Selasa, 02 Agustus 2011

Bacaan Minggu, 14 Agustus 2011: Efesus 5:8-14

widgeo.net
Minggu 8 Setelah Trinitatis, 14 Agustus 2011                                                                           Efesus 5:8-14

HIDUPLAH SEBAGAI ANAK-ANAK TERANG

 


E
fesus merupakan salah satu kota metropolitan di Asia Kecil, dan merupakan kota yang paling terkenal dan tersibuk pada zamannya. Kota yang didirikan oleh Amazons tersebut dikenal bukan hanya dikarenakan kemajuan bisnis dan perekonomiannya, tetapi juga terkenal karena kemerosotan moralnya, dimana praktik prostitusi menjamur di Efesus. Dalam situasi masyarakat yang seperti inilah orang Kristen menghadapi tantangan yang khusus. Orang Kristen bukan hanya harus menunjukkan jati dirinya, tetapi juga harus memberikan contoh mengenai kehidupan yang baik.
            Paulus mendorong orang Kristen yang ada di Efesus untuk menunjukkan identitas dan status mereka sebagai anak-anak terang, dan itulah yang menjadi pokok utama pembahasan Efesus 5:8-14. Paulus memulai fakta tentang masa lalu dari jemaat yang ada di Efesus dengan mengatakan bahwa sebelumnya mereka adalah kegelapan. Dalam ayat 8 Paulus berkata, “Memang dahulu kamu adalah kegelapan”. Kata “dahulu” menunjuk pada kondisi masa lalu yang telah mereka tinggalkan. Ketika Paulus mengatakan bahwa sebelumnya mereka adalah kegelapan, hal ini bukan untuk mengingat-ingat masa lalu, tetapi untuk menegaskan kembali bahwa itu bukan lagi status dan kehidupan mereka.
            Kata kegelapan yang dalam bahasa Yunani disebut skotos, bukan hanya menunjuk pada kondisi yang gelap tetapi juga status mereka yang gelap serta kontribusi mereka yang menjadikan sekelilingnya menjadi gelap. Dahulu mereka adalah anak-anak gelap yang membawa kegelapan, sehingga orang lain tidak mengetahui jalan yang mereka tempuh, tidak hidup dalam kebenaran dan tidak dapat membedakan mana yang benar dan yang salah. Tetapi Paulus menegaskan, bahwa itu masa lalu dan sudah berlalu, dan sekarang mereka sudah menjadi anak-anak terang.
            Masih dalam ayat 8 Paulus berkata, “…tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan.” Kehidupan masa lalu mereka sangat berbeda dengan kehidupan mereka masa kini. Paulus menekankan perubahan status dari anak kegelapan menjadi anak terang di dalam Tuhan. Orang Kristen memiliki status dan identitas yang baru di dalam Tuhan. Setiap orang Kristen harus menyadari status mereka yang baru ini, sehingga mereka mengerti untuk apa mereka hidup dan apa yang harus mereka lakukan dengan status yang baru tersebut.
            Tidak sedikit orang Kristen yang tidak menyadari status mereka yang baru di dalam Tuhan. Tidak sedikit orang Kristen yang menyadari bahwa mereka saat ini sudah menjadi anak-anak Tuhan. Itu bukan karena apa yang mereka lakukan, tetapi karena apa yang Tuhan sudah kerjakan dalam kehidupan mereka. Mereka menjadi anak-anak terang karena pekerjaan Tuhan. Setiap orang Kristen harus menyadari bahwa mereka adalah anak-anak Tuhan dan anak-anak terang.
            Setelah Paulus mengingatkan jemaat di Efesus mengenai status mereka sebagai anak-anak terang, kemudian Paulus mendorong setiap orang Kristen yang ada di Efesus supaya hidup sebagai anak-anak terang. Dengan tegas Paulus berkata dalam ayat 8, “Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang.” Paulus mendorong orang Kristen yang ada di Efesus untuk hidup sesuai dengan status mereka. Paulus mendorong jemaat di Efesus supaya menunjukkan melalui kehidupan mereka bahwa mereka adalah anak-anak terang. Kita harus ingat bahwa dunia ini membutuhkan bukti bukan teori. Kita sudah lelah berteori, dan bahkan banyak orang yang jengkel melihat orang-orang Kristen yang bisanya hanya berteori. Dunia membutuhkan bukti. Dunia membutuhkan contoh. Dunia membutuhkan teladan, dan itu harus ditunjukkan oleh orang yang mengaku dirinya sebagai pengikut Kristus.
            Ada tiga hal yang harus dilakukan oleh jemaat di Efesus untuk membuktikan bahwa mereka adalah anak-anak terang, dan ini juga yang harus dilakukan oleh setiap orang Kristen di sepanjang zaman dan dimanapun mereka berada. Hal yang pertama yang harus dilakukan orang Kristen adalah menguji apa yang berkenan kepada Tuhan (ay. 10). Kata menguji yang dalam bahasa Yunani disebut dokimazō, dan dalam bahasa Inggris disebut discern atau examine, menekankan usaha yang aktif dari setiap orang Kristen untuk mengamati, menganalisa serta memilah dan memilih apa yang berkenan kepada Tuhan.
            Sementara kata berkenan yang dalam bahasa Yunani disebut euarestos, bukan hanya disetujui atau diterima, tetapi juga harus menyenangkan hati Tuhan. Jadi sebelum kita melakukan suatu tugas dan tindakan, kita tidak hanya bertanya apakah tindakan tersebut salah atau tidak; kita juga tidak hanya bertanya apakah tindakan ini disetujui Tuhan atau tidak, tetapi harus sampai pada pertanyaan, apakah perbuatan ini menyenangkan hati Tuhan atau tidak. Setiap anak-anak Tuhan yang memiliki status sebagai anak-anak terang, sebelum melakukan sesuatu harus bertanya apakah perbuatan saya ini menyenangkan hati Tuhan.
            Jika kita mau jujur, kita akan menyadari bahwa banyak orang Kristen yang tidak menyediakan waktu untuk berpikir sebelum bertindak apakah tindakannya itu menyenangkan hati Tuhan atau tidak. Bagi mereka, selama hal itu menyenangkan hatinya, akan mereka lakukan tanpa perduli apa kata Tuhan terhadap tindakan mereka. Itulah sebabnya, sering tindakan kita mendukakan hati Tuhan dan kita hidup di luar rencana Tuhan.
            Langkah yang kedua yang harus dilakukan oleh orang Kristen mengambil keputusan untuk dua hal, yakni:
(a)   keputusan untuk tidak mau turut ambil bagian dalam perbuatan kegelapan, perbuatan yang tercela dan perbuatan yang mendukakan hati Tuhan.
(b)   komitmen untuk hanya melakukan apa yang menyenangkan hati Tuhan.

Paulus mengajarkan bahwa menguji apa yang berkenan dan apa yang tidak berkenan di hati Tuhan tidaklah cukup, tetapi harus sampai pada pengambilan keputusan serta memiliki komitmen untuk meninggalkan hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan. Paulus juga menekankan bahwa orang Kristen tidak cukup hanya meninggalkan hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan, tetapi juga harus melakukan hal-hal yang berkenan kepada Tuhan.
            Langkah yang pertama dan kedua ini berhubungan langsung dengan identitas dan status seorang Kristen. Seorang Kristen yang senantiasa memikirkan apa yang dikehendaki Tuhan serta selalu melakukan apa yang menyenangkan hati Tuhan, akan membuat kita semakin bertumbuh secara rohani. Dengan senantiasa mentaati perintah Tuhan dan melakukan hal yang menyenangkan hati Tuhan, kita akan semakin dekat dengan Tuhan, hidup kita akan diperbaharui sehingga kita terus bertumbuh menuju kesempurnaan. Dengan berkomitmen untuk hanya melakukan segala hal yang berkenan kepada Tuhan, hal itu bukan hanya akan menyukakan hati Tuhan, tetapi juga akan memantapkan jati diri kita sebagai anak-anak Tuhan.
            Setelah melakukan langkah yang pertama dan yang kedua, selanjutnya jemaat yang ada di Efesus harus melakukan langkah yang ketiga yang berhubungan dengan misi. Dalam ayat 11 Paulus mengatakan supaya jemaat di Efesus menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan. Kata menelanjangi dalam bahasa Yunani digunakan kata elegchō yang dapat diartikan sebagai menegur dengan keras, menyatakan kesalahan ataupun membuktikan bahwa perbuatan kegelapan itu merupakan dosa. Jemaat di Efesus memiliki misi untuk melakukan pembaharuan moral di kota Efesus. Sebagai anak-anak terang, jemaat di Efesus harus berperan secara aktif menolong setiap warga di Efesus supaya mereka menyadari bahwa perbuatan mereka yang hidup dalam kegelapan itu merupakan perbuatan yang merendahkan martabat manusia.
            Telah saya jelaskan sebelumnya bahwa kota Efesus bukan hanya kota bisnis tetapi juga kota prostitusi. Mereka tidak menganggap prostitusi sebagai dosa yang memalukan, tetapi menganggapnya sebagai suatu bisnis yang sangat menguntungkan. Bagi para pelacur, praktik prostitusi itu merupakan suatu pekerjaan yang legal. Paulus mendorong jemaat di Efesus untuk menelanjangi kebobrokan moral warga Efesus. Tentunya hal tersebut dilakukan, ketika mereka menunjukkan jati diri mereka sebagi orang Kristen yang hidup dalam terang dan berfungsi sebagai terang.
            Apa yang diajarkan Paulus kepada jemaat di Efesus juga berlaku bagi setiap orang Kristen masa kini. Setiap orang Kristen yang mengakui dirinya sebagai anak-anak terang, harus berperan aktif untuk menelanjangi praktik-praktik kegelapan yang terjadi dalam masyarakat, yang tentunya harus dimulai dari gereja. Ada begitu banyak praktik-praktik kegelapan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat kita. Praktik-praktik kegelapan yang paling menonjol di negara kita adalah suap dan korupsi. Para pakar mengakui bahwa sulitnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia diakibatkan oleh korupsi dan suap. Ketika kita berbicara tentang korupsi dan suap, jangan hanya berfokus pada pemimpin atau pejabat Negara. Korupsi dan suap terjadi dalam setiap lapisan, bahkan sampai tingkat yang terendah yaitu tingkat Kelurahan, tingkat RW dan RT.
            Praktik-praktik kegelapan yang lain yang juga sangat menonjol di negara kita ini adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kebejatan moral, seperti prostitusi, pornografi, dan narkoba. Hal ini bukan hanya mempengaruhi orang dewasa tetapi juga telah melanda anak-anak sekolah dari anak SMA sampai anak SMP. Kondisi ini sudah sangat memprihatinkan. Kita tidak dapat membayangkan bagaimana masa depan bangsa kita dan masa depan anak-anak kita, jika tidak dilakukan penanganan yang serius mengenai pornografi dan narkoba di kalangan anak-anak. Setiap orang Kristen memiliki misi dan tugas untuk menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan ini dan menjadi terang kepada setiap orang, supaya mereka mengerti bahwa apa yang mereka lakukan akan merusak masa depan mereka.
            Bagian terakhir yang sangat penting dari pengajaran Paulus ini terdapat dalam ayat 9 yang berkata, “… karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran”. Paulus mengingatkan jemaat di Efesus, ketika mereka berusaha menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan yang ada di Efesus mereka harus melakukan itu dalam tiga koridor yaitu kebaikan, keadilan dan kebenaran. Setiap orang Kristen yang menegur kesalahan orang lain harus dimotivasi oleh kasih dan tujuannya adalah untuk kebaikan orang lain. Ketika kita menegur kesalahan orang lain harus berlandaskan rasa keadilan. Tingkat teguran yang diberikan kepada orang lain ditentukan oleh tingkat kesalahan. Jangan sampai kesalahan yang kecil dibesar-besarkan, sehingga akan menimbulkan masalah yang lebih besar. Ketika kita menegur orang lain juga harus didasarkan kebenaran. Sebelum melakukan teguran, kita harus mengetahui secara benar duduk persoalan, mengetahui fakta-fakta yang benar dan melakukan teguran secara benar. Ketiga koridor tersebut sangat penting dalam melakukan misi pembaharuan dalam masyarakat, karena hal tersebut sangat menentukan keberhasilan misi kita.
           


Ev.Dr.Frans Silalahi
HP 0813 17722221

Tidak ada komentar:

Posting Komentar