Kamis, 12 Maret 2015

Bacaan Alkitab: Kamis Putih, 02 April 2015: 1 Korintus 11 : 23 – 26

widgeo.net

I.       PENDAHULUAN
K
onteks dari ayat ini tidak terlepas dari ayat sebelumnya dimana Paulus dengan jelas menyampaikan hal yang berkaitan dengan makanan secara umum. Pada waktu jemaat Korintus berhimpun bersama-sama untuk perjamuan persekutuan sebelum makan Perjamuan Tuhan, beberapa orang berkumpul dalam kelompok kecil dan makan makanan mereka secara terpisah-pisah. Anggota yang miskin yang tidak mampu menyumbang makanan diabaikan dan dibiarkan lapar. Di sini Paulus tidak menunjuk kepada keadaan mabuk; sebab jika demikian, pastilah ia akan menghakiminya dengan keras sebagaimana yang dilakukannya pada bagian lain dari surat ini (bdg. 1Kor. 6:10*). Ia menganggap kemabukan bukan saja sebagai suatu persoalan kurang memperdulikan orang lain, tetapi juga suatu keadaan yang sangat serius sehingga dapat memisahkan seseorang dari kerajaan Allah (1Kor. 6:10).

II.    PENJELASAN TEKS
Sang rasul membenarkan tegurannya dengan meninjau makna yang nyata dan sesungguhnya dari peraturan tersebut dengan merunut balik pengajaran itu sampai ke Tuhan Yesus sendiri.
a.       Ayat 23.
Paulus tidak dapat memuji mereka, sebab perilaku mereka tidak selaras dengan yang ia telah terima dari Tuhan. Dia tidak menjelaskan apakah ia menerima pengajaran mengenai hal itu langsung dari Tuhan atau dari sumber yang lain. Bisa saja ia menerimanya dari sumber lain.
b.      Ayat 24.
Roti dibagikan terlebih dahulu, sebab melambangkan inkarnasi. Setelah itu baru disajikan anggur melambangkan kematian yang mengakhiri perjanjian yang lama dan meresmikan yang baru. Satu hal jelas: di dalam kata-kata, inilah tubuh-Ku, rasul Paulus tidak mengajarkan pandangan yang mengatakan bahwa roti dalam perjamuan kudus sungguh-sungguh menjadi tubuh Kristus. Roti itu jelas sama sekali tidak menjadi tubuh Tuhan pada saat Dia mengatakan hal itu, demikian juga cawan itu bukan perjanjian baru secara harfiah (ay. 25). Kata inilah memiliki arti umum "melambangkan," (bdg. 1Kor 11:7; Yoh 8:12; 10:9; 1Kor 10:4). Bagi kamu menekankan aspek pengorbanan. Peringatan bukan hanya sekadar mengingat saja; kata ini mengandung gagasan aktif memikirkan. Dan frasa akan Aku lebih luas daripada akan kematian-Ku. Orang yang melakukan tindakan merupakan objek untuk dipikirkan. Bentuk imperatif masa kini perbuatlah mengandung petunjuk bahwa kehadiran yang sering di dalam Perjamuan Kudus merupakan suatu perintah ilahi (bdg. Kis 20:7).
c.       Ayat 25
Perjanjian baru mengingatkan pendengar kepada perjanjian Musa yang lama yang hanya dapat menghukum. Kata Yunani diatheke yang adalah lawan syntheke, kata dalam Perjanjian Lama yang pada umumnya diartikan sebagai "perjanjian," menekankan inisiatif Allah di dalamnya. Perjanjian yang baru menyediakan pengampunan dosa secara efektif. Oleh darah-Ku menunjuk kepada suasana dan dasar dari berkat-berkat perjanjian. Terjemahan gagasan Barclay ialah, "Cawan ini adalah perjanjian baru dan harganya adalah darah-Ku" (op.cit, hlm. 114). Pengulangan ungkapan menjadi peringatan akan Aku dirancang untuk jemaat di Korintus yang hidup tidak teratur: mereka perlu diingatkan bahwa yang dipentingkan di dalam perjamuan kudus tersebut adalah persekutuan dengan Kristus dan bukan dengan makanan.
d.      Ayat 26
Sebab menunjukkan alasan mengapa perjamuan kudus itu perlu diulang-ulang terus. Upacara tersebut merupakan khotbah yang dilakonkan, sebab ketika itu mereka memberitakan kematian Tuhan. Perjamuan kudus memandang ke belakang dan juga ke depan sebab harus dilaksanakan hingga Ia datang (bdg. Mat 26:29). 

III. PENUTUP
Menurut Anda, unsur apa dalam gereja yang memberi kesan mendalam dan menunjang suasana ibadah? Mungkin ada yang menjawab arsitektur gedungnya, atau mimbarnya. Untuk orang Protestan, jawaban terakhir wajar, sebab sejak reformasi penekanan pada sentralitas firman Allah menjadi sangat menonjol. Gereja Protestan tidak menempatkan altar sebab korban Kristus telah mendamaikan Allah dan umat serta meniadakan keharusan umat membawa korban kepada Allah. Di samping mimbar, meja perjamuan (meja Tuhan) mengandung nilai teologis penting dan membuatnya sama sentral dengan mimbar.

Penghayatan apa tentang meja Tuhan yang membuatnya sentral dalam ibadah? Pertama, perjamuan kudus memperingati (ayat 24) karya penyelamatan Kristus. Ia memberikan tubuh dan darah-Nya menjadi korban penebusan. Tiap kali menerima perjamuan kudus kita ingat anugerah itu. Perjamuan kudus membuat kita mendasari iman dalam peristiwa sejarah karya Yesus di masa lalu. Kedua, perjamuan kudus adalah pemberitaan (ayat 26). Kita yang telah menjadi bagian dalam karya penyelamatan Yesus diisi, dikuatkan, dan didorong memberitakan kabar keselamatan dalam Kristus kepada orang yang belum mencicipi. Lalu bagai hidangan yang membuat orang yang belum makan diundang untuk makan, demikian juga liturgi perjamuan kudus membuat mereka yang belum ikut Tuhan, tertarik dan tidak menunda keputusan iman. Ketiga, perjamuan kudus memperkuat kerinduan untuk menyongsong perjumpaan dengan Tuhan kelak dan ambil bagian dalam perjamuan kekal yang Ia sediakan bagi kita (ayat 26b). Terakhir, makan dan minum perjamuan kudus adalah perjamuan dengan Tuhan. Roti dan anggur itu tetap roti dan anggur biasa, tetapi bukan sekadar simbol. Roti dan anggur itu jadi sarana bagi perjamuan rohani riil kita dengan Tuhan, bila kita mengimani dan mensyukuri karya penyelamatan Yesus. Ketika makan dan minum benda-benda biasa itu, secara iman kita berpesta rohani bersama Yesus yang di surga. Dengan menyambut undangan Tuhan, “mari, makan dan minumlah, sebab semuanya telah tersedia,” kita berpesta rohani dan hidup dalam kelimpahan.
01 Maret 2015
Pdt. Sofian Mangaraja Pane, S.Th
Melayani di GKPA Resort Padangbolak
kabid_aspel06@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar