai penjaga terhadap ajaran yang menyesatkan/ berbagai ajaran sesat, yang menekankan perlunya kita mewaspadai berbagai rupa ajaran yang menyesatkan jemaat. Rasul Paulus mengingatkan para penatua di Efesus untuk berjaga-jaga terhadap ancarnan serigalaserigala ganas. “Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. Bahkan dan antara kamu sendiri akan muncul murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka. Sebab itu berjaga-jagalah (Kisah Para Rasul 20: 29-31). Titus dinasihatkan untuk berpegang. teguh pada ajaran yang sehat agar mampu “meyakinkan penentang-penentangnya” (Titus 1; 10).

Yohanes mengatakan: “janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dan Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia” (1 Yohanes 4: 1). Sejak awal gereja sudah bergumul menghadapi berbagai ajaran (sesat) sebab jemaat pertama langsung berhadapan dengan kebudayaan dan agama yang beranekaragam di banyak kota di dalam wilayah kerajaan Romawi. Seandainya para rasul dan penatua waktu itu tidak segera diingatkan kemungkinan besar jemaat akan lenyap ditelan arus kebudayaan dan keagamaan di sekitarnya. Ratusan tahun dibutuhkan oleh gereja sehingga kita memiliki ajaran (konfesi) yang dapat dijadikan pedoman menilai berbagai paham dan ajaran yang akan senantiasa muncul sejalan dengan perkembangan masyarakat. Ajaran-ajaran penting dicermati karena ia berpengaruh terhadap perbuatan dan tindakan.

TUGAS SINTUA BERDASARKAN AGENDA GKPA

1. Sintua adalah pelayan yang menerima tahbisan membantu (mangurupi) Pendeta di dalam jemaat untuk mengamati anggota-anggota jemaat yang dipercayakan kepada mereka dan meneliti perilakunya. Apabila Sintua mengetahui ada Warga Jemaat perangainya kurang baik, maka mereka harus ditegur dan dibimbing agar mereka kembali ke jalan yang benar.

2. Sintua mengajak anggota jemaat untuk datang beribadah dan meneliti alasan-alasan mengapa mereka tidak datang mengikutinya. (artinya, seorang Sintua harus aktif membuat penelitian terhadap kuantitas dan kualitas ibadah yang dilaksanakan di dalam Gereja dan juga harus aktif meneliti masalah yang dihadapi Gereja dalam menarik kehadiran jemaat dalam beribadah).

3. Sintua mengajak para anak untuk rajin datang mengikuti ibadah Sekolah Minggu. (artinya, Sintua harus terlibat aktif dalam pelayanan kepada anak-anak Sekolah Minggu, karena Sintua bukan hanya menjadi Sintua bagi orang dewasa saja).

4. Sintua mengunjungi orang sakit dan memberi bantuan sesuai dengan kemampuannya, namun yang terpenting adalah mengingatkan mereka akan Firman Allah dan mendoakannya.

5. Sintua menghiburan orang yang berdukacita, menolong orang yang susah dan orang yang miskin (artinya, Sintua harus berperan aktif mengentaskan kemiskinan warga jemaat melalui pendidikan, ketrampilan, dll. Sintua harus mampu menjadi motivator bagi warga jemaat agar warga jemaat mampu keluar dari setiap pergumulan kehidupan jasmani maupun rohaninya).

6. Sintua membimbing penyembah berhala, orang sesat, supaya turut serta memperoleh hidup dalam Yesus Kristus. (artinya, Sintua memberitaan Firman Allah kepada orang belum percaya dan mengenal Tuhan Yesus semisal: penyembah berhala, orang sesat, supaya turut serta memperoleh hidup dalam Yesus Kristus).

7. Membantu pengumpulan dana (semisal : Persembahan Bulanan, dan dana-dana lain yang ditetapkan oleh Gereja) dan tugas pelayanan Kerajaan Allah.

TUGAS-TUGAS SINTUA BERDASARKAN TATA LAKSANA (TL GKPA ps.21):

a. Memberitakan Firman Allah dan melaksanakan Pekabaran Injil.

b. Mengajak warga Parlagutan untuk mengikuti kabaktian dan meneliti serta mempelajari apa sebabnya jika mereka tidak datang dalam kebaktian.

c. Mendorong agar anak-anak Anggota Parlagutan rajin dan setia datang mengikuti kebaktian Sekolah Minggu.

d. Mengunjungi orang sakit dan menyediakan hal-hal yang dibutuhkan si sakit sesuai dengan kemampuan yang ada, menyampaikan Firman Allah serta mendoakan mereka.

e. Memberikan penghiburan bagi orang yang berduka dan menolong orang yang kesusahan.

f. Memberikan bimbingan kepada orang yang belum percaya kepada Kristus agar mereka juga memperoleh anugerah yakni kehidupan kekal yang telah disediakan Yesus.

g. Mengupayakan pemasukan persembahan bulanan dan kewajiban anggota Parlagutan lainnya demi untuk kepentingan Gereja dan pemberitaan Firman Allah.

h. Membimbing serta mengajar orang yang sesat agar mereka kembali ke jalan yang benar sesuai dengan kehendak Yesus.

i. Sebagai Pelayan di Parlagutan untuk memperhatikan Anggota Parlagutan jika ada perbuatan serta kelakuan yang menyimpang dari ajaran Firman Tuhan. Jika seorang Sintua mengetahui ada perilaku anggota Parlagutan yang kurang baik, maka Sintua harus memberi nasehat dan selanjutnya melaporkan kepada Guru Parlagutan atau Pendeta untuk digembalakan atau diberikan bimbingan.

TUGAS-TUGAS SINTUA BERDASARKAN RPP GKPA

1. Hukum penggembalaan/siasat dikenakan kpd Parhobas Parlagutan yg sudah 3 (tiga) bulan terus-menerus tdk ke Gereja (dan kebaktian-kebaktian lainnya) di dlm Parlagutan setelah bbrp kali dinasihati Majelis Parlagutan dan disetujui Pendeta Resort.

2. Hukum penggembalaan/siasat dikenakan kpd Parhobas Parlagutan yg sudah 3 (tiga) bulan terus-menerus tdk mau melayani di Gereja (dan kebaktian-kebaktian lainnya) di dlm Parlagutan setelah bbrp kali dinasihati Majelis Parlagutan dan disetujui Pendeta Resort.

3. Parhobas yg setahun tdk pernah mengikuti Perjamuan Kudus, maka tahbisan (tohonan)/jabatannya akan ditarik setelah dinasihati Majelis Parlagutan dan disetujui Pendeta Resort.

TUGAS-TUGAS LAIN YANG TIDAK DIATURKAN SECARA TERTULIS

1. Berpakaian rapi di dalam menghadiri setiap ibadah (memakai dasi dan atau jas lengkap dan atau memakai baju resmi lainnya)

2. Hadir sebelum ibadah dimulai untuk mempersiapkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan ibadah

3. Menjaga ketertiban ibadah

4. Memasuki konsistori Gereja sebelum dan sesudah ibadah untuk mengevaluasi pelayanan hari itu

5. Menghadiri Sermon Sintua untuk mempersiapak pelayanan mingguan

6. Mempersiapkan ibadah sektor/wyik

7. Dan lain sebagainya

PRINSIP-PRINSIP PELAYANAN

Dalam mencapai dan menjalankan tugas-tugas hasintuaon di atas, maka para Sintua GKPA dituntut untuk:

a. Menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya/tugasnya untuk kelancaran dan kebahagiaan/sukacita orang yang kita layani.

b. Memberikan/mengorbankan: waktu, tenaga, kemampuan, keahlian-keterampilan secara dinamis-kreatif, tulus, jujur-terpercaya/dipercaya (manegement waktu; keluarga, pekerjaan kantor dan gereja). Sebagaimana yang diungkapkan Yesus Anak manusia datang bukan untuk dilayani tetapi melayani (Mark 10:45).

c. Melayani sesuai dengan telenta kita masing-masing (I Pet 4:10). Jadi pelayanan dalam konteks Gereja adalah untuk kemuliaan Allah dan setiap orang percaya dipanggil/terpanggil untuk pelayan/melayani sebagai perpanjangan tangan/kawan/mitra kerja Tuhan ( I Korint 3: 8-9, I Korintus 4:1).

d. Melayani dengan tulus-ikhlas, tanpa pamrih, bukan supaya dihormati, dihargai, dipuji dan dibilang hebat. Melayani bukan dengan terpaksa/dipaksakan atau untuk kepentingan/keuntungan diri kita tetapi yang dilayani (I Pet 2:21, I Pet 5:1-6). Dipanggil untuk mengikuti jejak Allah memberi pelayanan untuk dan demi kehendak Allah.

PERAN KELUARGA SINTUA DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN TUGAS HASINTUAON DI GKPA

Dengan melihat banyaknya tugas-tugas para Sintua GKPA di atas, maka dukungan keluarga sangat dibutuhkan. Secara kemanusiawian, para Sintua GKPA mungkin tidak sanggup menjalankan tugas-tugas tohonan hasintuaon itu. Namun, harus kita ingat bahwa dari kita yang dituntut kemauan bukan kemampuan. Jika kita mau, maka Tuhan akan memampukan kita melakukan tugas-tugas hasintuaon itu.

Dukungan apakah yang harus diberikan oleh keluarga kepada suami/istrinya yang menjadi Sintua di GKPA? Ada banyak hal yang bisa dikerjakan oleh keluarga Sintua dalam rangka menopang dan mendukung suami/istrinya yang menjadi Sintua di GKPA.

1. Mendoakan suami/istrinya ketika pergi menjalankan tugas pelayanan yang mulia itu.

2. Mengingatkan suami/istrinya dalam tugas pelayanannya.

3. Mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas pelayanan suami/istrinya ketika suami/istrinya mau melaksanakan tugas pelayanan mulia itu.

4. Memberikan dana yang dibutuhkan suami/istrinya ketika pergi menjalankan tugas pelayanan mulia itu.

5. Merelakan suami/istrinya ketika pergi menjalankan tugas pelayanan mulia itu.

6. Mendampingi suami/istri dalam melaksanakan tugas pelayanan mulia itu, semisal: bersama-sama pergi ke partangiangan wilayan/wyik.

7. Aktif mengikuti dan memasuki organisasi dan kegiatan kategorial, semisal: PP-GKPA, PA-GKPA, dll.

8. Tidak cemburu jika suami/istrinya bertemu dengan warga jemaat

9. Tidak banyak menuntut dan tidak mengharapkan balas jasa dalam tugas pelayanan suami/istrinya

10. Menjadi teladan di tengah keluarga dan Gereja.

11. Dan lain sebagainya.

Apa kendala bagi keluarga di dalam mendukung pelayanan hasintuaon di GKPA? Terkadang harus diakui bahwa seringkali para keluarga tidak mau mendukung suami/istrinya dalam tugas pelayanan ini, adalah karena "merasa malu“. Mengapa merasa malu? Karena suami/istrinya tidak berlaku sesuai dengan yang dituntut oleh tohonan yang melekat pada diri suami/istrinya itu. Tidak jarang kita lihat sekarang, Sintua itu sudah menjadi "Sintua Hari Minggu”, “Sintua Dua Jama”, “Sintua Parsermon saja”, “Sintua Pangalo ni Pandita”, “Sintua Parmitu”, “Sintua Parbada”, “Sintua Pemalas”, “Sintua Sigurgak Ulu, Sigurbak Ateate, Sigurbak Butuha”, dan lain-lain. Bagaimana mungkin lagi keluarga kita mau mendukung kita dalam melaksanakan tugas pelayanan itu di tengah Gereja dan masyarakat. Pasti keluarga kita “merasa malu” melihat dirinya sendiri, keluarganya sendiri, dan bahka melihat jemaatnya sendiri. Karena sudah terlanjur suami/istrinya jadi Sintua GKPA, ya… mau tidak mau ditahankan ajalah. Coba kita bayangkan, jika kita menjadi Sintua yang benar-benar Sintua, saya yakin tidak seorang pun keluarga kita tidak mendukung kita dalam tugas pelayanan itu.

Bagaimakah caranya agar keluarga kita dapat mendukung kita? Jawabannya, “JADILAH SINTUA GKPA YANG BAIK DAN TELADAN!”. Menjadi Sintua yang baik memang tidak mudah. Tetapi bukan berarti tidak bisa kita kerjakan. Ingatlah selalu berkat tahbisan yang disampaikan Tuhan kepada kita saat menerima tahbisan/tohonan hasintuaon itu yang berkata: “Tuhan Allah Bapa dan Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus memberkatii engkau dan memberi hikmat kepadamu untuk menghayati dan melaksanakan dengan setia tahbisan Penatua/Sintua yang diserahkan pada Saudara hari ini agar Allah dipermuliakan di tengah-tengah Jemaat ini.Amin”. Agar menjadi Sintua yang baik, maka kita harus menghayati dan melaksanakan dengan setia tahbisan itu.

Terakhir, mengapa keluarga dituntut mendukung tugas panggilan hasintuaon suami/istrinya? Karena dalam mengemban tugas hasintuaon itu, keluarga juga terlibat dan ikut menerima tohonan/tahbisan itu. Hal ini terlihat pada saat Sintua tersebut menerima tahbisan Sintua, maka keluarga juga ikut berdiri di belakang suami/istrinya. Berdiri di belakang suami/istrinya, itu berarti dia ikut bersama suami/istrinya ikut menerima tugas panggilan itu dan bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Seperti kata orang bijak,”Muda Sintua suami/istriniba, angkon gabe dohot do iba gabe Sintua”. Semoga!!!

Ramli SN Harahap fidei/gladys 17092008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar