Jumat, 21 November 2008

Bahan Sermon Parhobas

”PERTOBATAN SAULUS”

(Kisah Para Rasul 9 : 1 – 9)

Saulus adalah seorang Yahudi dan sangat bangga dengan Keyahudiannya. Ia berasal dari suku Benyamin dan juga memiliki kewarganegaraan Roma. Waktu kelahiran Saulus kurang lebih sama dengan kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Saulus dilahirkan di Tarsus, sebuah kota yang terkemuka zaman itu di wilayah Kilikia. Tarsus terletak hanya 1,2 km dari Laut Tengah. Oleh karena itu Tarsus menjadi kota pusat perdagangan. Di samping itu, Tarsus juga menjadi kota ilmu pengetahuan. Banyak orang pendatang yang belajar di sekolah-sekolah terkenal di Tarsus, dan kemudian tersebar ke seluruh bagian kekaisaran Roma. Di kota Tarsus Saulus mendapat kesempatan belajar tentang cara hidup bangsa yang bukan Yahudi. Oleh karena itu, ketika waktunya tiba, dia dapat memperkenalkan Injil Kristus kepada bangsa-bangsa lain dengan cara yang sangat baik.

Menurut adat istiadat Yahudi yang taat, setiap anak laki-laki harus diberi pendidikan yang baik dan latihan yang sangat hati-hati di rumahnya. Dia menerima pendidikan dasar. Kemudian pada usia 13 tahun sampai 15 tahun, ia dikirim ke Yerusalem untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi di sekolah kerabian (sebuah sekolah pendidikan dalam agama Yahudi). Di sekolah ini Saulus memperoleh kesempatan untuk belajar di bawah bimbingan Gamaliel, salah seorang guru terbesar zaman itu. Saulus menjadi seorang murid yang istimewa dan rupaya Gamaliel memberikan penghargaan tinggi kepadanya.

Ketika Saulus telah menyelesaikan pendidikannya di Yerusalem, ia kembali ke kota aslinya, Tarsus. Sekarang dia sudah siap bekerja. Orangtua serta guru-gurunya sangat bangga kepadanya. Ada kemungkinan Saulus menghabiskan waktunya selama beberapa tahun di Tarsus sebagai rabi, guru agama Yahudi. Tidak ada catatan lain tentang dia selama tahun-tahun itu sampai kemudian kembali ke Yerusalem, tepat sebelum kematian Stefanus, seorang pengikut Yesus Kristus.

Paulus sudah mendengar tentang gerakan Kristen yang menentang iman Yahudi. Saulus ingin pergi untuk membantu mempertahankan iman nenek moyangnya. Selama pengadilan Stefanus, Paulus ada di sana dengan teman-teman sebangsanya. Meskipun ia tidak ikut melempari Stefanus dengan batu, ia memiliki perasaan yang sama dengan orang-orang yang menganiaya Stefanus dan setuju bahwa Stefanus harus dihukum mati. Saulus menyaksikan kematian Stefanus.

Saulus menjadi pemimpin di antara orang-orang Yahudi untuk menghancurkan kekristenan. Saulus sendiri menggambarkan tindakannya yang melawan kekristenan ini dengan berkata, „Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju jika mereka dihukum mati.Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing“ (Kis.26:10-11).

Saulus adalah seorang yang taat kepada agama Yahudi dan ia merasa bahwa apa yang dia lakukan itu benar. Ini terjadi sebelum ia mengalami kasih dan anugerah dari Tuhan Yesus Kristus.

Pertobatan Saulus merupakan salah satu peristiwa terbesar dalam sejarah kekristenan. Saulus telah bertanggung jawab atas begitu banyak kematian dan ribuan orang-orang Kristen yang dipenjarakannya. Sekarang ia ada dalam perjalanan menuju Damsyik, sebuah kota penting di Siria, untuk mengusir orang-orang Kristen di sana. Ada tiga peristiwa dari pengalaman pertobatan Saulus yang tercatat di dalam Perjanjian Baru (PB). Lukas menceritakannya menurut kenyataan sejarah dan Saulus menceritakannya dengan kata-katanya sendiri sebanyak dua kali. Saulus telah membuat namanya ditakuti di antara semua orang Kristen di Yerusalem. Dia telah berhasil memisahkan atau membungkam banyak orang Kristen di kota suci itu. Kemudian, ia mendapat laporan tentang adanya kelompok besar orang Kristen di kota Damsyik. Kota Damsyik, kira-kira 240 km jauhnya dari Yerusalem. Dia memutuskan untuk pergi ke sana untuk melanjutkan penganiayaan kepada orang-orang percaya ini. Dia telah diberi kuasa penuh dan membawa surat izin untuk memasuki kota dan menangkap semua orang Kristen di kota itu dan membawa mereka kembali dalam keadaan terbelenggu ke Yerusalem. Saulus dan kawan-kawan memulai perjalanan yang panjang menuju Damsyik. Perjalanan ini membutuhkan waktu enam sampai tujuh hari dan selama perjalanan panjang ini anak muda yang pandai dan penuh semangat ini mempunyai banyak waktu untuk berpikir. Mungkin ia mulai meragukan tindakannya. Dia tidak habis berpikir dan tidak mengerti bagaimana Stefanus bisa mati dengan begitu tenangnya. Dia tidak dapat melupakan doa Stefanus ketika Stefanus „menutup mata“ dengan damai. Saulus merasa bahwa dia harus melakukan hal yang ia pandang benar, tetapi dia terganggu oleh pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawabnya. Oleh karena itu ia pun pergi ke Damsyik.

Berita tentang kedatangan Saulus telah sampai ke Damsyik sebelum ia tiba di sana. Pertobatan Saulus terjadi ketika ia mendekati kota itu. Pada waktu tengah hari, tiba-tiba sebuah cahaya yang membutakan mata bersinar mengelilingi Saulus dan teman-temannya. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah suatu suara kepadanya, "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?". Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?“. KataNya: "Akulah Yesus yang kauaniaya itu”. Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat." Saulus beridir dari tanah dan mendapati dirinya buta. Beberapa anak buahnya menuntun dia dan membawanya ke Damsyik. Selama tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tidak makan dan minum. Pengalaman ini mengubah Saulus sepenuhnya. Sekarang orang Farisi yang sombong ini berubah menjadi seorang yang kesakitan, gemetar, meraba-raba dan bergantung pada tangan orang lain yang menuntunnya sampai ia tiba di Damsyik. Ia pergi ke rumah Yudas dan langsung masuk ke kamarnya. Di sana ia tinggal selama tiga hari tanpa makan dan minum. Selama tiga hari itu Saulus berdoa dan berpuasa. Seluruh hidupnya telah berubah setelah pertemuannya dengan Kristus. Sekarang ia harus membangun kembali kehidupannya di dalam Kristus.

Sebab-sebab Pertobatan Saulus.

(1) Merasakan kehadiran Allah. Kejadian di tengah perjalanan Saulus ke Damsyik, yaitu ‘tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilinginya’dan ada suara yang berkata, "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?", itu bukan perbuatan manusia melainkan pekerjaan Roh. Saulus menyerah dan bertobat karena menyadari bahwa hal itu terjadi oleh Roh. Pertobatan manusia dapat terjadi hanya di hadapan Allah yang lebih tinggi daripada manusia. Saulus telah merenungkan dan berbicara tentang Allah sebelum pertobatannya, bahkan supaya lebih setia kepada Allah ia menganiaya orang-orang percaya, tetapi semua perjuangannya sia-sia.

Sesudah mengalami pertobatan, ia menganggap semua yang semula adalah kebanggaan, menjadi sampah. Ia berkata, “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya.” Manusia tidak dapat memperbaiki hati sebelum bertemu dengan Allah.

(2) Dosanya diperingatkan dan Saulus menyesalinya. Suara yang didengar Saulus di tengah perjalanan menuju ke Damsyik adalah, "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?", dan "Akulah Yesus yang kauaniaya itu”. Tuhan memperingatkan dosa Saulus dengan memakai kata ‘mengapakah’. Ini adalah teguran Tuhan terhadap orang berdosa. Manusia akan bertobat dan menyesali dosanya bila mendapat teguran dari Tuhan. Peringatan dosa Saulus datang dengan suara dari langit dan kepada kita peringatan akan dosa datang dari Firman Allah yang tertuis di dalam Alkitab. Manusia dapat lebih mengeraskan hatinya daripada bertobat, jika ditegur oleh manusia. Saulus berpuasa dan berdoa tiga hari lamanya karena penyesalan akan dosanya.

Akibat pertobatan Saulus.

Sebagai akibat pertobatannya, Saulus tidak menghiraukan nyawanya untuk memberitakan Yesus yang adalah Kristus (Mesias). Pada permulaan pemberitaannya, dua kali ia hampir terbunuh karena memberitakan Injil dengan mempertaruhkan nyawanya kepada orang-orang Yahudi. Tindakan untuk memberitakan Yesus sebagai Kristus dengan tidak menghiraukan nyawanya lahir dari keyakinan yang kokoh dan tindakan itu sendiri adalah keajaiban besar. Orang yang pergi untuk membunuh orang-orang Kristen, menjadi pemberita yang memberitakan Injil dengan taruhan nyawa.

Pertobatan Saulus dan kita.

Kita cenderung bertemu dengan Tuhan dan menerima karunia secara ajaib ketika melihat pertobatan Saulus, tetapi kita harus mengetahui bahwa rencana Allah berbeda terhadap kita, tidak selalu sama. Kejadian ajaib yang terjadi untuk pertobatan Saulus terjadi untuk mendirikan dasar gereja, karena itu kejadian-kejadian itu terjadi untuk kita juga.

Ramli SN Harahap fidei/gladys’08 100108

Tidak ada komentar:

Posting Komentar