BLOG INI BERSIFAT TERBUKA UNTUK DIKOMENTARI DAN DIKRITISI DEMI KEMAJUAN WAWASAN BERPIKIR, DAN BERTEOLOGI MASA KINI
Selasa, 02 Agustus 2011
Bacaan Minggu, 7 Agustus 2011: Mazmur 119:9-16
Minggu7 Setelah Trinitatis, 7 Agustus 2011Mazmur 119:9-16
“WITH MY WHOLE HEART I HAVE SOUGHT YOU“
K
husus perikop ini merupakan renungan sesudah masa pembuangan, oleh seorang yang membaca isi kelima Kitab Taurat dengan mengutamakan cinta kasih kepada Allah. Pemahaman Taurat Rasul Paulus dan pemazmur ini berbeda. Jika Rasul Paulus memahami Taurat sebagai alat untuk orang hidup benar dan untuk membenarkan diri, maka pemazmur memahami Taurat sebagai batas segala sesuatu dan ungkapan mohon pengajaran dari mulut Allah (Taurat dari mulut-Mu).
Pemakaian Mazmur dalam ibadah orang Kristen adalah bukti yang cukup
memperlihatkan, bahwa tiada bagian dalam Perjanjian Lama yang memperlihatkan dimana orang Kristen merasa dirinya begitu enak dan senang seperti dalam Mazmur ini. Secara khusus dalam perikop renungan ini yang menggambarkan permohonan dalam sukacita sebagai bukti bahwa selama nafas kehidupan masih dimilikinya. Dan semuanya itu diterima dari Allah sumber segala sesuatunya.
Nyatalah bahwa syair dari perikop ini tergolong pada Mazmur kebijaksanaan. Kebijaksanaan sebagai petunjuk hidup yang diterima dari Allah. Kebijaksanaan semacam ini terdapat dalam segala kebudayaan, serta dikumpulkan dan dikembangkan di segala tingkat masyarakat. Ini dapat dilihat manfaatnya saat ini. Tentunya berasal dari Allah. Bersungguh-sungguh menggambarkan berusaha sekuat tenaganya, benar adanya, tidak akan surut lagi dalam mencapai sesuatu. Kesungguhan inilah yang digambarkan pemazmur dalam nas renungan ini (ay.9-16). Kebijaksanaan yang sungguh harus ia
dapatkan dari Allah. Sebab itu dinyatakan di ayat 9, bahwa pencemaran akan
kebaikan itu merupakan hal yang perlu dihindari, sebab itu diperlukan konsekuen
dalam hal perbuatan. Dosa yang begitu nyata dalam hidup manusia akan kalah
karena murninya firman Allah. Murninya firman Allah merupakan guru
kebijaksanaan. Kebijaksanaan akan timbul ketika friman Allah benar-benar dekat
dengan kita (Ul.30:14; bd. 6:6; Mzm. 37:31; 40:9). Sebab itu hukum-hukum Allah
itu harus benar-benar dikenal, dicari pengertiannya (12), menunudukkan perasaan ke bawah friman Allah (14, 16) dan memberikan perhatian sepenuhnya pada titahnya (15), dan melayankan kebenaran kepada orang lain (13).
Hidup ini terlalu berharga diboroskan untuk pengejaran menjadi terkenal, berpenampilan “wah”, populer, kelihatan sempurna dalam penampilan, kuatir miskin, kuatir tidak terkenal, kuatir dilupakan, atau kuatir kelihatan jelek. Pertanyaan yang muncul, apakah kita mau menggunakan naskah yang berharga untuk menyalakan api? Memang segala sesuatunya di dunia ini sangat diperlukan untuk melanjutkan hidup. Namun tidak selamanya hal-hal duniawi merupakan konsumsi utama dalam kehidupan kita. Untuk itu apa yang diperlukan? Bagaimana sebenarnya kedudukan manusia? Yang diperlukan adalah kebijaksanaan dari Allah yang merupakan guru yang agung
di kehidupan duniawi. Gemerlap duniawi yang bersifat sementara tidak akan
menjadi apai yang membakar suatu ketika jika guru yang agung yaitu kebijaksanaan dari Allah kita miliki.
Selayaknya Salomo yang meminta kebijaksanaan dari Allah bukanlah kekuasaan dan kekayaan, sebab Salomo percaya bahwa itu hanya bersifat sementara. Kita sering dikondisikan oleh masyarakat, keluarga, orangtua, untuk memainkan peran. Seolah hidup kita, orang Krsiten dikendalikan oleh sebuah “remote control” : bagaimana kita harus bersikap, apa yang kita katakan, apa yang kita pakai ditentukan dari “luar”. Hidup seperti ini adalah sebuah perbudakan.
Kehidupan yang demikian sering meneggelamkan kita dalam lembah dosa yang makin dalam. Menjadi sombong, gampang menghakimi, cemburu dan iri hati. Padahal, orang yang cemburu dan lain sebagainya itu tidak mungkin bahagia. Sehingga diperlukan kemurnian firman Allah yang menjadi guru kebijaksanaan dalam kegelimangan hal-hal duniawi. Kecintaan dan kesungguhan akan firman Allah itu yang diperlukan. Hidup yang merdeka adalah hidup yang dipimpin oleh suara hati, hati yang didiami oleh Tuhan dengan kemurnian firmannya, yang selalu kita cintai dan sukakan seperti pemazmur ini. Hidup didalam kesukaan akan kemurnian friman Tuhan, memungkinkan kita untuk tidak dikendalikan oleh perasaan duniawi, tetapi sebaliknya hubungan kita dengan Tuhan menentukan perasaan kita. Kebijaksanaan Allah mengatur langkah kita jika firmanNya tidak hanya menjadi bacaan semata, tetapi menjadi tugas yang selalu dikerjakan/dipertanggung jawabkan dihadapan Allah. Firman Tuhan diolah menjadi visi dan misi orang percaya ketika melangkah dalam Iman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar