audaraku yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus! HKBP akan merayakan Jubileum 150 tahun pada 2011 ini. Apakah tugas kita dalam Tahun Yobel ini? Apakah tugas seorang Kristen di dunia ini? Itulah yang akan diterangkan nas ini kepada kita.
Menurut penulis Lukas, yang dipercaya sebagai seorang dokter (tabib), inilah pelayanan pertama Yesus di depan umum, seusai dibaptis dan setelah memenangkan pencobaan dari iblis (Luk. 4:1-13). Di Nazaret, Yesus datang ke sinogoge pada hari Sabbath, dan mengikuti kebaktian. Ketika itulah Yesus mendapat kesempatan membaca nas yang dikutip dari Yesaya 61, 1-2. Lalu Yesus mengajar mereka, dan memproklamirkan bahwa hari itu, segala nubuatan dalam nas itu telah digenapi di dalam Dia (ay. 22).Dari apa yang dilakukan dan diajarkan Yesus, kita dapat mendaftarkan beberapa tugas yang harus kita lakukan sebagai orang Kristen di dunia, terutama yang harus dilakukan oleh HKBP dalam rangka Jubileum 150 tahun.
1.Mengajar - Pelayanan pertama Yesus di dunia adalah mengajar di Bait Allah (ay. 14b; 21a, 31) Mengajar, didache, adalah salah satu dari sekian tugas orang Kristen di dunia, sebagaimana amanat Agung Tuhan Yesus di Matius 28:20 “dan ajarlah mereka ….”. Tugaskita adalah mengajar orang lain untuk mengetahui, memahami, dan mengimani Yesus Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat yang sempurna, dan selanjutnya mengajar mereka untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Yesus agar menjadi gaya dan perilaku hidup. Beberapa ahli sebenarnya mengatakan, bahwa tugas orang percaya bukan hanya tiga (Tritugas panggilan gereja) tetapi empat, di mana yang keempat adalah: pengajaran (didache). Mengajar adalah tugas yang terus menerus; dan kita sebagai murid juga harus terus menerus belajar tentang Kristus. Tugas ini terutama oleh orangtua kepada anak-anak. Jangan pernah lupakan itu.
Belakangan ini ada kecenderungan, para orangtua menyerahkan tugas pengajaran ini sepenuhnya kepada penatua (Parhalado). Dengan menyuruh anak-anaknya ke Sekolah Minggu atau sidi (parguru malua), mereka menganggap bahwa mereka sudah melakukan tugas pengajaran ini. Dan belakangan ini, pengajaran ini semakin merosot. Karena kelas parguru malua semakin dianggap remeh, malah ada menganggapnya sebagai “surat ijin menikah”, sehingga banyak orangtua menginginkan anaknya cukup dengan “marguru nahinipu”. Akibatnya, kemerosotan (dekadensi) moral menjadi masalah besar yang meresahkan kita.
Kita yakin,bila semua keluarga, parhalado, dan gereja sebagai institusi memberi perhatian yang semakin besar untuk tugas pengajaran ini, pasti, masyarakat kita ke dapan akan berubah ke arah yang lebih baik, budi pekerti masyarakat akan semakin baik.
2.Memberitakan Tahun Rahmat Tuhan. Walau ini hal ini dituliskan di akhir nas ini, tetapi, seluruh tugas dalam nas ini diawali dari Tahun Rahmat Tuhan. Yang dimaksud adalah TahunYobel yang dapat kita baca di Imamat 25:8–17 (dari kata ini muncul kata Yubileum – tahun ke 50; Yubileum 150 tahun adalah Yobel 3 x 50).
Israel yang telah dibebaskan dari perbudakan Mesir dan tinggal di Kanaan masing-masing memperoleh satu bagian tanah yang mengalirkan susu dan madu. Tetapi, di antara mereka ada yang malas, tetapi suka makan dan rakus. Akibatnya mereka miskin, sehingga terpaksa menjual tanah. Tetapi tanah ini tidak boleh dijual mutlak (bahasa Batak: pate). Pada tahun Yobel, tanah itu harus dikembalikan oleh pembeli kepada si pemilik awal, agar tanah itu kembali menjadi tempatnya mencari nafkah.
Ada juga, yang karena tidak lagi memiliki tanah untuk dijual, padahal hutang-hutangnya sudah menumpuk, maka mereka memberikan (menjual) dirinya menjadi budak. Tetapi, bila tahun Yobel tiba, mereka harus dibebaskan tanpa uang tebusan, kembali ke tanah dan rumahnya masing-masing sebagai orang yang bebas. Itulah Tahun Rahmat Tuhan. Bagi Yesaya, tahun rahmat ini dilukiskan sebagai tahun pembebasan Israel oleh Allah dari pembuangan. Mereka akan dibawa kembali ke Yerusalem dan penjajah mereka akan dihukum.
Pada masa Perjanjian Baru, dan masa kita sekarang, kita telah mengalami Tahun Yobel, Tahun Rahmat, yaitu ketika Yesus diserahkan oleh Allah menjadi tebusan bagi seluruh dunia (termasuk) kita yang berdosa, sehingga kita dibebaskan dari penjara dosa, dari tawanan iblis dan dari kuburan maut.
Sekarang, sebagaimana Yesus diutus Allah untuk memberitakan Tahun Rahmat Tuhan, setiap kita orang Kristen ditugaskan, diutus untuk memberitakan Tahun Rahmat Tuhan. Terutama warga HKBP, Tahun Yubileum bukanlah hanya tahun pesta-pesta atau mendirikan bangunan, atau ritus-ritus. Tahun Yubileum sejatinya berhakekat PEMBEBASAN. Artinya, tugas utama yang harus dilakukan pada tahun Yubileum adalah MEMBEBASKAN. Yubileum tidak berarti apa-apa tanpa program atau aktifitas PEMBEBASAN.
Pembebasan apa yang harus kita lakukan:
menyampaikan kabar baik kepada orang miskin
-pertama kepada yang miskin secara materi, yaitu rakyat jelata (orang banyak) yang sering menjadi korban penindasan para penguasa. Kesalahan kebijakan pemerintah membuat mereka miskin secara struktural. Mereka ini tidak memiliki harapan akan masa depan. Dapat berpikir untuk makan hari ini saja, bagi mereka sudah menjadi sebuah keajaiban.
Kita diutus untuk mereka, untuk memberitakan kabar baik (euanggelion), bahwa Yesus telah menyediakan hidup yang berlimpah (Yoh. 10:10). Itulah tugas orang Kristen. Seharusnya, di mana gereja berdiri, di mana ada komunitas Kristen, di sana kemiskinan harus dihilangkan, sedikitnya semakin berkurang. Kehadiran orang Kristen di sebuah komunitas, tidak boleh hanya untuk dirinya, tetapi harus meneladani Kristus, hidup untuk orang lain. Karena itu, Gereja tidak boleh hanya berkotbah, tetapi harus berusaha untuk membebaskan orang-orang (jemaat/ruas atau bukan ruas) dari kemiskinan materi. Ini dapat kita lakukan melalui pendidikan keterampilan kerja, motivasi kerja, membuka koperasi (Crecit Union Modifikasi - CUM) atau memberi modal kerja.
-Kedua adalah kemiskinan rohani, yaitu orang yang mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi masih percaya kepada kuasa kegelapan (okultisme), hidup dalam kenikmatan dunia, hanya memperhatikan hal-hal materi. Beberapa waktu lalu, kita dikejutkan peristiwa mengerikan, pembunuhan akibat isu begu ganjang di Muara, Tapanuli. Adalah rahasia umum, semakin hari, semakin bertambah warga HKBP yang kembali memuja begu, dan roh-roh leluhur atau menjadi parmalim.
Gereja (yaitu saya sebagai orang percaya) harus membebaskan mereka dari jeratan itu, dan membawa mereka hidup di dalam Kristus. Itulah tugas Marturia dan para konselor, yaitu memperkaya semua orang dalam hal iman. (Menurut pengamatan, warga HKBP yang aktip datang ke kebaktian hanyalah sekitar 50 %. Ini tentu akibat kemiskinan rohani. Sebaiknya, pada tahun Yubileum ini, seluruh gereja memusatkan programnya untuk membawa mereka kembali. Inilah sending ke dalam, melalui program CBC (cari – bawa kembali – dan cegah lagi keluar) Adalah tidak fair, bila kita berpesta pora di Yubileum, sementara hampir setengah warga HKBP masih berada di luar “kandang” Kristus. Adalah tidak wajar, bila kita bersukaria dalam Yubileum tetapi membiarkan, menutup mata dan hati, atau tidak peduli dengan “domba-domba Kristus” yang sedang tersesat.
Memberitakan pembebasan kepada tawanan – yaitu tawanan perang, yang dibawa oleh para penjajah. Mereka akan dibebaskan, dan dibawa kembali ke Yerusalam, tanah airnya, dan penjajahnya akan dihukum oleh Tuhan. Pembebasan ini paling sempurna adalah ketika Yesus bangkit dari kematian. Maut yang selama ini membelenggu, memenjarakan nyawa manusia, oleh kebangkitanNya, dibebaskan menjadi manusia merdeka. Di dalam Yesus, setiap orang percaya menjadi orang merdeka (bebas). Tetapi, di zaman kita sekarang, semakin banyak orang yang kembali memberikan dirinya ditawan, dipenjarakan oleh iblis. Melalui godaan-godaan kenikmatan dan kemewahan, banyak orang tertawan (terpenjara) oleh uang, hobby, pekerjaan, kesibukan, atau oleh hal lain yang menggantikan Allah. Sehingga tidak ada lagi perhatian mereka tentang Allah, tidak punya waktu lagi untuk Tuhan. Kelihatannya kesibukan mereka karena pekerjaan adalah hal yang wajar, padahal sebenarnya, tanpa mereka sadari, mereka telah menjadi tawanan iblis dan dunia. Mereka harus dibebaskan.
Memulihkan penglihatan orang buta. Penglihatan merupakan panca indera yang sangat dibutuhkan. Bila mata sudah buta, maka seseorang tidak akan bisa melihat sesuatu dengan benar, arah yang benar atau jalan yang benar. Dan itu akan membahayakan hidupnya. Di Perjanjian Lama, dan juga di Perjanjian baru, kebutaan dipercaya sebagai akibat perbuatan iblis (bd. Kis. 26:18, Mat. 12:22). Tetapi, hal lain juga bisa membutakan manusia. Keluaran 23, 8 mengatakan: “suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar” (band. Ul. 16, 19).
Gereja (saya sebagai orang percaya), harus menjadi penuntun bagi mereka, agar mereka dapat berjalan di jalan yang benar. Yang dibutakan oleh iblis (dari pengalaman beberapa teman, orang yang dirasuk setan, yang mempercayai atau menyimpan kuasa dan benda-benda kegelapan, bisa membuatnya menjadi buta), atau yang dibutakan oleh uang suap (seperti banyak terjadi di negara ini), harus kita bebaskan, pulihkan. Kita dengan menggunakan Firman Tuhan menjadi penuntun, menjadi mata bagi mereka. Sehingga mereka dapat berjalan di jalan Tuhan.
Membebaskan yang tertindas. Israel yang ditindas oleh penjajahnya akan dibebaskan. Manusia yang ditindas oleh kuasa iblis telah dibebaskan oleh Kristus. Dan sekarang, kita menjadi alat Kristus untuk membebaskan mereka yang tertindas: yaitu mereka yang secara ekonomi tertindas oleh system dan kebijakan ekonomi yang hanya berpihak kepada orang kaya dan pemilik modal; membebaskan para buruh, karyawan, pembantu RT yang ditindas oleh majikan, di mana upahnya sangat minim, fasilitas yang jauh dibawah memadai, hak-hak yang diabaikan. Gereja harus turut berjuang membela hak-hak mereka; Kita juga harus berjuang untuk membela mereka yang ditindas secara hokum, yang diperlakukan sewenang-wenang oleh penguasa, penegak hukum dan pemilik uang yang berkongkalingkon mempermainkan keadilan, membebaskan orang bersalah dan menghukum orang benar; Kita juga harus berjuang untuk mereka yang tertindas oleh suami atau para lelaki (kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), dan anak-anak yang ditindas orangtua. Di mana orang Kristen hadir, di sana keadilan harus ditegakkan, dan penindasan – dalam bentuk apapun - harus semakin dihapuskan.
Bila Saudara mengakui bahwa Saudara adalah pengikut Yesus, maka turutlah dalam perjuangan Yesus, yaitu MEMBEBASKAN. Dan bagi warga HKBP, Tahun Yubileum adalah momentum terbaik untuk menyempurnakan, menggiatkan malah membudayakan USAHA PEMBEBASAN oleh warga HKBP (secara pribadi maupun institusi), sehingga dunia, masyarakat, orang, di mana HKBP hadir benar-benar merasakan Tahun Rahmat Tuhan yang membebaskan. Sekali lagi, biarlah dengan Tahun Yubileum ini, HKBP berprinsip dan berbuat: Di mana HKBP hadir, di sana Tahun Rahmat Tuhan harus hadir, yaitu: kemiskinan terhapus, orang yang tertawan (oleh kuasa apapun) harus dibebaskan, orang yang buta (baik oleh dosa, iblis atau suap) harus dituntun kembali ke jalan Tuhan, dan yang tertindas (oleh apapun) harus dibebaskan. Inilah saatnya dari Tuhan bagi HKBP. Selamat Yubileum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar