”PENATUA”
(1Petrus 5:2)
PENDAHULUAN
Tahbisan penatua adalah kasih karunia Allah semata. Jika berdasarkan kemampuan kita tak seorangpun yang layak menjadi penatua. Namun ketika kita dipilih-Nya, maka Dia memperlengkapi kita melalui perlengkapan rohani. Dalam Perjanjian Baru (PB), jabatan penatua adalah: tugas pelayanan dan bukan sebuah jabatan atau kedudukan yang tinggi. Penatua adalah hamba (naposo), pelayan (parhobas) dan bukan tuan. Artinya penatua adalah hamba dan pelayan Allah di dalam jemaat Tuhan dan bukan hamba dan pelayan manusia atau gereja (bukan parhalado ni huria tetapi parhalado ni Debata Ama). Penatua lebih banyak berkaitan dengan fungsi pelayanan itu sendiri bukan pada posisi pada pelayanan. Penatua berarti juga mengandalkan ‘kualitas kepribadian’ (bd. Kis.6:1-3; 1Tim.3:1-7).
Tuhan Yesus tidak pernah menyerahterimakan tugas pelayanan itu kepada siapa pun. Dialah yang empunya pelayanan di tengah-tengah jemaat. Keterlibatan kita menjadi pelayan bukan berarti kita menjadi pemilik pelayanan itu. Itulah makanya kita harus menghindari perkataan “hurianta” (jemaat kita) atau “huriangku” (jemaatku) melainkan huria ni Tuhanta (jemaat Tuhan Yesus).
SIFAT PENATUA
Tuhan membina jemaat-Nya melalui majelis, yaitu para penatua (Sintua). Tetapi janganlah berpikir bahwa penatua-penatua bekerja dan giat dengan cara yang persis sama. Karena Tuhan – yang penuh dengan hikmat – menciptakan manusia dengan berbeda-beda karunia, sehingga tidak ada dua penatua yang sifat dan karunianya sama. Setiap penatua hanya dapat bekerja menurut karunianya sendiri. Penatua juga mempunyai keterbatasan-keterbatasannya. Ia hanya bisa bekerja menurut karunia-karunia yang Tuhan sudah berikan kepadanya. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita… (Rm.12:6; 1Kor.7:7).
Karena setiap penatua memiliki karunia-karunia yang berbeda-beda maka setiap penatua harus memiliki sifat-sifat kepenatuaannya sebagai berikut:
1. Setia artinya tetap dan teguh hati; taat/patuh; berpegang teguh. Setia merupakan ciri yang paling penting dari sifat penatua yang baik. Mengapa? Karena kesetiaan adalah syarat yang pertama dan terutama untuk dapat melaksanakan tugas penatua. Apabila kesetiaan tidak ada, maka pelaksanaan tugas penatua akan macet dan sering tidak berhasil. Kesetiaan sama artinya dengan bekerja menurut janji; sesaat pun tak lupa akan tugasnya; bekerja menurut rencana kerja yang mantap. Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?(Ams.20:6). Apa yang harus kita lakukan? Setia menjaga jemaat; Setia mengikuti kebaktian, Setia mengunjungi domba-domba; Setia mengikuti rapat majelis; Setia mengikuti rapat Gerejawi; Setia menghibur orang sakit; Setia membaca Alkitab; Setia berdoa. Dengan Setia Musa tahan berdoa untuk umat Tuhan.
2. Rendah hati artinya suka merendahkan diri; tidak sombong atau angkuh. Penatua harus rendah hati. Dosa pertama Adam dan Hawa muncul dari sifat ini juga: manusia tidak mau merendahkan hati, mau jadi sama dengan Tuhan. Kesombongan diperlihatkan manusia secara kongkrit sekali dalam pembangunan menara
3. Kasih sayang artinya sangat tertarik hatinya; selalu teringat dan terpikir dalam hati; sangat sayang dan suka; sangat prihatin. Seperti ibu mengasihi dan sayang akan anaknya. Seperti kakak sayang akan adik. Begitu pula penatua harus sayang kepada anggota jemaat. Ketika sakit prihatin. Ketika berdosa prihatin. Ketika sesat menangis dan mencari. Ketika bergembira turut bergembira. Ketika mati turut berkabung dan berdoa. Kasih adalah sumber segala kebaikan. Kasih adalah motor kegiatan penatua. Kasih adalah motivasi yang terpenting. Kasih adalah bahan bakar persekutuan kudus (bd. 1Kor.13; Yoh.3:16).
4. Berani artinya sifat batin yang tidak takut menghadapi bahaya. Menghadapi bahaya? Apakah seorang penatua harus menghadapi bahaya? Ya, benar! Bisa saja terjadi bahwa seorang penatua menghadapi bahaya. Bahaya apa? Bukankah gereja berada dalang perang? Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu (Why.12:13-18). Naga (=Iblis) memburu perempuan (=gereja). Berarti ada perang. Di tengah peperangan itu penatua secara berani berdiri seperti serdadu, seperti pahlawan yang tidak takut. karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara (Ef.6:12).
5. Berhikmat artinya bijak, pandai, selalu menggunakan akal budi. Hikmat bukan berasal dari diri sendiri, bukan pula dari dunia ini melainkan dari Tuhan, dari Roh-Nya yang kudus. Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian (Ams.9:10).
6. Terpelajar artinya sudah belajar, cerdik, sudah tahu. Penatua harus tahu isi firman Allah. Ia harus banyak membaca. Atau mendengar khotbah dengan sikap suka belajar, mengikuti kursus penatua, mengikuti kelompok penelaahan Alkitab. Dengan demikian penatua diharapkan harus cakap mengajar (1Tim.3:2), harus sanggup menasihati anggota jemaat (Rm.15:14).
7. Takluk kepada Firman artinya tunduk kepada Firman Allah, taat kepada Firman Allah, diperintah oleh Firman Allah. Artinya setiap sikap, perilaku, pembicaraan kita harus tunduk, taat dan diperintah oleh Firman Allah. Firman Allah harus menguasai pembicaraan kita. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2Tim.3:16).
PENATUA SEBAGAI GEMBALA
Sering kita dengar bahwa penatua diumpamakan gembala. Di banyak wilayah di
Domba-domba tanpa gembala, gampang terluka, gampang menjadi kurus, gampang menjadi lemah, gampang jatuh sakit, gampang sesat, gampang binasa (bd. Mt.9:36). Tanpa penatua, orang Kristen akan gampang tersesat di dunia dan kekurangan makanan sehat yaitu ajaran firman Allah. Tanpa penatua, orang Kristen akan gampang menjadi mangsa Iblis yang mengintai-intai kalau-kalau ada domba yang sakit, lemah, luka, dll. Tanpa penatua, jemaat akan binasa di dunia ini, dan anggota-anggotanya akan cerai-berai. Yang lemah akan mati dan yang tidak kuat akan tersingkir atau diterkam serigala dan akhirnya masuk neraka.
HAL-HAL YANG MENGHAMBAT PELAYANAN
Ternyata dalam melaksanakan tugas pelayanan ini, terkadang banyak hal yang sering menghambat kita melakukan tugas pelayanan itu misalnya:
1. Sigurbak Ulu. Yang dimaksud dengan sigurbak ulu adalah orang yang menghadapi persoalan dengan mengandalkan pikirannya sendiri, kurang merasakan penderitaan orang lain, murah membuat orang tersinggung atau pun sakit hati, sering menyombongkan segala apa yang telah dikerjakannya, pandai sekali mencari alasan menutupi kelemahannya, sering bertanya yang aneh-aneh dan menjebak yang membuat orang bingung.
2. Sigurbak Ateate. Yang dimaksud dengan sigurbak ateate adalah orang yang terlampau mengandalkan perasaan dan kurang memakai pikiran, mudah tersinggung dan marah, sering berprasangka negatif terhadap teman, jika pendapatnya tidak diterima dalam rapat langsung diam dan membuat keributan agar rapat tersebut tidak berjalan dengan baik, suka membuat orang berkelahi.
3. Sigurbak Butuha. Yang dimaksud dengan sigurbak butuha adalah orang yang selalu memikirkan keinginan daging, yang mementingkan keuntungan diri sendiri, yang mencari keuntungan ‘duniawi’ dari pelayanan.
Ramli SN Harahap fidei/gladys’07 111007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar