Jumat, 21 November 2008

Bahan Sermon Parhobas

”PENYAKIT KUSTA” (Imamat 13:45-46)

Kitab Torat Musa berisi hukum-hukum yang luar biasa yang Tuhan berikan pada umatNya. Bukanlah suatu kuk, yang sengaja Tuhan bebankan di pundak umatNya. Dia adalah Allah yang berkemurahan dan menginginkan yang terbaik bagi kita. Dia ingin agar kehidupan seluruh umat manusia terpelihara kesehatan jasmani dan rohaninya. Kalaupun hukum-hukum ini pertama kali diberikannya kepada bangsa Israel, adalah supaya bangsa ini menjadi percontohan bagi bangsa-bangsa lain di sekitar mereka, bagaimana kehidupan suatu bangsa yang dipimpin dan taat pada Allah akan membawa perbedaan dan menjadi berkat bagi sekelilingnya.

Salah satu dari hukum-hukum yang diberikan adalah hukum Kesehatan yang banyak orang tidak menyadari kegunaannya saat itu, padahal dari segi medis hukum kesehatan ini sudah sangat maju dan menjadi dasar bagi penerapan prinsip-prinsip medis modern.

Hukum-hukum Kebersihan dan Kesehatan dari Allah

llmu pengetahuan kedokteran tidak mengetahui adanya kuman-kuman dan cara-cara penularan infeksi sampai pada akhir abad ke-20. Bahkan sampai abad ini pun masih ada dokter yang percaya bahwa kehadiran dan penularan penyakit terjadi secara kebetulan dan semata-mata ditentukan oleh nasib untung atau rugi. Mereka yang terkena penyakit yang mematikan dirawat di rumah tanpa adanya kesadaran sedikit pun bahwa si sakit menularkan penyakit tersebut kepada orang-orang di sekitarnya. Manusia tidak tahu bahwa kuman-kuman mikroskopis yang tidak kelihatan namun mematikan bisa terdapat pada peralatan makan dan masak-memasak. Akan tetapi, Imamat 6:28 yang ditulis lebih dari tiga puluh lima abad yang lalu memperlihatkan suatu perintah: "jikalau dimasak di dalam belanga tembaga, haruslah belanga itu digosok dan dibasuh dengan air." Bagian dari ayat ini menunjukkan bahwa belanga dari logam harus di sucihamakan dengan cara menggosok dan membasuhnya dengan air. Instruksi-intruksi ini tentu saja menyelamatkan ratusan ribu orang Yahudi dari infeksi selama berabad-abad sementara orang-orang lain yang hidup di dunia pada waktu-waktu tersebut sama sekali tidak tahu bahwa kuman-kuman itu ada. Perlu diketahui bahwa mereka baru mengetahui bahwa adanya bakteri ataupun kuman itu sekitar th 1890 SM atau 100 th yang lampau, padahal di dalam Alkitab semuanya ini sudah tercantum.

Tulisan Musa juga memperlihatkan suatu pengetahuan yang menakjubkan tentang kuman-kuman yang membawa maut yang terdapat pada bangkai-bangkai binatang yang mati dan segala sesuatu yang kena pada bangkai tersebut. Sepanjang sejarah, manusia menyimpan dan memasak daging binatang tersebut dengan banyak bumbu untuk memperlambat pembusukan dan untuk menutupi bau kerusakan yang terdapat pada daging tersebut. Memakan daging yang tidak disimpan di lemari es mengandung risiko besar, daging bisa menjadi busuk dan rusak dan membawa wabah kuman penyakit.

Dalam Imamat 11:35, Musa menunjukkan pengetahuannya tentang bahaya kuman-kuman dari bangkai binatang ketika ia menulis, "Kalau bangkai seekor dari binatang-binatang itu jatuh ke atas sesuatu benda, itu menjadi najis; pembakaran roti dan anglo haruslah diremukkan, karena semuanya itu najis dan haruslah najis juga bagimu." Allah memberikan ilham kepada Musa untuk menuliskan instruksi-instruksi medikal dan sanitasi dalam Alkitab untuk melindungi orang-orang Israel dari kuman penyebab infeksi yang tidak kelihatan namun bisa membunuh mereka, yang terdapat pada bangkai-bangkai binatang. Hendaknya kita ingat bahwa sampai pada abad masa kini, banyak peneliti medikal dan dokter yang masih menyangkal bahwa penyakit dapat ditularkan oleh kuman-kuman atau virus-virus yang tidak kelihatan.

Kitab Imamat 7:24 melarang manusia memakan daging binatang yang telah mati karena sakit atau diterkam binatang buas: "Lemak bangkai atau lemak binatang yang mati diterkam boleh dipergunakan untuk segala keperluan, tetapi jangan sekali-kali kamu memakannya." Bangkai binatang yang mati secara alami pun berbahaya untuk dimakan karena bangkai tersebut kemungkinan besar mengandung kuman-kuman yang telah menyebabkan kematian prematur binatang tersebut atau kuman-kuman penyebab infeksi yang akan berkembang biak dalam beberapa jam setelah binatang tersebut mati karena diterkam binatang buas. Bangsa Israel diselamatkan dari berbagai macam penyakit dan kuman-kuman yang tidak terhitung jumlahnya namun tidak kelihatan ini dengan cara menuruti peraturan-peraturan dan larangan-larangan agama yang diberikan oleh Allah mereka melalui nabi mereka, Musa.

Begitu juga dengan kotoran dari binatang dan sisa dari daging yang tidak dimakan mengandung banyak sekali bakteri dan kuman penyakit maka dari itu Tuhan telah memberikan perintah agar ini semuanya di bakar jauh di luar perkemahan.Adapun kulit lembu jantan itu dan segala dagingnya, beserta kepala dan betisnya dan isi perut dan kotorannya, jadi lembu jantan itu seluruhnya harus dibawanya ke luar perkemahan, ke suatu tempat yang tahir, ke tempat pembuangan abu dan lembu itu harus di bakarnya sampai habis di atas kayu api di tempat pembuangan abu. (Im 4:11-12).

Hukum-hukum untuk Mencegah Penyakit Pes dan Kusta

Sepanjang sejarah, penyakit kusta telah menjadi momok yang membunuh entah berapa juta manusia dan merupakan bencana yang menyengsarakan manusia dalam jumlah yang lebih banyak lagi. Ada perdebatan di antara ahli-ahli ilmu kedokteran tentang apakah bahasa Ibrani yang diterjemahkan sebagai "kusta" di Alkitab adalah sama persis dengan jenis kusta di zaman modern ini. Bisa jadi yang dimaksud adalah penyakit infeksi yang mematikan lainnya yang berbeda dari bentuk-bentuk kusta modern. Yang mengherankan adalah penelitian atas hukum-hukum yang diuraikan dalam Kitab Bilangan dan Imamat menunjukkan adanya suatu sistem yang sangat sempuma dalam mengendalikan penyakit infeksi sementara bangsa-bangsa purba yang menyembah berhala tidak mengerti bahaya infeksi. Sebagai contoh, Alkitab memerintahkan imam-imam untuk bertindak sebagai petugas-petugas pengawasan medis yang memeriksa semua orang sakit dan mengambil tindakan untuk melindungi mereka maupun orang-orang di sekitar mereka. "Lalu imam harus memeriksa dia; bila ternyata bahwa bengkak pada bagian kepala yang botak itu putih kemerah-merahan, dan kelihatannya seperti kusta pada kulit, maka orang itu sakit kusta, dan ia najis, dan imam harus menyatakan dia najis, karena penyakit yang di kepadanya itu" (Imamat 13:43,44), Selain mengidentifikasi orang yang sakit, imam juga bertanggung jawab untuk mengisolasi orang-orang yang menderita kusta. "Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya" (Imamat 13:46).

Kepedulian Tuhan untuk melindungi anak-anak-Nya dari penyakit infeksi dinyatakan dalam perintah-Nya yang melarang mereka yang masih diradang penyakit untuk ikut serta dalam ketiga perayaan akbar tahunan orang-orang Yahudi, supaya tidak terjadi penularan. "Tetapi orang yang telah najis, dan tidak menghapus dosa dari dirinya, orang itu harus dilenyapkan dari tengahtengah jemaah itu, karena ia telah menajiskan tempat kudus Tuhan; air pentahiran tidak ada disiramkan kepadanya, jadi ia tetap najis" (Bilangan 19:20). Bahkan setelah seseorang sembuh dari penyakitnya dan kembali dari pengucilan medis, orang tersebut berada di bawah pengawasan medis yang ketat selama tujuh hari. Ia harus menaati instruksi-instruksi medis yang diberikan oleh imam yang bertugas untuk memastikan bahwa ia telah benar-benar sembuh. "orang yang akan ditahirkan itu haruslah mencuci pakaiannya, mencukur seluruh rambutnya dan membasuh tubuhnya dengan air, maka ia menjadi tahir. Sesudah itu ia boleh masuk ke dalam perkemahan, tetapi harus tinggal di luar kemahnya sendiri tujuh hari lamanya" (Imamat 14:8).

Setelah periode karantina ini, orang itu harus menjalani suatu pemeriksaan medis yang saksama oleh imam-imam untuk memastikan bahwa ia sudah betul-betul bebas dari penyakit itu dan mampu untuk menempati posisinya kembali di tengah masyarakat. "Maka pada hari yang ketujuh ia harus mencukur seluruh rambutnya: rambut kepala, janggut, alis, bahkan segala bulunya harus dicukur, pakaiannya dicuci, dan tubuhnya dibasuh dengan air; maka ia menjadi tahir" (Imamat 14:9). Jika Anda menyimak instruksi-instruksi medis purba ini, Anda dapat melihat bahwa instruksi-instruksi ini mirip dengan ketentuan karantina medis yang harus dilaksanakan oleh seorang petugas kesehatan masyarakat modern untuk menetapkan secara mutlak bahwa seseorang sudah sembuh dari penyakitnya dan mampu untuk kembali ke masyarakat dengan aman.

Benua Eropa dan Asia pernah dilanda wabah kusta dan pes beberapa periode yang lalu, seperti yang telah terjadi di abad pertengahan, khususnya antara tahun 1200 sampai tahun 1400 Masehi. Penyakit yang ditakuti ini menggemparkan penduduk Eropa dan ternyata tidak dapat diatasi. Diperkirakan bahwa lebih dari enam puluh juta manusia atau hampir sepertiga penduduk Eropa telah meninggal karena Maut Hitam (penyakit pes). Penduduk semua wilayah dan kota binasa tanpa ada yang diketahui selamat. Mereka yang lolos dari ancaman maut mengisahkan kejadian-kejadian yang kedengarannya seperti penglihatan-penglihatan yang menghantui dari neraka sebagaimana yang dilukiskan oleh Dante. Dokter-dokter terkenal pada masa itu tidak mampu bertindak sebagaimana seharusnya karena pengetahuan mereka tidak memadai. Mereka hanya bisa memberikan advis medis untuk mencegah penyakit pes seperti, "Stop makan lada atau bawang putih." Beberapa orang dari mereka berpendapat bahwa penyakit pes disebabkan oleh posisi planet-planet dan bintang-bintang. Pada umumnya, dokter-dokter yang tidak berdaya ini hanya bisa menghibur pasien-pasien mereka yang sekarat dan akhirnya mereka sendiri pun mati karena penyakit tersebut.

Bagaimanakah wabah yang mengerikan ini akhirnya bisa dihentikan sebelum ia membinasakan semua orang di Eropa? Pada waktu pendeta-pendeta berdoa sambil memegang Alkitab di dalam tangan mereka, mereka tidak sadar bahwa Allah telah menyediakan penyelesaian ilahi bagi masalah itu di halaman-halaman Kitab Suci. Waktu dokter-dokter sama sekali tidak mampu untuk menyelamatkan nyawa orang-orang yang terkena wabah ini, beberapa pemimpin jemaat dengan bijak berpaling kepada Allah dan Alkitab untuk memperoleh suatu penyelesaian medis yang ilahi bagi situasi yang tampaknya tanpa harapan tersebut. Hanya setelah jemaat mulai mengikuti hukum-hukum Alkitab purba mengenai kebersihan dan pengendalian penyakit, wabah tersebut berhasil dihentikan. Di tengah suasana takut dan panik, beberapa pemimpin jemaat di Vienna mulai menyelidiki Alkitab untuk mencari tahu apakah ada suatu penyelesaian Alkitabiah yang praktis untuk mengatasi wabah penyakit ini. Dalam Imamat 13:46 mereka mendapati bahwa Musa telah meletakkan peraturan-peraturan yang tegas dari Allah mengenai pengobatan medis bagi orang-orang yang menderita kusta atau penyakit pes: "Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis, memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya." Allah mengabulkan permohonan mereka untuk dilepaskan dari belenggu penyakit ketika mereka akhirnya mulai menaati perintah-perintah yang telah dideklarasikan-Nya. Bencana kusta maupun Maut Hitam dilenyapkan dengan cara melakukan perintah-perintah yang diilhami dan diberikan Allah kepada Musa pada zaman dahulu.

Hukum-hukum Ilahi tentang Karantina

Peraturan medis ilahi ini menuntut bahwa seseorang yang terkena kusta atau penyakit pes harus diasingkan dan dipisahkan dari masyarakat umum selama masa infeksinya, sampai ia sembuh atau meninggal dunia. Perintah-perintah Allah mencakup instruksi-instruksi yang rinci tentang perlindungan dari infeksi bagi mereka yang mengobati pasien yang diasingkan tersebut.

Setelah memberi makan dan merawat penderita wabah pes, para perawat harus mengganti pakaian mereka, mencucinya dengan air mengalir, dan menjemur diri maupun pakaian mereka di bawah sinar matahari. Dokter-dokter masa kini tahu bahwa matahari dan mencuci dengan cara menggosok kuat-kuat dengan air mengalir merupakan salah satu dari langkah-langkah pencegahan paling efektif untuk memperkecil kemungkinan terjadinya penularan antarpasien.

Instruksi Musa untuk memisahkan pasien-pasien yang menderita infeksi dari keluarga mereka dan orang-orang lainnya merupakan salah satu kemajuan medis yang paling penting dalam sejarah manusia. instruksi-instruksi alkitabiah memperlihatkan adanya suatu pengertian ilmiah yang sangat cerdas bahwa kuman-kuman yang tidak kelihatan dapat ditularkan kepada orang lain kalau langkah-langkah sanitasi (kebersihan dan kesehatan) untuk mencegah terjadinya proses tersebut tidak dilakukan. Sampai abad ini, begitu banyak orang (kecuali orang-orang Israel yang mengikuti hukum-hukum medis Allah mengenai karantina) menempatkan pasien-pasien yang menderita infeksi di rumah mereka (bahkan setelah meninggal dunia), sehingga membuka kemungkinan bagi anggota-anggota keluarga dan orang-orang lain untuk kena penyakit yang mematikan tersebut.

Ketika Maut Hitam mengamuk pada abad ke-14, pasien-pasien yang sakit atau mati ditempatkan bersama anggota-anggota keluarganya di dalam satu ruangan. Orang-orang sering kali heran mengapa begitu banyak orang tertular penyakit ini dalam waktu yang bersamaan. Mereka mengira bahwa wabahwabah ini disebabkan oleh "udara buruk" atau "roh-roh jahat". Padahal sekiranya mereka sungguh-sungguh memperhatikan dan melaksanakan perintah-perintah medis Allah sebagaimana yang dinyatakan dalam Kitab Imamat, berjuta-juta jiwa pasti dapat diselamatkan. Arturo Castiglione menulis tentang betapa pentingnya hukum medis Alkitab ini, "Hukum-hukum tentang pembasmian penyakit kusta dalam Imamat 13 dapat dianggap sebagai model pertama dari suatu hukum kebersihan" (Arturo Castiglione, A History of Medicine (New York: Alfred A. Knopt, Inc., 1941, h. 71).

Untung bapak-bapak jemaat Vienna akhirnya mencamkan perintah-perintah Alkitab ini dan memerintahkan agar orang-orang yang mengidap penyakit pes ditempatkan di luar kota, dalam tempat-tempat karantina untuk diobati secara khusus.

Hukum-hukum mengenai Kebersihan/Pentahiran

Hingga beberapa abad lamanya orang tidak mengetahui bahwa mandi itu adalah persyaratan utama untuk menjaga kebersihan badan. Bahkan di Amerika ada undang-undang yang mewajibkan rakyatnya minimum setahun sekali harus mandi. Bahkan di Eropa sendiri hingga th 1840 mereka percaya akan hal yang kebalikannya bahwa mandi itu bisa membuat orang menjadi sakit. King James I (Raja Inggris) yang memerintahkan untuk menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris tidak pernah mandi, ini bisa di lihat dari bekas istananya di Hampton Palace walaupun istana tersebut terdiri dari ribuan kamar, tetapi tidak ada satupun kamar mandinya. Oleh sebab itulah Raja-raja dan Ratu-ratu jaman dahulu sangat menyenangi parfum minyak wangi untuk menutupi bau busuk badan mereka. Tetapi ribuan tahun yang lampau Tuhan telah memerintahkan kita menjaga kebersihan untuk mencegah penyakit.

Sebelumnya Tuhan memberikan Sepuluh Hukum di Gunung Sinai, berfirmanlah Tuhan kepada Musa: "Pergilah kepada bangsa itu; suruhlah mereka menguduskan diri pada hari ini dan besok, dan mereka harus mencuci pakaiannya. (Kel 19:10) Bahkan Tuhan pun telah memerintahkan kepada Harun dan anak-anaknya agar mereka mandi terlebih dahulu, sebelumnya mereka masuk ke dalam Kemah Pertemuan: Lalu kau suruhlah Harun dan anak-anaknya datang ke pintu Kemah Pertemuan dan haruslah engkau membasuh mereka dengan air. (Kel 29:4).

Di negara-negara berkembang seperti India maupun Indonesia banyak sekali terjadi penyakit, sebab mereka membuang kotoran dimana saja, lihat saja kali-kali maupun sungai-sungai terutama di kampung kumuh, dimana mereka membuang air besar (kada hajat) maupun kecil di air sungai tsb. Tuhan Allah telah memberikan peraturan dan perintahnya pada 3.500 th yang lampau, bagaimana caranya memelihara kebersihan, pada saat buang hajat. Ulangan 23:12 "Diluar perkemahan itu haruslah ada bagimu suatu tempat ke mana engkau pergi untuk kada hajat (buang air besar). Di antara perlengkapanmu haruslah ada padamu sekop kecil dan apabila engkau jongkok kada hajat, haruslah engkau menggali lobang dengan itu dan menimbuni kotoranmu." Mungkin perintah ini sesuatu yang normal dan wajar pada jaman sekarang ini, tetapi perlu diingat bahwa perintah ini ditulis pada 3.500 th yang lampau, sebelum mereka mengetahui adanya eksitensi dari kuman maupun bakteri.

Salah satu dari perintah-perintah medis yang benar-benar sangat mengherankan tentang perlunya menyucikan barang-barang jarahan dari perkemahan musuh. Perintah Tuhan ini menyatakan bahwa "setiap orang yang telah membunuh orang dan setiap orang yang kena kepada orang yang mati terbunuh haruslah menghapus dosa dari dirinya pada hari yang ketiga dan pada hari yang ketujuh, kamu sendiri dan orang-orang tawananmu; juga setiap pakaian dan setiap barang kulit dan setiap barang yang dibuat dari bulu kambing dan setiap barang kayu haruslah disucikan" (Bilangan 31:19,20).

Tiap dokter jaman sekarang mengetahui bahwa peralatan kedokteran untuk mengoperasi harus disuci-hamakan terlebih dahulu dari segala macam bakteri. Instruksi yang jelas bagaimana cara terbaik untuk membikin bersih peralatan tsb tercantum di Bilangan 31:22-24 Hanya emas dan perak, tembaga, besi, timah putih dan timah hitam, segala yang tahan api, haruslah kamu lalukan dari api (dibakar), supaya menjadi tahir; tetapi semuanya itu haruslah juga disucikan dengan air penyuci; dan segala yang tidak tahan api haruslah kamu lalukan dari air. Lagipula kamu harus mencuci pakaianmu pada hari yang ketujuh, supaya kamu tahir, dan kemudian bolehlah kamu masuk ke tempat perkemahan.

Selain makna rohani yang jelas yang terkandung dalam hukum Pengorbanan Lembu Merah, kita sekarang mengerti bahwa air pentahiran yang disebutkan dalam Bilangan 19 benar-benar mengandung daya untuk membasmi kuman-kuman dan melenyapkan infeksi. Air pentahiran mengandung abu dari korban Lembu Merah yang sudah dicampur dengan kayu aras, hisop dan kain kirmizi. Air pentahiran ini mengandung minyak "aras" yang berasal dari semacam pohon cemara yang tumbuh di Israel maupun di Sinai. Minyak aras ini akan menimbulkan iritasi pada kulit, sehingga orang yang kena pada air ini akan menggosok tangannya kuat-kuat, dan minyak tersebut merembes masuk ke dalam pori-pori tangannya. Bahan yang paling penting, pohon hisop - yang diasosiasikan dengan pohon 'mint' (kemungkinan besar jenis marjoram, yaitu sejenis tumbuhan yang daunnya harum, umumnya digunakan dalam pembuatan obat-obatan dan makanan) - akan menghasilkan minyak hisop. Minyak hisop ini sesungguhnya merupakan suatu unsur antiseptik dan antibakteri yang sangat efektif. Menurut buku None of These Diseases, minyak hisop mengandung 50 persen carvarol, suatu unsur anti-jamur dan anti-bakteri yang masih digunakan dalam obat-obatan sampai masa kini. Apabila kita memperhatikan dengan saksama bahwa air pentahiran dari Korban Lembu Merah digunakan untuk menyucikan seseorang yang telah menjadi cemar dan najis karena menjamah mayat. Paulus juga menyatakan bahwa "darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah (Ibrani 9:13).

Ramli SN Harahap fidei’07 30/0807

Tidak ada komentar:

Posting Komentar