Jumat, 12 November 2010

Renungan: “TETAP TEGAR DI TENGAH MASA SUKAR” (Yesaya 40:29)

widgeo.net
TETAP TEGAR DI TENGAH MASA SUKAR
(Yesaya  40:29)



Untuk membahas tema ini kita lebih dulu melihat apa yang sedang dibicarakan oleh Yesaya dalam teks ini. Pada ayat 28, Yesaya membicarakan “TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya”. Allah tidak menjadi lelah seperti manusia, yang telah berusaha sekuat tenaganya, dan merasa letih lesu (bnd. Yes. 44:12; Yer.51:58). Alah tidak menjadi lesu seperti orang yang bersusah, lalu cape (Yes. 49:4; 43:22). Allah tidak terduga pengertian-Nya, artinya tidak dapat diikuti, diselidiki sebagaimana jalan pikiran manusia.
Manusia bisa menjadi lelah dan menjadi lesu dalam menghadapi masa-masa sukar. Namun Allah tidak menjadi lelah dan menjadi lesu ketika menghadapi masa-masa sukar. Di kelemahan manusia yang menjadi lelah dan lesu ketika menghadapi masa sukar itulah Allah memberi kekuatan. Allah yang tinggi luhur itu berkenan kepada manusia yang lemah. Berita ini dibawakan dalam bahasa mazmur (bnd. Yes. 40:12-31 dengan Mzm. 33:6-22).
Manusia yang telah kehabisan tenaga dan lelah, manusia yang tak berdaya lagi (harfiah: ‘mereka yang tidak ada kuasanya’) diberikan kekuatan, bahkan semangat (harfiah: ‘kuasa’, daya gerak), sehingga manusia bisa berlari dan tidak menjadi lesu, berjalan dan tidak menjadi lelah.
Teks ini sebenarnya berbicara tentang manusia yang berada dalam penderitaan, yang kasihan akan dirinya dan kecewa terhadap Allah. Manusia terkurung dalam perasaan hatinya dan tidak memandang ke depan lagi, oleh karena itu manusia tidak sanggup menerima berita bahwa Tuhan akan segera melepaskan manusia dari penderitaan itu. Manusia tidak percaya lagi tanpa bukti, tidak  berani mengambil resiko, lebih suka tinggal dalam kesusahan yang sudah biasa mereka alami. Sikap seperti ini masih kita jumpai dalam kehidupan kita sebagai lansia. Lansia yang tidak dihargai dalam pergaulannya karena sudah tua, lansia yang tidak diikutkan lagi dalam kegiatan-kegiatan gereja atau keluarga, dll.
Kita tidak menyangkal adanya keadaan dan situasi tersebut di tengah-tengah kita. Itu fakta dan kenyataan. Realita kehidupan bergereja dan bermasyarakat. Yesaya sendiri tidak menyangkal penderitaan orang-orang Israel pada masa itu, Yesaya tidak menegor sikap orang Israel itu. Namun Yesaya membuka sebuah keakanan yang baik bagi mereka yang mengalami penderitaan. Dengan maksud itu Yesaya mengantarkan orang yang menderita itu ke tempat di mana mereka memuji Tuhan, karena siapa yang memandang kepada Tuhan, dibebaskan dari rintangan-rintangan yang melumpuhkannya dan sanggup berjalan lagi.

Bagaimanakah caranya agar kita bisa tetap tegar di tengah masa sukar?

Pertama, pujilah Tuhan. Dengan memuji Tuhan, kita bisa tetap tegar dan mampu menerima realita kehidupan ini. Lalu di mana kita dapat memuji Tuhan agar kita tidak lumpuh dan tidak lelah dan lesu? Jawabannya adalah dalam persekutuan orang-orang kudus. Persekutuan orang-orang kudus itu terdapat dalam lingkungan gereja, terdapat dalam persekutuan lansia gereja, terdapat dalam persekutuan doa, terdapat dalam penelaahan Alkitab, terdapat dalam kelompok paduan suara/kor/VG, dll. Ketika kita mulai memuji Tuhan, maka semangat kita akan bangkit kembali. Dengan pujian kepada Tuhan, kita akan dipulihkan dari rasa lelah dan lesu yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pujian kepada Tuhan, kita akan beroleh kekuatan baru setiap hari. Kekuatan itu selalu baru dan tak pernah terlambat. Dengan pujian kepada Tuhan, kita mendapat berkat yang berkelimpahan (bnd. Mzm. 69:31-32).
Kedua, nantikan Tuhan. Orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah (Yes. 40:31). Mengapa diumpamakan dengan burung rajawali? Coba kita mengamati burung rajawali (elang). Burung rajawali betapa indah dan elegan ketika mengembangkan kedua sayapnya dan melayang bebas di angkasa. Burung rajawali adalah burung yang berukuran cukup besar. Burung rajawali membangun sarangnya tinggi di atas gunung. Untuk mencapai sebuah puncak ketinggian tertentu di mana burung itu bisa melayang megah dan bebas tentu tidak mudah. Seekor burung rajawali harus mengepakkan sayapnya dengan kuat melawan angin kencang dan badai untuk bisa sampai ke sebuah ketinggian tertentu. Burung rajawali pun harus berani menghadapi dan menentang badai untuk bisa melewatinya. Tapi usaha keras burung rajawali untuk menentang angin dan badai tidaklah sia-sia. Ketika mereka berada di atas badai dan angin kencang, mereka bisa melayang-layang bebas dengan indahnya.
Dari sifat burung rajawali itu bisa kita tarik kesimpulan bahwa jika kita berada di tempat yang rendah, kita akan merasakan berbagai masalah yang terus menerpa kita bak angin kencang dan badai. Jika kita memutuskan untuk berhenti dan puas hanya di tempat rendah, kitapun bisa goyah diterpa angin dan badai masalah. Untuk bisa mengatasinya adalah dengan berani mengambil langkah untuk naik lebih tinggi, sehingga kita bisa berada di atas segala permasalahan duniawi. Dengan berada di atas, kita tidak akan mudah goncang di terpa badai, malah mungkin kita tidak lagi merasakannya! Dunia boleh ditimpa krisis, dunia boleh goncang, namun hanya ketika kita berada di atas pergumulan itulah kita akan selamat, malah bisa seperti burung rajawali yang melayang-layang dengan penuh sukacita.
Bagaimana agar kita bisa terbang ke tempat yang tinggi? Pertama, kita haruslah terus menanti-nantikan Tuhan. Terus bergantung tanpa putus pengharapan. Pengharapan akan Tuhan tidaklah pernah mengecewakan. "Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." (Rm. 5:5). Itu janji Tuhan, dan kita tahu janji Tuhan itu adalah "ya dan amin". (2 Kor. 1:20). Mungkin waktunya tidaklah sama dengan keinginan kita, tapi kita tahu bahwa apa yang dirancang Tuhan bagi kita adalah semua yang terbaik. Semua Dia sediakan untuk kita miliki. Karena itulah pengharapan dalam menanti-nanti Tuhan tidak akan pernah mengecewakan. Bagi kita semua yang terus bertekun dan patuh, kita akan dibawa seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya, tidak akan lesu dan tidak akan lelah, meskipun harus menempuh angin dan badai sekalipun. "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." (Yesaya 40:29).
Setiap manusia memiliki masalah yang harus dihadapi. Apakah itu masalah keuangan, keluarga, pekerjaan, pasangan hidup, atau penderitaan karena sakit penyakit. Dari masalah sederhana sampai yang pelik. Ada masalah yang baru muncul, ada juga yang sudah bertahun-tahun dihadapi dan belum terselesaikan. Sudah berusaha, sudah berdoa tetapi belum juga teratasi. Bagi beberapa orang hal seperti ini dapat membuat pengharapan pupus dan bahkan merasa Tuhan sudah berpaling darinya.
Hati-hati!, ini adalah tipuan iblis untuk membuat orang jauh dari Tuhan. Itulah sebabnya akhir-akhir ini sering terdengar pemberitaan di media masa tentang orang atau keluarga yang bunuh diri karena merasa masalahnya terlalu berat dan tidak ada jalan keluar. Atau mungkin tidak bunuh diri tetapi hatinya menjadi tawar dan imannya kepada Tuhan sirna. Sejak jaman Alkitab Perjanjian Lama, tipuan seperti ini sudah dilakukan iblis. Dalam Yesaya 40:27 tertulis : Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: "Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?". Iblis berusaha menarik umat percaya untuk menjauh dari Tuhan, agar merasa ditinggalkan, lalu mulai bersungut-sungut atau menyalahkan dan akhirnya meninggalkan Tuhan.
Tetapi hari ini mari kita kembali kepada kebenaran firman Tuhan.  Daud adalah orang percaya yang sering menghadapi masalah berat bahkan sampai mengancam nyawanya, tetapi pengalamannya bersama Tuhan mengajarkan untuk percaya bahwa selalu ada pertolongan dari Tuhan. Mazmur 121 : 1-2, Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Jadi jangan putus asa, sebab tidak ada masalah yang tidak ada jalan keluarnya.
Kedua, percayalah, Allah kita adalah Allah yang Maha Kuasa, yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung, yang tidak terduga pengertian-Nya. Dia punya saat yang terbaik untuk memberikan pertolongan, dan itu tidak pernah terlambat. Dia Allah pencipta, tidak mungkin Dia akan meninggalkan ciptaan yang dikasihi-Nya yang sudah ditebus dengan darah Anak-Nya. Pertolongan selalu ada di dalam Tuhan bagi semua yang percaya dan tetap mengasihi Dia.
Umat Israel dalam bacaan kita juga tengah mengalami masa-masa yang berat. Mereka harus kehilangan tanah air dan hidup sebagai bangsa “buangan” di negeri asing. Begitu berat rasanya hidup yang mesti dijalani hingga mereka merasa, “Hidupku tersembunyi dari Tuhan, dan hakku tidak diperhatikan Allahku” (ayat 27). Namun, benarkah Tuhan telah meninggalkan mereka? Tidak. Tuhan tidak pernah berhenti memerhatikan mereka (ayat 28); juga memberi kekuatan dan semangat (ayat 29). Kuncinya: tidak bersandar pada kekuatan sendiri (ayat 30), dan tetap berpaut kepada-Nya (ayat 31).
Jadi, apabila hidup kita menjadi sulit; beban hidup menekan hebat, kesusahan terus menghantam, dan kita seolah-olah berjalan di lorong gelap tak berujung, janganlah berkecil hati. Tetaplah berpaut kepada-Nya. Kasih-Nya melampaui kasih seorang ibu kepada anak kandungnya (Yesaya 49:15). Benar, Dia tidak selalu mengabulkan apa yang kita inginkan, tetapi Dia tidak akan pernah mengecewakan. Tuhan tidak menjanjikan jalan hidup yang mulus tetapi dia menjanjikan kekuatan kepada orang yang menanti-nantikan-Nya.
Menanti-nantikan Tuhan melibatkan berpengharapan kepada Dia, meletakkan keyakinan kita pada Dia, dan bukan pada diri kita sendiri. Bagi semua yang mengandalkan Dia karena sadar akan kelemahan mereka, "mereka seumpama rajawali yang [akan] naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka [akan] berlari dan tidak menjadi lesu, mereka [akan] berjalan dan tidak menjadi lelah." Dengan demikian, pengakuan kita bisa berbunyi demikian, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku'' (Flp. 4:13).
Janji dalam Yesaya 40 ini diberikan Tuhan kepada umat pilihan-Nya melalui nabi Yesaya, yang sedang mengalami masa yang sulit di tengah pembuangan. Bangsa pilihan Tuhan ini diminta untuk mempersiapkan diri untuk menerima pertolongan dari Tuhan dan melihat kuasa Tuhan yang akan menyelamatkan mereka.  
            Dalam kehidupan yang serba sulit ini, hendaklah kita menyadari bahwa sesungguhnya kita membutuhkan pertolongan dari atas, seperti pemazmur berkata: Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung, dari manakah datang pertolonganku? Pertolonganku datang dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi(Mzm. 121).
            Pertolongan manusia sangatlah terbatas. Di tengah situasi krisis ekonomi global, marilah kita mengandalkan pertolongan dari Tuhan.
1.   Tuhan adalah Allah kekal. Memiliki kuasa supernatural. Dia, sumber kekuatan yang dapat diandalkan.
2.   Tidak terduga pengertian-Nya. Dia sumber hikmat dan pengertian. Tuhan mengerti pergumulan kita dan masalah-masalah yang kita hadapi. Kita perlu hikmat dari Tuhan untuk menyelesaikan setiap masalah yang kita hadapi dalam hidup ini. “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, - yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit -, maka hal itu akan diberikan kepadanya. Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin”(Yak. 1:5-6). Kalau kita minta hikmat kepada Allah, dengan iman Dia akan memberikan dengan murah hati.

Kasih-Nya tanpa batas. Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tidak berdaya. Orang yang mengandalkan Tuhan tidak kuatir dalam tahun kering. “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah”(Yer. 17:7-8). Ia akan bersandar kepada TUHAN menghadapi segala tantangan dan masalah dengan iman yang teguh. “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibr. 11:6).

Fidei & Gladys’09
Ramli SN Harahap
HP: 0812 1998 0 500; 021-9483 2681

Tidak ada komentar:

Posting Komentar