Selasa, 02 Agustus 2011

Bacaan Minggu, 28 Agustus 2011: Rom 11: 25-32

widgeo.net
Minggu 10 Setelah Trinitatis, 28 Agustus 2011                                                                      Rom 11: 25-32

KEMURAHAN TUHAN ALLAH YANG MENYELAMATKAN! 



S
aulus menjadi orang Kristen. Itulah salah satu kenyataan dalam masa lampau seorang  Yahudi (Kis. 22:3),  mantan mahasiswa  Guru Besar Gamaliel (Kis. 22:3), warga Negara Roma (Kis. 16:37), kelahiran kota Tarsus (Kis. 21:39). Saulus ikut menyaksikan pembunuhan atas diri seorang Kristen Stefanus dan memperoleh persetujuan darinya, ikut melakukan tindak kekerasan terhadap jemaat di Yerusalem, melakukan penggeledahan ke rumah-rumah orang Kristen di sana serta menyeret laki-laki dan perempuan dari rumah mereka lalu dimaksukkan dalam penjara (Kis. 7:54 – Kis. 8:3).  Semangat untuk menumpas orang-orang Kristen semakin mendorong Saulus untuk mengancam dan membunuh tokoh-tokoh Kristen dan pengikut mereka. Berdasarkan  surat kuasa  yang dia terima dari Imam Besar Yahudi dia melanjutkan upayanya mengentikan gerakan kekristenan itu.  Ia menangkap orang-orang “yang mengkuti Jalan Tuhan” dan membawanya ke Yerusalem untuk diadili, supaya mereka kembali ke agama Yahudi (Kis. 9:1-3). Tuhan Allah menghentikan tindakan Saulus dengan cara Tuhan Allah sendiri, sehingga Saulus bertobat, kembali ke “Jalan Tuhan”  lalu dibaptis ke dalam nama Allah Bapa, Anak-Nya Yesus Kristus dan Roh Kudus (Kis. 9:3-19). Tuhan Yesus sendiri memperkenalkan diri-Nya kepada Saulus: ”Akulah Yesus yang kau aniaya itu” (ay. 5). Nama Saulus pun diubah menjadi Paulus.

1.        Rasul Paulus menjadi Penginjil dan Teolog Injili
Dia kini menjadi pemberita Injil tentang Yesus Kristus dengan satu pemahaman pasti apa arti dan makna Injil itu: “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: ‘Orang benar akan hidup oleh iman.nama Yesus kepada saudara-saudaranya Yahudi dan juga kepada mereka yang bukan Yahudi’“(Rm. 1:16-17). Itulah teologia yang hidup dalam dirinya; seluruh tubuh, jiwa dan raga, pikiran, rasanya, perilaku  dan tindakannya  dipengaruhi oleh teologi operatifnya itu. Suatu teologi yang lahir dari pengalaman dan pergumulannya selama ini, baik saat dia menjadi pemuka Yahudi, sebagai penumpas orang Kristen dan kini menjadi pemberita Injil Yesus Kristus.
Banyak hal tentang imannya yang baru itu harus dia jelaskan baik kepada saudara-saudaranya Yahudi, atau kepada saudara-saudaranya Yahudi yang sudah menjadi Kristen, maupun kepada orang-orang Kristen dari bangsa-bangsa lain yang non-Yahudi. Dan salah satu issu yang hangat yang selalu dia temukan di kalangan Kristen non Yahudi ialah tentang kedudukan orang Yahudi yang menolak Injil tentang Yesus Kristus, bahkan memusuhi mereka yang bukan Yahudi. Nas Epistel dari Roma 11:25-32 telah merekam sebagian dari issu tersebut.

2.        Hanya karena kemurahan hati Allah sendiri! (Rm. 11:25-32) 
Rasul Paulus menulis dengan panjang lebar (Kis. 9-11) tentang kedudukan orang dan umat Israel sepanjang  sejarah perjumpaan Allah dengan leluhur mereka Abraham hingga masa kini Paulus. Bagi Paulus perjumpaan itu tetap sebagai “rahasia” (ay. 25) yang tak bakal dapat dimengerti sepenuhnya oleh siapa pun. Tetapi satu hal yang dapat dia pastikan ialah bahwa Tuhan Allah tetap peduli terhadap orang dan bangsa Yahudi. Tuhan Allah tetap siap untuk menerima mereka oleh karena kemurahan hatinya baik terhadap Yahudi maupun terhadap bangsa-bangsa lain.  Sebagai  orang Yahudi dari segi  jasmaniah (Rm. 9:1-3), dia sedih dan merasa rugi kalau kaumnya orang Yahudi tetap melanjutkan jalan mereka yang lama, yaitu mengandalkan kebolehan dan kesanggupan mereka melakukan kehendak Allah melalui aturan-aturan lama khususnya Hukum Taurat Musa. Mereka masih mencari jalan kepada Tuhan Allah perbuatan-perbuatan sendiri; mereka seolah-olah ingin menimbun modal di kas Tuhan Allah sebagai jaminan keselamatan mereka. Mereka mengejar “kebenaran” dengan “perbuatan” dan bukan dengan “iman” (Rm. 9:32). Yang dirindukan oleh Paulus dari kaumnya Israel ialah supaya “kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Rm. 10:9-10). Dan jalan apa yang telah ditempuh oleh bangsa-bangsa lain? Mereka menempuh jalan iman, artinya “tidak mengejar kebenaran (tetapi)  telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman” (Rm. 9:30).
Kedatangan Yesus Kristus ditolak oleh kaum Israel. Itulah kenyataan sejarah bangsa Israel, dan Paulus pernah ikut dalam sejarah penolakan itu dan bahkan melakukan tindak kekerasan kepada mereka yang menerima Injil itu. Namun penolakan tersebut telah menghasilkan hasil yang begitu besar, sehingga telah memperdamaikan bangsa-bangsa lain bukan Israel dengan Tuhan Allah. Apakah wajar dan Injili kalau mereka yang sudah menerima Yesus Kristus membenci mereka yang telah menolak-Nya?  Rasul Paulus melarang sikap membenci bahkan sikap memusuhi bangsa Israel. Bukankah dia beserta  penginjil-penginjil lainnya  dulu adalah orang Yahudi yang menolak Injil itu, yaitu Yesus Kristus? Mereka adalah bagian dari Israel keseluruhan itu. Tidak ada alasan mereka berperilaku sedemikian rupa, karena itu adalah rahasia Tuhan Allah sendiri. Karena itulah Rasul Paulus menyampaikan nasihat ini:  Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk” (11:25). Dia kagum akan jalan Tuhan kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, dan dalam kekagumannya dia sendiri menggelar dirinya sebagai “rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi” (11:13), artinya utusan atau duta Allah kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Jabatan itu baginya sangat mulia.
Sebaliknya penolakan bangsa Yahudi terhadap Injil itu adalah suatu tragedi dalam sejarah Tuhan Allah dengan bangsa-Nya. Mengenai Injil mereka adalah seteru Allah oleh karena kamu, tetapi mengenai pilihan mereka adalah kekasih Allah oleh karena nenek moyang. Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya” (ay. 28-19). Namun di sinilah Paulus melihat rahasia Allah pula, karena dalam proses penolakan itu terjadi suatu yang sangat mengakumkan dalam sejarah umat manusia, yaitu Tuhan Allah sendiri memperdamaikan diri-Nya dengan bangsa-bangsa di luar Yahudi. Rasul Paulus mengharapkan supaya kedatangan bangsa-bangsa bukan Yahudi kepada Tuhan Allah membangkitkan rasa cemburu dikalangan bangsa Israel sehingga sikap penolakan mereka akan  berubah menjadi sikap menerima kemurahan Allah itu: ”Sebab sama seperti kamu dahulu tidak taat kepada Allah, tetapi sekarang beroleh kemurahan oleh ketidaktaatan mereka, demikian juga mereka sekarang tidak taat, supaya oleh kemurahan yang telah kamu peroleh, mereka juga akan beroleh kemurahan. Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua” (ay. 30-32).
Tuhan Allah merangkul semua umat manusia yang dilihat oleh Paulus dari segi sejarah perjumpaan Tuhan Allah dengan bangsa pilihannya dan bangsa-bangsa yang berhak menrima Kemurahan hati-Nya. Keduanya saling mempengaruhi ke arah  Injil itu, yaitu Yesus Kristus, supaya semua bangsa mengenal Dia dan mau menerima Kemurahan hati Tuhan Allah hanya oleh iman dan bukan perbuatan-perbuatan untuk menacari kebenaran.

3.        Kemurahan Tuhan Allah :  Kasih Tuhan Allah  dan  Kebenaran hanya oleh Iman
Rasul Paulus   telah mengungkapkan  beberapa rahasia keberhasilannya dalam menyampaikan Injil yang mengedepankan Kasih Tuhan Allah bagi bangsa Israel pilihan Allah. Kemuarahan hati Allah kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi yang berjalan di “Jalan Tuhan” hanya karena iman. Pertama, janganlah kita menyombongkan kemurahan hati Allah itu, karena Tuhan Allah bebas melakukan kehendak-Nya bagi siapa pun, karena Allah ingin supaya semua manusia hidup dalam kemurahan hati-Nya (Yoh. 10:10). Buanglah kesombongan iman dari hidupmu sebagai pengikut Yesus. Kedua, sikap Paulus yang merangkul kedua pihak (Yahudi dan bukan Yahudi) perlu menjadi pola hidup dan pelayanan setiap orang Kristen khususnya para penginjil/pelayan Firman Tuhan di Indonesia ini.  Ketiga, upaya Paulus untuk memahami semua hidupnya dalam terang teologianya “kebenaran  hanya karena iman bukan perbuatan-perbuatan hukumiah”  sudah menjadi milik bersama jemaat-jemaat yang kita layani.  Marilah kita gunakan teologi Injili ini menjadi pendorong dan motivasi buat membebaskan jemaat dari sikap  masa bodoh atau pasif dalam memahami tugas dan tanggungjawabnya sebagai orang yang telah menerima kemurahan hati Tuhan Allah setiap hari.




Pdt.Dr.JR.Hutauruk
Ephorus Emeritus HKBP
HP 0811 637452

Tidak ada komentar:

Posting Komentar